PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Kamis, 26 Juli 2012

Sang Pemenang Ujian Kehidupan

Who has created death and life that He may test you which of you is best in deed. And He is the All Mighty, the oft Forgiving.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Al Mulk : 2) 

Yang menjadikan mati dan hidup 

Kehidupan, suatu kata yang sangat singkat sesuai dengan hakikatnya, cepat dalam mengatakannya dan cepat pula berlalu. Rasanya dibayangan penulis, masih terhenyak dengan kehidupan masa kecil ketika dibelai kasih kedua orang tua, berlari-lari dengan langkah kecil makhluk mungil ditaman dengan riang, canda ria dikala masih di awal sekolah, lalu meningkat dengan kehidupan remaja dengan segala permasalahannya, hingga lulus dari sekolah tinggi, menikah, berkeluarga, punya keturunan dan berlanjut pada suatu saat satu persatu orang terdekat yang dicintai meninggalkan kita. 

Dan kita pun hanya menikmati kenangan foto mereka dipajang diruang tamu, dengan sejuta kenangan tersimpan lewat senyuman mereka pada foto tersebut dan kelak kitapun akan mengalami saat yang sama, serta kan dikenang pula oleh anak maupun cucu. Dan itulah kehidupan, yang bisa punya arti yang sangat dalam, kadang membuat dada bergetar kala sedih ataupun kebahagiaan yang mampu meneteskan air mata.

Kehidupan, untuk menjelaskannya Allah menguraikan misteri itu pada awal ayat tersebut, Allah lah yang menciptakannya, dan Allah memberikan penekanan terhadap hakikat kehidupan itu dengan menyebut kata maut yang disebut terlebih dahulu, kemudian baru di sebut hidup? Padahal manusia hidup terlebih dahulu sebelum mati?

Kalau direnungkan susunan tersebut, nyatalah bahwa tujuannya ialah memberi peringatan kepada manusia bahwa hidup ini tidaklah berhenti hanya di dunia ini saja. Ini adalah peringatan kepada manusia agar mereka sadar akan mati disamping dia terpesona oleh hidup. Banyak manusia yang lupa akan mati itu, bahkan takut menghadapi maut karena hatinya yang terikat kepada dunia.

Kita lahir didunia, sudahlah pasti kita kan mati jua, sebab kita telah menempuh hidup, dan di antara waktu hidup dan mati itulah kita anak adam menentukan nilai diri.

"Karena dia akan menguji kamu, manakah diantara kamu yang terlebih baik amalannya" 

Orang yang berfikiran sehat tentu sadar akan kematian akan mendatanginya, sekalipun dia tidak tahu kapan akan hadir dihadapannya, dan karenanya tidak ada satupun yang akan diingatnya kecuali Allah sepanjang masanya, bila hal itu meresap didalam kalbunya maka ia akan sepenuh hati akan menyiapkan persediaan untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi padanya, bahkan seluruh pemikiran akan tertuju ke arah itu agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan yang tiada tara.

Yang menjadi pertanyaan besar, apa yang dilakukan dan diperjuangkan hamba-Nya menghadapi ujian Allah dalam kehidupan ini, untuk tampil sebagai Sang Pemenang Ujian Kehidupan. Ya semua orang amat mengidamkan sebutan ini, As Syahid Sayyid Quthb seorang ulama Mesir, menyebutkan bahwa kriteria Sang Pemenang adalah hamba Allah yang mewakafkan seluruh kehidupannya hanya untuk beribadah kepada-Nya, memperjuangkan aqidah serta agama yang dimilikinya, mempertahankan aqidah ditengah percaturan hidup, mempertahankan aqidah untuk tidak goncang karena godaan nikmatnya dunia maupun ancaman dari pihak pihak yang tak menginginkan aqidah tersebut tumbuh. Dengan memperjuangkan aqidahnya, jiwa menjadi bebas dari perhambaan hidup, aqidahnya tidak dikurbankan karena cinta hidup, bahkan lebih suka mati, berkorban karena aqidah dan lepas bebas dari ikatan dunia dengan segala kenikmatannya demi mempertahankan aqidah.

Begitulah Hidup dengan segala ragamnya, senang dan susah, kaya dan miskin, bukanlah neraca terbesar dalam pertimbangan kesuksesan bahkan semua itu adalah ujian dari-Nya. Tidak juga sebagai barang dagangan yang dihitung untung dan ruginya, kemenangan terhadap ujian tidak hanya terbatas pada suatu yang lahir, dan kemenangan itu hanya sebagian dari banyak kemenangan.

Nilai terbesar dalam perhitungan Allah adalah kemenangan aqidah, perniagaan yang beruntung di pasar Allah adalah perniagaan iman, kemenangan dalam bentuknya tertinggi ialah kemenangan mental atas material, kemenangan aqidah atas penderitaan, kemenangan iman atas fitnah, maka dalam hal ini jiwa sang pemenang adalah menang atas ketakutan dan penderitaan, menang atas kemewahan hidup duniawi, menang atas fitnah, menang karena keyakinan yang diaktualkan dalam kehidupan, suatu kemenangan yang mengangkat derajat manusia universal.

Semua manusia akan mati juga dengan berbagai sebab, dalam kemaksiatan maupun dalam keimanan, tetapi tidak semua manusia memperoleh kemenangan yang hakiki, derajat mereka tidak semuanya menaik, jiwa mereka tidak semuanya menjadi bebas lepas diatas ufuk ini, kemenangan itu semata mata karena pilihan dan penghormatan Allah kepada sebagian manusia yang mulia dari hamba-Nya.

Begitulah hakekat Sang Pemenang, dan perlu diingat ladang perjuangan atas ujian Allah itu selalu terjadi di sepanjang masa dan disetiap tempat di alam ini, tidak terbatas pada satu profesi, bisa mahasiswa, pekerja, professional, menteri, militer, dosen atau apapun, dan para pemenang atas ujian ini tidaklah terbatas di satu generasi saja, dan malaikat pun menjadi saksi dan ikut serta dalam seluruh peristiwa bumi ini, dan malaikat pun menyaksikan seluruh arwah yang mulia , dan malaikat bersanjung dan mengucapkan salam atas mereka, dan nilai sanjungan malaikat ini lebih besar dan lebih hebat dari segala sanjungan manusia di muka bumi ini. Kesudahan setelah itu adalah akhirat, dan ini adalah awal dari kehidupan sebenarnya , dan ini pula suatu masa yang panjang dan sangat luas, dan berlakulah segala saat pertanggungjawaban selama hidup di dunia yang singkat di dunia, dari situlah, maka Allah memberikan janji kepada sang pemenang atas kemenangan aqidah, iman dan kesabarannya menerima ujian serta kemenangannya dalam menghadapi percaturan hidup.

Sang Pemenang adalah hamba hamba Allah yang selalu melaksanakan apa yang dikehendaki Allah, dimana saja, kapan saja dan bagaimana saja. Mereka akan terus bekerja layaknya seorang buruh Sang Pemilik Segala Urusan untuk memperoleh hasil yang telah tertentu, dan Allah memberikan imbalan yang indah khusus untuk mereka yang menjadi sang Pemenang ;

Pertama, mereka akan memperoleh ketentraman hati, perasaan bangga, gambaran yang indah, bebas lepas dari segala ikatan dan tarikan, serta bebas dari rasa takut dan bimbang dalam situasi apapun.

Kedua, mereka akan mendapatkan sanjungan dari malaikat serta sebutan dan kehormatan, kendati ketika itu mereka dimuka bumi ini menjadi manusia yang kecil.

Ketiga, akan menerima hasil besar yaitu berupa hisab yang mudah dan kenikmatan yang besar di akhirat nanti.

keempat, menerima hasil yang paling indah yaitu keridhaan Allah.

Indahnya sebagai Sang Pemenang Ujian Kehidupan , sebuah kasih sayang yang akan diberikan Allah kepada hamba-Nya yang ingin berhasil dalam perjuangan hidupnya, dan Benarlah wasiat Ali RA dalam uraian yang indah : Wahai para hamba Allah ! bertakwalah kepada Allah dan berbekallah untuk kematian anda dengan amal kebajikan. Belilah kenikmatan abadi dengan kesenangan dunia yang fana. Bersiaplah untuk perjalanan itu karena anda sedang digiring, dan persiapkanlah diri anda untuk kematian, karena ia sedang melanglang di atas anda. Jadilah manusia yang bangun bila dipanggil, dan yang mengetahui bahwa dunia ini bukanlah tempat kediaman, dan karena itu tukarkanlah dia dengan akhirat. 

Dia adalah Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun 

Begitulah perjalanan kehidupan yang selalu terbentang dengan ujian Allah, kala suatu saat berhasil menghadapinya, tapi kadang kala pula manusia tidak terhindar dari kesalahan dan gagal menghadapi ujian itu, yang penting kemampuannya untuk dapat bangkit kembali, seseorang yang mampu bangkit kembali setelah terjerumus tidak akan putus asa, tetapi menyedihkan bila mendengar bahwa banyak orang yang gagal dan terjerumus dalam kemaksiatan, tetapi diam dan menetap di kesesatan dan akhirnya mati sebagai orang yang nista, tersungkur dan tidak bangkit lagi.

Seharusnya dalam menghadapi Ujian Allah tersebut kita harus menyadari bahwa Allah adalah maha perkasa lagi maha Pengampun, dengan mendahulukan sifat Allah yang bernama Al-Aziz, yang maha Perkasa dijelaskan bahwa memang Allah tidak boleh dipermain mainkan. Dihadapan Allah tidak boleh beramal yang separuh hati, tidak boleh beramal yang ragu ragu, melainkan dikerjakan dengan bersungguh sungguh, hati hati dan penuh disiplin. Karena kalau tidak demikian. Tuhan akan murka , tetapi Allah pun memiliki sifat Al-Ghafur, Maha Pengampun atas hambaNya yang gagal dalam ujiannya dengan tidak sengaja melanggar hukum Tuhannya dan selalu berniat bangkit dan hendak berbuat amalan yang lebih baik, tetapi tidak mempunyai tenaga yang cukup buat mencapai yang lebih baik itu. Pada waktu itulah Allah menunjukkan belas kasihanNya, karena tidaklah Allah memberati seseorang kecuali sekedar kesanggupan yang ada padanya. Dan yakinlah Allah akan memberi pertolonganNya sesuai kepada hambaNya yang ingin berbuat baik sesuai ketentuanNya. Tidak ada kekhawatiran terhadap hamba yang selalu berjuang dan meniti Ujian Allah, bangkitlah dan impikan akhir yang baik di akherat kelak, itulah yang dinanti Sang Pemenang Ujian Kehidupan. (sumber : eramuslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar