Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari hati setiap
manusia. Dicari, diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan kita. Arti
kebahagiaan bagi setiap orang memang tak selalu sama karena kebahagiaan
sering dipersepsikan sebagai ketercapaian atas sesuatu yang kita
inginkan, kesuksesan atau kesempurnaan. Sejatinya, tidak ada
kesempurnaan yang bisa membuat kita bahagia, tetapi kebahagian membuat
hidup kita terasa sempurna. Setiap harapan dan kenyataan sebenarnya bisa
membuat kita bahagia karena diri kitalah yang bisa menentukan, menjadi
sumber, dan merasakan kebahagiaan itu. Apakah makna bahagia yang
sesungguhnya? Bagaimanakah cara kita untuk bahagia?
Bahagia bisa dimaknai sebagai menyatunya berbagai perasaan positif
sehingga menumbuhkan ketentraman dan ketenangan hati, serta melahirkan
kebermaknaan hidup. Kebahagiaan hakiki bukan sekedar mengejar mimpi,
tapi memiliki mimpi bisa membuat kita termotivasi untuk bahagia.
Kebahagiaan sejati tidak bersumber pada kesempurnaan materi karena
materi hanya perantara dan sementara. Kebahagiaan itu terjadi jika kita
benar-benar memahami hati, bersahabat dengan hati, mengikuti kata hati,
dan menjadikannya energi untuk membuat keadaan dan kenyataan yang kita
jalani lebih berarti. Kata hati tak pernah mendustai, menuntun kita
kepada kejujuran memahami, mengasah kepekaan untuk merasakan, memberi
dan berbagi dengan orang lain, tanpa kepura-puraan dan tanpa
ditutup-tutupi.
Banyak cara yang dilakukan orang dengan tujuan dan alasan
kebahagiaan. Dari eksploitasi fisik hingga eksplorasi pikiran. Berkutat
dengan fakta dan logika, hingga semua hal sering dinilai dengan logis
dan tak logis. Kata hati, begitu sering terlupakan dan terabaikan.
Padahal, kata hati mampu menuntun kita ke jalan yang tepat. Jalan yang
bisa membuat kita merasa bahagia. Meskipun barometer kebahagiaan bagi
setiap orang bersifat relatif, kebahagiaan itu sederhana jika kita mau
mengikuti kata hati. Diri dan cara kita menyikapi setiap keadaanlah yang
sebenarnya sering membuat kebahagiaan itu sirna.
Mungkin kita pernah mangalami kondisi seperti ini
- Kita tidak bahagia karena kita terlalu banyak keinginan,
sehingga kita tidak fokus berproses mencapai satu keinginan, tidak
benar-benar memahami apa sebenarnya yang lebih kita butuhkan. Keinginan
yang berlebihan adalah nafsu yang mencelakakan dan menimbulkan
penyesalan.
- Kita tidak bahagia karena kita seringkali berperang dengan diri,
merasa tidak puas dengan keadaan dan tidak mampu menerima kenyataan
hidup, sehingga kita larut dalam kekecewaan, menyalahkan bahkan
mengkambinghitamkan orang lain, dan menyalahkan takdir
- Kita tidak bahagia karena kita selalu melihat ke atas, terlalu
sering membandingkan diri dengan orang yang lebih tinggi, sehingga
selalu merasa kurang dan merasa tidak adil.
- Kita tidak bahagia karena kita mencintai kesempurnaan – bukan
keutuhan, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain, tidak
siap menerima perubahan sesuatu yang kita anggap sempurna, dan ingin
selalu mempertahankan kesempurnaan itu.
- Kita tidak bahagia karena kita terlalu mencintai kesenangan
hidup dan tidak siap menghadapi kesusahan, sehingga kita tidak memiliki
keterampilan dan keahlian untuk menghadapi kekecewaan dan masalah.
Padahal, masalah dan kepahitan merupakan guru kehidupan yang bisa
membuat pencerahan
- Kita tidak bahagia karena kita sering berburuk sangka kepada Yang Maha Menentukan, selalu menerka-nerka yang akan terjadi, cemas, gelisah dan takut, sehingga kepercayaan dan keyakinan kita goyah, bahkan hilang
Semua hal yang membuat kita tidak bahagia sebenarnya bersumber dari
diri kita sendiri. Dominasi persepsi dan cara pandang yang keliru
seringkali menguasai diri daripada kata hati. Padahal, cara untuk
bahagia ada pada hati, yaitu keikhlasan hati untuk menerima dan mensyukuri yang ada, serta sabar menghadapi kenyataan.
Ikhlas adalah keterampilan kita untuk berpasrah dan berserah diri. Keikhlasan hati merupakan
energi tertinggi yang akan memotivasi diri untuk menyempurnakan
ikhtiar, serta kepasrahan diri kepada Yang Maha Memberi. Energi ikhlas
akan bersinergi dengan rasa syukur dan kesabaran, sehingga melahirkan
bahagia di hati kita. Sabar menghadapi ketidaksesuaian antara keinginan dengan kenyataan dan mensyukuri yang
Allah SWT berikan merupakan strategi untuk mengubah kegelisahan menjadi
ketenangan, mengambil hikmah dari musibah, mereduksi kesedihan menjadi
kebahagian, mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan, serta merevolusikan
hati menjadi lebih indah. Keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur ini akan
menimbulkan keajaiban berupa tumbuhnya perasaan-perasaan positif yang
menentramkan hati seperti kejujuran, keterbukaan hati dan pikiran,
kerelaan untuk memberi dan berbagi, pemahaman atas jati diri dan
kesadaran untuk memiliki tujuan hidup, sehingga dapat merasakan
kebermaknaan hidup dan menghayati nikmatnya hidup. Sifat- sifat hati
yang seperti ini yang bisa membuat kita bahagia. Kebahagiaan sejati yang
mungkin bisa membuat kecerdasan spiritual kita tumbuh dan
teraplikasikan dengan baik.
Setiap manusia boleh menentukan target dan mencapainya karena
sesungguhnya manifestasi dari keikhlasan ialah menyempurnakan ikhtiar,
berpasrah diri, serta ridho dengan kenyataan atau hasil yang dicapai.
Memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Namun, ikhlas, sabar dan
bersyukur merupakan proses belajar dan berlatih sepanjang hidup kita
untuk senantiasa merasa bahagia. Dimulai dari kita dan saat ini juga. Semoga
hati kita selembut sutra dan sekokoh baja, mudah tersentuh percikan
iman dan tetesan hidayah, serta menetap dalam keteguhan iman. Amin (sumber : Nia Hidayati.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar