PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Minggu, 14 Agustus 2011

Menyikapi Ketentuan Allah SWT

Percayalah bahwa tidak ada satu pun kejadian yang merupakan suatu 'kebetulan' belaka, bahwa seluruh kejadian terjadi atas izin Allah Penguasa Kejadian. Ada dua hal dalam menyikapi suatu kejadian/ ketentuan. Pertama, ketentuan yang direncanakan Allah SWT. Kedua, kejadian yang diundang oleh perbuatan kita sendiri.

Jika ada kejadian yang dianggap buruk, jangan sekali-kali 'dilemparkan' kepada Allah, karena itu merupakan rangkaian takdir akibat dari perbuatan sendiri, karena setiap berbuat dosa Allah Maha Menyaksikan dan akan kembali kepada dirinya sendiri. Mustahil Allah berbuat zalim kepada hamba-Nya. Sebagaimana yang disampaikan oleh cicit Nabi SAW, Sayyidina Ali Zainal Abidin, "Dosa-dosa yang mendatangkan bencana: tidak membantu orang yang sedang menderita, tidak menolong orang yang sedang teraniaya, tidak peduli terhadap amar ma’ruf dan nahi munkar".

Dalam menjalani hidup, kita mempunyai pilihan-pilihan dan rencana, tapi tidak semua terwujud sesuai dengan keinginan kita, karena Allah SWT mempunyai rencana juga terhadap diri kita atau takdir tertentu untuk kita sudah direncanakan Allah SWT. Semua yang menimpa kita sudah tertulis di lauhul mahfudz.

Jika kita ditimpa keburukan, maka yang harus dilakukan adalah mentafakuri kejadian buruk tersebut, kira-kira dosa apa yang mengundang takdir tersebut? Lalu bertobatlah, karena dengan bertobat akan ada rangkaian takdir berikutnya yang terbaik.

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS al-Hadid (57): 22-23)

Dalam menjalani hidup di dunia, kita harus sangat siap dengan kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan. Manusia mempunyai rencana, Allah juga mempunyai rencana. Dan yang pasti akan terjadi adalah rencana Allah SWT.

Bagi orang yang beriman, semua takdir Allah baik. Maha Suci dan Maha Terpelihara Allah dari perbuatan buruk, kesalahan, kezaliman dan ketidaksempurnaan dalam menetapkan takdir.

Kebanyakan manusia dalam menghadapi takdir yang dianggap buruk, sering salah persepsi atau berburuk sangka kepada Allah, sehingga kecewa, mengeluh dan mengadu kepada orang lain atas perbuatan Allah; juga sering salah dalam menyikapinya seolah-olah mampu menyelesaikannya sendiri, seharusnya serahkan segala urusan kepada Allah –tentunya dibarengi dengan ikhtiar dan doa juga. Dan hakikatnya Allah-lah yang menyelesaikan dan mengurus semua masalah.

Jangan takut menghadapi takdir yang dianggap buruk, karena semuanya pasti akan terlewati dan berakhir. Apabila tidak berhasil menjalaninya, bisa jadi karena ia salah dalam menyikapinya. Perkuat pula melakukan amalan-amalan dan doa tertentu yang bisa mengubah takdir yang dianggap buruk menjadi baik. Jadikan pula kekuatan tauhid untuk bekal menyikapi takdir dan menempa diri untuk semakin dekat kepada Allah SWT.

*) KH Abdullah Gymnastiar
adalah Dewan Pembina DPU Daarut Tauhiid.

(sumber: ramadan.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar