Salah satu Pepatah jawa kuno yang sangat populer terutama di kalangan masyarakat jawa dengan sebutan “wani ngalah duwur wekasane”
yang memiliki arti sangat dalam tentunya, jika kita terjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berarti “jadi orang hendaknya tidak
sombong namun tidak selalu mengalah atau rendah diri”. Makna dari kata
wani ngalah adalah berani mengalah duwur wekasane artinya akan naik
derajatnya atau mendapatkan kemenangan yang sempurna di kemudian hari.
Di jaman yang semakin modern, banyak manusia dilahirkan dari latar
belakang kehidupan sosial yang beragam. Persaingan hidup kian hari kian
meningkat, mulai bangun tidur, bahkan sampai mencari tempat tidurpun
juga harus bersaing. Inilah yang membuat dunia ini dipenuhi manusia
dengan tingkat emosional yang tinggi, sehingga nurani tidak dipakai,
tetapi nafsulah yang bicara.
“Kalau bisa menang, kenapa harus
mengalah..?” Begitu kata dari banyak manusia jaman sekarang ini. Sebab,
dengan mengalah berarti akan menemui hidup yang sengsara. Padahal tanpa
harus menggunakan adu menang-kalah, keadaan hidup pada saat ini memang
sudah susah, ditambah lagi dengan 'budaya konsumtif’ yang melanda
masyarakat.
Berani mengalah, bagi mereka yang masih mau meyakininya, diartikan
sebagai sikap yang mau mencoba merasakan seperti apa rasanya orang yang
menderita kekalahan dengan cara merenung dan berpikir, tidak saja dialam
nyata, namun juga dialam pikiran. Selanjutnya mencoba berpikir tentang
apa saja yang akan dilakukan dan diperbuat setelah merasakan kalah. Apabila sudah sanggup merasakan semua pikiran orang kalah, termasuk
segalanya yang berhubungan berkelanjutan dalam hidup ini, tentu akan
sangat berbesar hati dalam menerima kekalahan tersebut, kalau dalam
kata modern saat ini boleh dibilang sebagai “Empati”.
Mengalah itu bukan berarti kalah, Mengalah itu bermakna mencoba untuk
belajar supaya mampu menumbuhkan rasa ‘welas-asih’ terhadap orang lain
yang sedang menandang kekalahan, sebelum benar-benar mengalami kekalahan
yang sesungguhnya. Berani kalah itu adalah wujud solidaritas, sayang
terhadap terjalinnya rukunnya persahabatan. Berani mengalah adalah
tindakan yang mulia, menjauhkan dari nafsu.
Kalau manusia sekarang sudah seperti ini, apakah bisa terwujud
kerukunan antara manusia satu dengan yang lainnya, bahkan untuk cakupan
yang lebih luas, yaitu “Nasionalisme?” Sekarang ini tatanan hidup sudah
sangat jauh melenceng dari rel-nya. Memang tidak semua wejangan orang tua
dulu pas dan cocok untuk kehidupan sekarang ini atau sesuai Agama yang
kita yakini, tetapi setidaknya bisa menjadi bahan renungan, untuk bisa
berpikir cerdas tentang makna hidup.
Urusan perut adalah salah satu yang menjadi penyebab utama dari
perubahan perilaku manusia itu sendiri. Sikap sombong, menangnya
sendiri, merasa yang paling berkuasa, merasa yang paling pintar, padahal
hidup ini adalah terbentuk dari suatu komunitas masyarakat punya
kehidupan sosial berbeda.
Nangudzubillahiwindzalik, mudah-mudahan kita semua menjadi manusia yang rendah hati, dan tidak sombong.
_________________________________Updated by Cak-1@Jkt 28082019
Source : https://iskandar1.wordpress.com