PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Sabtu, 07 Juli 2012

PILIH(AN) Yang SULIT

Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.

Disaat menuju jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa dan mahasiswinya : “Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar. ”Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.

DOSEN : Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis. Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.

DOSEN : Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda paling tidak penting ! Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.

DOSEN : Silahkan coret satu lagi ! Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi ! Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya di atas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama  orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.

Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua mahasiswa dan mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka (para mahasiswa atau mahasiswi) mengira sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu.Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata,“Silahkan coret satu lagi"!

”Dengan perlahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihanyang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.

DOSEN : Silahkan coret satu lagi ! Hatinya menjadi binggung.

Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak-tangis, sepertinya sangat sedih. Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan? Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan dijawabnya. Setelah agak tenang, kemudian perlahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”

SEBENARNYA, KEHIDUPAN BAGAIKAN BAWANG BOMBAI, JIKA DIKUPAS SESIUNG DEMI SESIUNG, ADA KALANYA KITA DAPAT DIBUAT MENANGIS.

____________________________________

Copas From : Sudarmono, Dr.(2010).
Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi.
Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 285-287. ISBN 978-6028-686-938.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar