Who has created death and life that He may test you which of you is best in deed. And He is the All Mighty, the oft Forgiving.
Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS
Al Mulk : 2)
Yang menjadikan mati dan hidup
Kehidupan,
suatu kata yang sangat singkat sesuai dengan hakikatnya, cepat dalam
mengatakannya dan cepat pula berlalu. Rasanya dibayangan penulis,
masih terhenyak dengan kehidupan masa kecil ketika dibelai kasih kedua
orang tua, berlari-lari dengan langkah kecil makhluk mungil ditaman
dengan riang, canda ria dikala masih di awal sekolah, lalu meningkat
dengan kehidupan remaja dengan segala permasalahannya, hingga lulus dari
sekolah tinggi, menikah, berkeluarga, punya keturunan dan berlanjut
pada suatu saat satu persatu orang terdekat yang dicintai meninggalkan
kita.
Dan
kita pun hanya menikmati kenangan foto mereka dipajang diruang tamu,
dengan sejuta kenangan tersimpan lewat senyuman mereka pada foto
tersebut dan kelak kitapun akan mengalami saat yang sama, serta kan
dikenang pula oleh anak maupun cucu. Dan itulah kehidupan, yang bisa
punya arti yang sangat dalam, kadang membuat dada bergetar kala sedih
ataupun kebahagiaan yang mampu meneteskan air mata.
Kehidupan,
untuk menjelaskannya Allah menguraikan misteri itu pada awal ayat
tersebut, Allah lah yang menciptakannya, dan Allah memberikan penekanan
terhadap hakikat kehidupan itu dengan menyebut kata maut yang disebut
terlebih dahulu, kemudian baru di sebut hidup? Padahal manusia hidup
terlebih dahulu sebelum mati?
Kalau
direnungkan susunan tersebut, nyatalah bahwa tujuannya ialah memberi
peringatan kepada manusia bahwa hidup ini tidaklah berhenti hanya di
dunia ini saja. Ini adalah peringatan kepada manusia agar mereka sadar
akan mati disamping dia terpesona oleh hidup. Banyak manusia yang lupa
akan mati itu, bahkan takut menghadapi maut karena hatinya yang terikat
kepada dunia.
Kita
lahir didunia, sudahlah pasti kita kan mati jua, sebab kita telah
menempuh hidup, dan di antara waktu hidup dan mati itulah kita anak adam
menentukan nilai diri.
"Karena dia akan menguji kamu, manakah diantara kamu yang terlebih baik amalannya"
Orang
yang berfikiran sehat tentu sadar akan kematian akan mendatanginya,
sekalipun dia tidak tahu kapan akan hadir dihadapannya, dan karenanya
tidak ada satupun yang akan diingatnya kecuali Allah sepanjang masanya,
bila hal itu meresap didalam kalbunya maka ia akan sepenuh hati akan
menyiapkan persediaan untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi
padanya, bahkan seluruh pemikiran akan tertuju ke arah itu agar
memperoleh keselamatan dan kesejahteraan yang tiada tara.
Yang
menjadi pertanyaan besar, apa yang dilakukan dan diperjuangkan
hamba-Nya menghadapi ujian Allah dalam kehidupan ini, untuk tampil
sebagai Sang Pemenang Ujian Kehidupan. Ya semua orang amat mengidamkan sebutan ini, As Syahid Sayyid Quthb
seorang ulama Mesir, menyebutkan bahwa kriteria Sang Pemenang adalah
hamba Allah yang mewakafkan seluruh kehidupannya hanya untuk beribadah
kepada-Nya, memperjuangkan aqidah serta agama yang dimilikinya,
mempertahankan aqidah ditengah percaturan hidup, mempertahankan aqidah
untuk tidak goncang karena godaan nikmatnya dunia maupun ancaman dari
pihak pihak yang tak menginginkan aqidah tersebut tumbuh. Dengan
memperjuangkan aqidahnya, jiwa menjadi bebas dari perhambaan hidup,
aqidahnya tidak dikurbankan karena cinta hidup, bahkan lebih suka mati,
berkorban karena aqidah dan lepas bebas dari ikatan dunia dengan segala
kenikmatannya demi mempertahankan aqidah.
Begitulah
Hidup dengan segala ragamnya, senang dan susah, kaya dan miskin,
bukanlah neraca terbesar dalam pertimbangan kesuksesan bahkan semua itu
adalah ujian dari-Nya. Tidak juga sebagai barang dagangan yang dihitung
untung dan ruginya, kemenangan terhadap ujian tidak hanya terbatas pada
suatu yang lahir, dan kemenangan itu hanya sebagian dari banyak
kemenangan.
Nilai
terbesar dalam perhitungan Allah adalah kemenangan aqidah, perniagaan
yang beruntung di pasar Allah adalah perniagaan iman, kemenangan dalam
bentuknya tertinggi ialah kemenangan mental atas material, kemenangan
aqidah atas penderitaan, kemenangan iman atas fitnah, maka dalam hal ini
jiwa sang pemenang adalah menang atas ketakutan dan penderitaan, menang
atas kemewahan hidup duniawi, menang atas fitnah, menang karena
keyakinan yang diaktualkan dalam kehidupan, suatu kemenangan yang
mengangkat derajat manusia universal.
Semua
manusia akan mati juga dengan berbagai sebab, dalam kemaksiatan maupun
dalam keimanan, tetapi tidak semua manusia memperoleh kemenangan yang
hakiki, derajat mereka tidak semuanya menaik, jiwa mereka tidak semuanya
menjadi bebas lepas diatas ufuk ini, kemenangan itu semata mata karena
pilihan dan penghormatan Allah kepada sebagian manusia yang mulia dari
hamba-Nya.
Begitulah hakekat Sang Pemenang, dan perlu diingat ladang perjuangan
atas ujian Allah itu selalu terjadi di sepanjang masa dan disetiap
tempat di alam ini, tidak terbatas pada satu profesi, bisa mahasiswa,
pekerja, professional, menteri, militer, dosen atau apapun, dan para
pemenang atas ujian ini tidaklah terbatas di satu generasi saja, dan
malaikat pun menjadi saksi dan ikut serta dalam seluruh peristiwa bumi
ini, dan malaikat pun menyaksikan seluruh arwah yang mulia , dan
malaikat bersanjung dan mengucapkan salam atas mereka, dan nilai
sanjungan malaikat ini lebih besar dan lebih hebat dari segala sanjungan
manusia di muka bumi ini. Kesudahan setelah itu adalah akhirat, dan ini
adalah awal dari kehidupan sebenarnya , dan ini pula suatu masa yang
panjang dan sangat luas, dan berlakulah segala saat pertanggungjawaban
selama hidup di dunia yang singkat di dunia, dari situlah, maka Allah
memberikan janji kepada sang pemenang atas kemenangan aqidah, iman dan
kesabarannya menerima ujian serta kemenangannya dalam menghadapi
percaturan hidup.
Sang
Pemenang adalah hamba hamba Allah yang selalu melaksanakan apa yang
dikehendaki Allah, dimana saja, kapan saja dan bagaimana saja. Mereka
akan terus bekerja layaknya seorang buruh Sang Pemilik Segala Urusan
untuk memperoleh hasil yang telah tertentu, dan Allah memberikan imbalan
yang indah khusus untuk mereka yang menjadi sang Pemenang ;
Pertama,
mereka akan memperoleh ketentraman hati, perasaan bangga, gambaran yang
indah, bebas lepas dari segala ikatan dan tarikan, serta bebas dari
rasa takut dan bimbang dalam situasi apapun.
Kedua,
mereka akan mendapatkan sanjungan dari malaikat serta sebutan dan
kehormatan, kendati ketika itu mereka dimuka bumi ini menjadi manusia
yang kecil.
Ketiga, akan menerima hasil besar yaitu berupa hisab yang mudah dan kenikmatan yang besar di akhirat nanti.
keempat, menerima hasil yang paling indah yaitu keridhaan Allah.
Indahnya
sebagai Sang Pemenang Ujian Kehidupan , sebuah kasih sayang yang akan
diberikan Allah kepada hamba-Nya yang ingin berhasil dalam perjuangan
hidupnya, dan Benarlah wasiat Ali RA dalam uraian yang indah : Wahai
para hamba Allah ! bertakwalah kepada Allah dan berbekallah untuk
kematian anda dengan amal kebajikan. Belilah kenikmatan abadi dengan
kesenangan dunia yang fana. Bersiaplah untuk perjalanan itu karena anda
sedang digiring, dan persiapkanlah diri anda untuk kematian, karena ia
sedang melanglang di atas anda. Jadilah manusia yang bangun bila
dipanggil, dan yang mengetahui bahwa dunia ini bukanlah tempat kediaman,
dan karena itu tukarkanlah dia dengan akhirat.
Dia adalah Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun
Begitulah
perjalanan kehidupan yang selalu terbentang dengan ujian Allah, kala
suatu saat berhasil menghadapinya, tapi kadang kala pula manusia tidak
terhindar dari kesalahan dan gagal menghadapi ujian itu, yang penting
kemampuannya untuk dapat bangkit kembali, seseorang yang mampu bangkit
kembali setelah terjerumus tidak akan putus asa, tetapi menyedihkan bila
mendengar bahwa banyak orang yang gagal dan terjerumus dalam
kemaksiatan, tetapi diam dan menetap di kesesatan dan akhirnya mati
sebagai orang yang nista, tersungkur dan tidak bangkit lagi.
Seharusnya
dalam menghadapi Ujian Allah tersebut kita harus menyadari bahwa Allah
adalah maha perkasa lagi maha Pengampun, dengan mendahulukan sifat Allah
yang bernama Al-Aziz,
yang maha Perkasa dijelaskan bahwa memang Allah tidak boleh dipermain
mainkan. Dihadapan Allah tidak boleh beramal yang separuh hati, tidak
boleh beramal yang ragu ragu, melainkan dikerjakan dengan bersungguh
sungguh, hati hati dan penuh disiplin. Karena kalau tidak demikian.
Tuhan akan murka , tetapi Allah pun memiliki sifat Al-Ghafur,
Maha Pengampun atas hambaNya yang gagal dalam ujiannya dengan tidak
sengaja melanggar hukum Tuhannya dan selalu berniat bangkit dan hendak
berbuat amalan yang lebih baik, tetapi tidak mempunyai tenaga yang cukup
buat mencapai yang lebih baik itu. Pada waktu itulah Allah menunjukkan
belas kasihanNya, karena tidaklah Allah memberati seseorang kecuali
sekedar kesanggupan yang ada padanya. Dan yakinlah Allah akan memberi
pertolonganNya sesuai kepada hambaNya yang ingin berbuat baik sesuai
ketentuanNya. Tidak ada kekhawatiran terhadap hamba yang selalu berjuang
dan meniti Ujian Allah, bangkitlah dan impikan akhir yang baik di
akherat kelak, itulah yang dinanti Sang Pemenang Ujian Kehidupan. (sumber : eramuslim)