PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Senin, 15 Agustus 2011

Rezeki Yang Berkah

Dalam sejarah umat Islam, enterpreneurship merupakan bagian yang dicontohkan oleh Rasul SAW. Dalam perjalanan hidup beliau, Rasulullah SAW sejak kecil sudah ditinggalkan kedua orangtuanya, sehingga beliau sudah ditempa hidup mandiri.

Mulai dari menggembalakan kambing pada umur tujuh tahun. Pada usia dua belas tahun sudah ikut berniaga ke Negeri Syam. Usia 25 tahun sudah delapan belas kali berjalan ke luar negeri untuk kepentingan berniaga. Melakukan transaksi bisnis. Beliau pun terkenal sebagai profesional muda yang sukses.

Perjalanan hidup Rasulullah SAW adalah sejarah yang diciptakan Allah SWT, sedemikian rupa untuk menginspirasi bahwa enterpreneurship itu bagian penting dari kehidupan kita juga. Inti dari enterpreneurship adalah kemampuan meng-create manfaat.

Rasulullah SAW beniaga tanpa perlu modal. Beliau memiliki kepribadian yang sangat mulia, sehingga masyarakat berlomba-lomba menitipkan modalnya dan puas. Para pembeli pun puas karena melihat akhlak mulia Rasulullah SAW dalam berniaga. Pemodal dan pembeli sama-sama puas. Inilah inti dalam berniaga secara Islam, tidak ada kezaliman sama sekali.

Seorang pecinta Allah dalam berbisnis memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan seorang pebisnis yang hanya orientasi duniawi. Seorang pebisnis pecinta dunia dengan pecinta Allah apa perbedaannya?

Kalau pecinta Allah berniaga bukan semata-mata uang, transaksi, tapi bisnis itu adalah amal saleh. Dari hatinya ia meyakini yang memberi rezeki bukan pembeli, melainkan Allah SWT. Pembeli hanya jalan rezeki dari Allah. Sehingga dia berakhlak memperbaiki cara berniaganya, bukan supaya orang membelinya, melainkan supaya Allah ridha kepadanya.

Keberhasilan seorang pedagang, bukan mendapatkan uang, melainkan niat baiknya, akhlaknya mulia, dan caranya benar. Maka Allah berikan rezeki yang berkah. Tatkala dalam berbisnis ada yang tidak diharapkan, misalnya calon pembeli tidak jadi membelinya, itu tidak akan menjadi persoalan, karena ganjaran berusahanya sudah tercatat di sisi Allah. Kalau pencinta akhirat, sibuk dengan bisnisnya supaya Allah suka kepadanya, maka Allah SWT pun gerakan rezeki yang berkah padanya.

Kunci dari enterpreneurship yang berkah adalah keyakinan bahwa rezeki itu milik Allah. Yakin bahwa rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Allah SWT yang membagikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya dengan Maha Bijaksana dan Adil. Kunci dari keyakinan ini adalah bersandarnya hati hanya pada Allah SWT, selain Allah SWT hanyalah sebagai jalan.

Kalau pencinta dunia, sibuk ikhtiar mencari rezeki agar dunia datang kepadanya. Bahkan tidak mempedulikan ibadah-ibadah sebagai kewajibannya kepada Allah. Ketika ada kesempatan, ia pun bisa menghalalkan berbagai cara hanya untuk meraih keuntungan.

Secara umum rezeki dibagi tiga jenis:

1. Rejeki yang Dijamin

Tidak ada satu makhluk pun yang melata melainkan sudah dijamin rezekinya. Tentunya rezeki dalam jenis ini rezeki yang sebatas menopang kehidupannya, di antaranya seperti makan, kebutuhan metabolisme tubuh, dan sebagainya. Ini adalah rezeki dasar yang terendah. Siapa pun menerima jatah rezeki ini.

"Tidak suatu binatang pun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya."(QS 11:6)

2. Rezeki yang Digantungkan

"Tidaklah manusia mendapat apa-apa, kecuali apa yang telah dikerjakannya" (QS 53: 39)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka." (QS 13: 11)

Setiap manusia memiliki dosis kemampuannya masing-masing. Jika kita ikhtiar maka kita bisa berjumpa dengan rezeki kita sesuai dengan tingkat ikhtiarnya. Rezeki yang tergantung ini bisa kita raih di antaranya dengan seberapa besar lompatan kita untuk mendapatkannya. Ini merupakan sunnatullah yang merupakan perwujudan keadilan Allah.

Kalau kita tidak ikhtiar, maka akan mendapatkan sesuai dengan kemalasan kita. Tetapi kalau ikhtiar kita di jalan Allah, sesuai dengan perintah Allah maka Allah akan menuntun kita berjumpa dengan takdir kita. Seperti orang yang masuk hutan, dan dituntun oleh ahlinya. Jika kita menjalankan sesuai perintah Allah, maka Allah akan menuntun kita.

Orang yang bisnis dalam keadaan patuh bertakwa kepada Allah, ia tidak akan stres dengan bisnisnya. Walaupun banyak pesaing baginya tidak ada masalah, karena mereka juga hamba-hamba Allah yang tengah mencari nafkah pula, dibagikan rezekinya juga oleh Allah SWT.

3. Rezeki yang Dijanjikan

Allah SWT menjanjikan rezeki bagi orang-orang tertentu di antaranya orang yang senantiasa bersyukur atas apa pun yang dikaruniakan Allah. Orang yang senantiasa berbagi, sedekah, juga mereka itu yang pasti akan diberi ganjaran lebih.

Mungkin ketika ada calon pembeli yang menawar rendah harga dasarnya saja, orang ini ingin berbagi agar Allah ridha, dan orang itu bahagia. Hal ini wujud dari syukurnya pula kepada Allah.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim: 7)

Bisnis bagi kita bukan semata-mata mencari kertas uang. Kertas tersebut ketika diperoleh kemudian akan berpindah lagi ke tangan orang lain. Terlalu rendah apabila bisnis kita hanya diukur dengan uang, bagi kita bisnis sebagai amal saleh yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah.

Rezeki yang dijanjikan akan diberikan pula kepada mereka yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:

"Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka," (At-Thalaq: 2-3)

Salah satu indikator orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa jujur dalam berbagai aspek kehidupannya. Demikian pula dalam hal urusan mencari nafkah. Rasulullah SAW juga menjanjikan bagi seorang pedagang yang jujur, kedudukannya di akhirat bisa dekat dengan nabi, derajat yang sangat tinggi yang sulit dijangkau, karena ia berhasil mengalahkan kelicikan, keserakahan, ketamakan terhadap dunia, dan kedengkian. Pebisnis yang jujur luar biasa derajatnya di sisi Allah.

"Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan dikumpulkan bersama para nabi, para shiddiqin dan para syuhada" (HR at-Tirmidzi dan ad-Darimi)

Semoga bisnis kita makin mendekatkan diri kepada Allah, sehingga akan senantiasa mendatangkan rezeki yang berkah. Rezeki yang berkah tandanya membuat hidupnya tentram, urusan akan diurai oleh Allah SWT menjadi sempurna. Kemudian kita akan dibuat kaya hati.

Sedikit apa pun karunia kenikmatan, akan disyukurinya. Dunia pun akan merunduk padanya. Nama baik, kehormatan pun otomatis akan terjaga, karena ciri pebisnis Muslim dalam mencarinya senantiasa ada di jalan Allah. Sehingga ketika berjumpa dengan rezekinya, dirinya lebih mulia daripada apa yang didapatnya itu.

Ketika sudah mendapatkan, ia distribusikan di jalan Allah juga, sehingga ia makin bertambah mulia dengan rezekinya. Inilah orang-orang yang beruntung, yang menjadikan usaha bisnisnya untuk menjadi jalan taqarub, mendekat kepada Allah.

*) KH Abdullah Gymnastiar adalah Dewan Pembina DPU Daarut Tauhiid.

(sumber : ramadan.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar