PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Rabu, 28 Agustus 2019

Wani Ngalah Duwur Wekasane

Salah satu Pepatah jawa kuno yang sangat populer terutama di kalangan masyarakat jawa dengan sebutan “wani ngalah duwur wekasane” yang memiliki arti sangat dalam tentunya, jika kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berarti “jadi orang hendaknya tidak sombong namun tidak selalu mengalah atau rendah diri”. Makna dari kata wani ngalah adalah berani mengalah duwur wekasane artinya akan naik derajatnya atau mendapatkan kemenangan yang sempurna di kemudian hari.

Di jaman yang semakin modern, banyak manusia dilahirkan dari latar belakang kehidupan sosial yang beragam. Persaingan hidup kian hari kian meningkat, mulai bangun tidur, bahkan sampai mencari tempat tidurpun juga harus bersaing. Inilah yang membuat dunia ini dipenuhi manusia  dengan tingkat emosional yang tinggi, sehingga nurani tidak dipakai, tetapi nafsulah yang bicara.

“Kalau bisa menang, kenapa harus mengalah..?” Begitu kata dari banyak manusia jaman sekarang ini. Sebab, dengan mengalah berarti akan menemui hidup yang sengsara. Padahal tanpa harus menggunakan adu menang-kalah, keadaan hidup pada saat ini memang sudah susah, ditambah lagi dengan 'budaya konsumtif’ yang melanda masyarakat.

Berani mengalah, bagi mereka yang masih mau meyakininya, diartikan sebagai sikap yang mau mencoba merasakan seperti apa rasanya orang yang menderita kekalahan dengan cara merenung dan berpikir, tidak saja dialam nyata, namun juga dialam pikiran. Selanjutnya mencoba berpikir tentang apa saja yang akan dilakukan dan diperbuat setelah merasakan kalah. Apabila sudah sanggup merasakan semua pikiran orang kalah, termasuk segalanya yang berhubungan berkelanjutan dalam hidup ini, tentu akan sangat berbesar hati dalam menerima kekalahan tersebut, kalau dalam kata modern saat ini boleh dibilang sebagai “Empati”.

Mengalah itu bukan berarti kalah, Mengalah itu bermakna mencoba untuk belajar supaya mampu menumbuhkan rasa ‘welas-asih’ terhadap orang lain yang sedang menandang kekalahan, sebelum benar-benar mengalami kekalahan yang sesungguhnya.  Berani kalah itu adalah wujud solidaritas, sayang terhadap terjalinnya rukunnya persahabatan. Berani mengalah adalah tindakan yang mulia, menjauhkan dari nafsu.

Kalau manusia sekarang sudah seperti ini, apakah bisa terwujud kerukunan antara manusia satu dengan yang lainnya, bahkan untuk cakupan yang lebih luas, yaitu “Nasionalisme?” Sekarang ini tatanan hidup sudah sangat jauh melenceng dari rel-nya. Memang tidak semua wejangan orang tua dulu pas dan cocok untuk kehidupan sekarang ini atau sesuai Agama yang kita yakini, tetapi setidaknya bisa menjadi bahan renungan, untuk bisa berpikir cerdas tentang makna hidup.

Urusan perut adalah salah satu yang menjadi penyebab utama dari perubahan perilaku manusia itu sendiri. Sikap sombong, menangnya sendiri, merasa yang paling berkuasa, merasa yang paling pintar, padahal hidup ini adalah terbentuk dari suatu komunitas masyarakat punya kehidupan sosial berbeda.

Nangudzubillahiwindzalik, mudah-mudahan kita semua menjadi manusia yang rendah hati, dan tidak sombong.
_________________________________
Updated by Cak-1@Jkt 28082019
Source : https://iskandar1.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar