(نَمْ كَنَوْمَةِ العَرُوسِ الَّذِي لاَ يُوقِظُهُ إِلاَّ أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ)
"Tidurlah seperti tidurnya pengantin baru yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dicintainya (pasangan barunya)." (HR. At-Tirmidzi, no. 1071 dengan sanad hasan).
Saudara…
"Apa yang dimaksud dengan tidur seperti pengantin baru? Siapa pengantin barunya? Terus ucapan ini ditanyakan kepada siapa dan kapan?"
Kami tahu, pasti ini pertanyaan yang senantiasa terngiang pada kalbu anda dan menggelayuti pikiran anda. Inilah beberapa pertanyaan yang akan kami bahas pada tulisan kali ini. Tapi sebelum berjalan jauh ke depan, bayangkan dahulu hari-hari anda pada malam pertama saat menjadi pengantin baru dahulu. Tidurnya seorang pengantin di kamar pengantin adalah nikmat yang sangat membahagiakan. Bayangkan saat anda berada bersama istri baru anda di malam itu? Anda tidak pernah keluar dari kamar bukan?! Sungguh perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Karena saking indahnya hingga penyair Arab mengungkapkan perasaan itu dengan ucapannya untuk mewakili ucapan anda :
يَا لَيْلُ طُلْ يَا شَوْقُ دُمْ ** إنِّيْ عَلَى الْحَالَيْنِ صَابِرُ لِيْ فِيْكِ أَجْرُ مُجَاهِدٍ ** إِنْ صَحَّ أَنَّ اللَّيْلَ كَافِرْ
"Wahai malam! Memanjanglah. Wahai kerinduan! Teruslah abadi…Sesungguhnya saya terus bersabar dalam kedua kondisi itu." “Ketauhilah, saya mempunyai pahala seorang mujahid padamu (wahai istriku)…jika dibenarkan kalau malam itu adalah orang kafir." (Diiwaan Bahauddin, hlm. 221).
Jadi ! tidur pada malam pertama, apalagi bersama istri tercinta pada awal-awal pernikahan, adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi manusia mana pun, tua atau muda, kaya atau miskin. Karena sangat indahnya, maka itulah perkataan yang dikatakan dua Malaikat kepada seorang mukmin ketika lulus ujian, karena tidak ada kebahagiaan lain di balik itu yang jauh lebih besar.
Saudara…
Perkataan ini adalah perkataan dua Malaikat: Munkar dan Nakir. Ia diucapkan kepada anda setelah berhasil menjawab tiga pertanyaan dari keduanya. Keduanya mengatakan demikian, karena anda berkata-setelah lulus dari tiga pertanyaan mereka :
((أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ))
"Saya ingin kembali kepada keluargaku untuk memberitahu mereka." (At-Tirmidzi, no. 1071).
Pernyataan di atas, anda katakan setelah yakin bahwa anda berada dalam kenikmatan, maka anda meminta untuk kembali kepada keluarga dan harta anda. Tapi karena Hari Kiamat belum bangkit, maka keduanya berkata: "Tidurlah seperti tidurnya pengantin baru yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dicintainya."
Akhil Kariim…
Orang di dalam kuburan, dalam aqidah ahlussunnah wal jamaah, bisa berada dalam salah satu taman Surga, dan bisa berada dalam salah satu jurang Neraka. Itu tergantung kepada Anda. Anda hendak menjadi seorang mukmin yang teguh dan konsisten atau menjadi munafiq yang tidak tentu arah dan hanya mencari keselamatan pribadi saja.
Buktinya disebutkan dalam Hadist yang sama ini, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
((وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ: سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ، فَقُلْتُ مِثْلَهُ، لاَ أَدْرِي، فَيَقُولاَنِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ، فَيُقَالُ لِلأَرْضِ: التَئِمِي عَلَيْهِ، فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ، فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلاَعُهُ، فَلاَ يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ))
"Jika hamba itu adalah munafik dia menjawab: 'Saya mendengar orang-orang mengatakan, maka saya berkata seperti mereka, saya tidak tahu (jawabannya)”. Maka keduanya berkata : 'Sungguh kami sudah menyangka kamu bakal mengucapkan hal itu'. Maka dikatakan kepada bumi: “himpit orang ini'. Bumi pun menghimpitnya, hingga tulang-tulang rusuknya remuk berhimpitan. Ia terus-menerus diazab di dalamnya hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidur itu.
Tentu kita tidak mau seperti orang munafik yang kesudahannya sebagaimana disebutkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ini, senantiasa diazab dalam kuburnya hingga datang hari berbangkit; Kiamat. Namun, kira-kira amalan apakah yang membuat anda bisa teguh pendirian sehingga lulus dan menjawab dengan tegas tiga pertanyaan dua Malaikat tadi?!
Ini tentu bukan amal yang mudah dilakukan.Tapi bisa mudah bagi siapa-pun yang dimudahkan Allah melaksanakannya. Allah menjelaskan dalam firmanNya :
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاءُ ﴿٢٧
"Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim serta memperbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Ibrahim: 2).
Amal itu wahai akhil kariim, adalah iman dan amal shalih. Siapa-pun yang istiqamah dalam imannya secara lahir batin, juga senantiasa mengerjakan amal shalih dengan segala jenisnya, insya Allah terselamatkan dari fitnah kubur atau pertanyaan dua Malaikat ini, sehingga bisa menjawab dengan tegas dan benar.
Ingatlah! Semua perkara tergantung kepada amalan keseharian kita, perkara yang kita sukai, dan perkara yang senantiasa kita renung, fikir, atau angan-angankan. Karena itu jangan pernah terbersit untuk melakukan dosa apalagi kala sendiri dan hanya Allah yang melihat. Jangan pula pernah merenungkan perkara maksiat yang mendatangkan murka Allah, dan jangan pernah menyukai perkara-perkara yang dibenci-Nya. Sebab semua perkara ini kadang-kadang atau pasti, akan muncul melalui alam bawah sadar kita di saat-saat tertentu.
Saat pikun, saat sakaratul maut, dan saat ditanyai dalam kuburan. Kadang kita melihat, beberapa wanita tua yang hanya memakai kutang berada di depan rumah, sambil mengomeli setiap orang yang lewat dan memarahi anak kecil. Kadang juga kita melihat orang tua yang ngomongnya ngelantur tak karuan, kencing sembarangan, dan berbuat seperti anak berumur lima tahun. Semoga Allah tidak menjadikan kami dan semua pembaca seperti mereka.
Akhil Kariim…
Mengapa hal seperti ini bisa terjadi pada sebagian orang?!! Itu tidak lain karena kembali kepada amal-amalnya di waktu muda dulu. Sekiranya dia orang baik di masa muda dahulu, tentu di saat-saat pikun ia tetap melakukan perkara yang baik, meski itu tidak tepat.
Disebutkan dalam (Siyar A'lam An-Nubala`, 6/181) pada biografi "Laits bin Abi Sulaim", Isa bin Yunus berkata :
"قَدْ رَأَيْتُه كَانَ قَدِ اخْتُلِطَ، وَكَانَ يَصعَدُ المَنَارَةَ ارْتِفَاعَ النَّهَارِ، فَيُؤَذِّنُ".
"Sungguh saya melihatnya saat pikun, dia naik menara ketika hari sudah sangat siang (waktu dhuha) kemudian dia mengumandangkan adzan."
Jadi Laits bin Abi Sulaim ini sudah pikun, dulunya dia orang yang rajin shalat dan puasa, ketika pikun ini kebiasaan sehari-harinya masih berjalan padanya secara otomatis, yaitu tetap melakukan kebaikan (baca: Adzan) meski itu tidak tepat waktunya karena di waktu dhuha.
Kita juga pernah mendengar seorang anak yang berani membunuh bapaknya sendiri.Mengapa hal itu sampai terjadi? Demikian itu karena sang anak ketika kecil, senantiasa melihat perlakuan buruk sang ayah kepada ibunya. Hanya saja saat itu dia masih kecil, sehingga tidak berdaya melakukan apa pun. Namun sudah terekam dalam batinnya, rasa dendam kepada sang ayah. Itulah yang disebut dengan alam bawah sadar. Sehingga saat dewasa, ketika dendamnya sudah membara dan dia mampu mewujudkan, maka dibunuhlah sang ayah itu.
Akhil kariim, seperti itulah amal shalih. Siapa pun yang istiqamah melakukan ketaatan kepada Allah, ikhlas dalam ibadah, tidak pernah menyakiti siapa pun, dan semua itu dilakukannya tulus karena Allah, insya Allah pada saat sakaratul maut, detik-detik terakhir yang dirinya sudah tidak mempunyai kekuatan apa pun, kebaikan-kebaikan di masa dahulu itulah yang mendominasi. Sehingga saat ditalkinia bisa melantunkan kalimat tauhid "Laa ilaaha illallaah" dengan begitu lancar dan mudah. Sebaliknya jika orang itu dahulunya tidak demikian, saat ditalkinia sulit mengikuti, bahkan marah, atau berkata-kata kotor. Inilah makna Allah memberi keteguhan kepada orang beriman dengan perkataan yang teguh ketika di dunia.Yaitu bisa mengucapkan kalimat tauhid pada akhir hayatnya di dunia.
Nabi SAW bersabda :
((مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ))
"Barangsiapa akhir perkataannya adalah Laa ilaaha illallah, dia pasti masuk Surga." (HR. Abu Dawud, no. 3118 dan disahihkan Al-Albani).
Sementara perkataan teguh lainnya di Akhirat, adalah Allah memudahkan hamba menjawab tiga pertanyaan Munkar dan Nakir. Sehingga saat ditanyai dua Malaikat yang hitam dan kebiru-biruan itu, dia tidak takut dan malah menjawab dengan lancar, hingga berani meminta untuk dikembalikan kepada harta dan keluarganya, hingga kedua Malaikat itu terpaksa mengatakan kepadanya: "Tidurlah seperti tidurnya pengantin baru, yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dicintainya."
Hadist ini menunjukkan adanya fitnah kubur, yaitu pertanyaan dua Malaikat tentang: "Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?" Ini adalah perkara yang benar adanya, hakiki, dan wajib diimani tanpa bertanya seperti apa tata caranya. Karena itu sudah termaktub dua sumber Islam, dan itu adalah masalah ghaib.
Juga menegaskan adanya azab dan nikmat kubur.Yaitu nikmat bagi siapa pun yang bisa menjawab pertanyaan dengan lancar. Dan itu tergantung kepada amal shalih sewaktu hidup di dunia dahulu. Jika seseorang tidak pernah menabung amal shalih, kemungkinan besar Allah tidak meneguhkannya dengan perkataan yang teguh, sebagaimana disebutkam dalam surat Ibrahim di atas. Sehingga hamba tidak bisa menjawab pertanyaan dan akhirnya mendapat azab kubur .Na'udzu billah.. Disebutkan dalam Hadis, jika seseorang tidak bisa menjawab pertanyaan maka Malaikat memukulnya dengan palu dari besi.
Nabi SAW bersabda :
((ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ))
"Kemudian dia dipukul dengan palu besi, pukulan di antara kedua telinganya. Dia pun berteriak keras, yang didengar siapa pun di sekitarnya kecuali jin dan manusia." (HR. Al-Bukhari, no. 1338).
Semoga Allah subhaanahu wa ta'ala menghindarkan kita dari azab kubur. Dan untuk itu marilah kita perbanyak membaca doa berikut setiap sebelum salam dalam seluruh shalat kita, sebagaimana diajarkan Nabi SAW :
((اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ))
"Ya Allah! Saya memohon perlindungan kepada Engkau dari azab Jahannam, dari Azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan saya berlindung kepada Engkau dari buruknya fitnah Al-Masih Ad-Dajjaal." (HR. Muslim, no. 1352) Allahu a'lam.
__________________
Sumber : Wafi Marzuqi Ammar, Lc., M.Pd.I., MA (http://syamsulkifli.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar