PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Senin, 05 Oktober 2009

Satu Tuhan Satu Agama

Dalam forum Dialog antariman di Hotel Sahid Jaya, Alwi Shihab mengatakan bahwa banyaknya agama di dunia ini merupakan kehendak Allah semata, seperti tersirat dalam surat Al Hajj/22:40: “… kalau tidak karena perlindungan Allah kepada manusia antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain, niscaya sudah diruntuhkan biara-biara, gereja-gereja, sinagog-­sinagog, dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah …”. Tujuan penciptaan agama yang beragam itu, kata Alwi seraya mengutip surat Al Maidah/5:48 [Jika Allah mengendaki maka akan menjadikan umat ini satu ….] agar manusia bebas berlomba-lomba dalam kebaikan sesuai ajaran dan jalan terang (syirat atau manhaj) yang mereka pegang, dan dari situlah Allah bisa mencatat siapa saja manusia terbaik di atas dunia ini (Tekad, 8-14 Nopember 1999).

Pernyataan Alwi Shihab tersebut, tentu saja aneh. Pertama, jika benar semua agama itu ciptaan Tuhan, mengapa ajaran-ajaran agama itu berbeda bahkan bertentangan. Misalnya, ajaran Katolik melarang keras perceraian sementara Islam membolehkannya. Ada konsep kasta-kasta di Hindu, sementara Islam mengajarkan kesederajatan. Lebih aneh lagi ketika Tuhan berbicara tentang dirinya pada berbagai agama yang diciptakannya itu dalam wujud yang berbeda-beda. Pada Hindu Tuhan berwajah Trimurti, pada Kristen Trinitas, dan pada Islam Tuhan itu Ahad. Betapa Tuhan sangat hipokrit! Tuhan punya banyak muka?

Kedua, bukankah secara akademis, telah disepakati adanya dua penggolongan agama, yaitu agama samawi (langit), agama yang diturunkan Tuhan, dan agama tabiy (ardhi/bumi), agama ciptaan manusia (budaya). Dalam kategori ini, Yahudi, Nasrani, dan Islam masuk kelompok agama langit, sedangkan selebihnya Hindu, Budha, Konghucu, dan sebagainya adalah agama bumi. Jadi jelaslah bahwa tidak semua agama berasal dari Tuhan.

Jika yang dimaksud agama-agama oleh Alwi Shihab, adalah tiga agama langit di atas, tentu perlu penjelasan yang utuh. Bukankah dua diantara agama-agama itu telah mengalami perubahan radikal lewat proses campur tangan manusia. Jika demikian masihkah dapat dikatakan sebagai agama ciptaan Tuhan? Di sinilah letak keanehan pendapat yang mengatakan bahwa agama-agama yang ada di dunia ini semua berasal dari Tuhan. Lantas bagaimana sebenarnya? Yang logis adalah Tuhan Esa hanya menurunkan satu agama. Dan agama itu adalah agama yang mengajarkan tauhid.

Dan 25 Rasul yang diutus Allah, tidak ada satu pun yang mengajarkan konsep ketuhanan selain konsep tauhid. Ini dapat kita lihat misalnya dari seruan mereka: “Hai kaumku, mengabdilah kalian hanya kepada Allah, (sebab) tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia!” [Nuh: Al A’raf/7:59; Hud: Al A’raf/7: 66, Hud/11:50; Shaleh: Al A’raf/7:73, Hud/11:61; Syu’aib: Al A’raf: 65, Hud/11:841. Seruan seeupa juga dilakukan Isa (Ali Imran/3:50-51).
Ajaran para rasul yang hanya menuhankan Allah itu, di kesempatan lain disebut sebagai ajaran Islam. Maka berkali-kali Allah menegaskan bahwa para rasul itu adalah seorang muslim [Ibrahlm (Ali Imran/3:67, AI An’am/6:121-123), Ismail, Ishaq, Ya’kub (A1 Baqarah/2:130-135), Isa dan pengikut setianya (Ali Imran/3:52, A1 Maidah/5:111)].
Dengan demikian menjadi jelas bahwa dari zaman ke zaman Allah hanya menurunkan satu agama, yaitu agama tauhid. Agama tauhid itu memiliki ciri utama ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah, Tuhan Esa. Oleh karena itu agama itu disebut Islam (dari kata aslama, menyerahkan diri).

Agama tauhid ini secara estafet diturunkan dari satu rasul ke rasul lainnya; ditutup dan disempurnakan saat kerasulan Nabi Muhammad saw (Al Ahzab/33:4G). Jika pada kerasulan sebelum Muhammad saw, agama ini bersifat lokal (misalnya Hud bagi kaum Ad, Shaleh bagi kaum Samud, Luth untuk kaum Madyan, Musa untuk bani Israel [Bani Israel/17:2]), karena itu mungkin sekali punya nama lokal, misalnya Nasrani [berasal dari kata Nazareth, nama tempat asal kelahiran Isa], maka setelah kerasulan Muhammad saw, agama Islam bersifat universal (An Saba’/34:28) dan bahkan rahmatanlilalamin (Al Anbiya’/21:107).

Diantara masa-masa itu, agama tauhid (Islam) pernah diselewengkan oleh umatnya, diantaranya di era Yahudi (Al Maidah/5:41, An Nisa/4:46) dan Nasrani. Penyelewengan terberat adalah perubahan konsep ketuhanan monoteisme menjadi politeisme. Atas penyelewengan ini, Al Qur’an memberikan koreksi; misalnya surat AI Maidah/5: 72-75 adalah bantahan terhadap ajaran Trinitas. Jadi sebenarnya telah tamatlah Islam era Yahudi atau Nasrani setelah diutusnya Muhammad saw.

Jadi, memang Yahudi, Nasrani, dan Islam sebenarnya adalah agama-agama Allah. Tapi tiga itu bukan tiga melainkan satu yakni keseluruhan ajaran tauhid yang secara estafet dibawa rasul-rasul. Dan ingat, bukan Yahudi atau Nasrani yang sekarang.

Meskipun Allah menurunkan Islam sebagai satu-satunya agama, tetapi Allah tidak “ngotot” agar seluruh manusia memeluk Islam (AI Baqarah/’2:256), sekalipun dengan kekuasaan mutlaknya, Allah mampu melakukan itu (Al Maidah/5:48). Ternyata Allah justru memberi kebebasan kepada manusia untuk berkreasi “menciptakan” agama, bahkan Tuhan, baru [apakah ini yang disebut kehendak Allah oleh Alwi Shihab; memang secara hakiki semua yang terjadi, termasuk perbuatan manusia, adalah kehendak Allah; jadi Allah juga berkuasa berkehendak untuk melindungi tempat ibadah agama-agama]. Agama-agama ciptaan manusia itu diberi hak hidup, dan pemeluknya juga bebas menjalankan segala ritualnya. Hanya saja agama Allah tidak boleh disamarkan atau dicampur-adukkan dengan agama ciptaan manusia. Itulah pesan penting surat Al Kafirun/109:1-6.

Islam, dengan demikian, menghargai sepenuhnya keberadaan agama-agama lain sekaligus siap “berkompetisi” secara fair untuk membuktikan mana yang terbaik. Persoalannya, adakah yang lebih baik dari ciptaan Allah. (cak)

Minggu, 06 September 2009

Bersiap untuk Kematian


"Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya; berbahagialah orang yang membangun kuburan sebelum ia dimasukkan ke liang kubur; dan berbahagialah orang yang ridha bertemu Rabbnya sebelum ia dipanggil menemui-Nya."

من دخل القبر بلا زاد فكانما ركب البحر بلا سفينة
“Orang yang masuk ke liang lahad tanpa bekal sama dengan berlayar di laut tanpa kapal.” (Abu Bakar al-Shiddiq Ra *) 
Setiap diri akan kembali ke hadirat-Nya Yang Maha Agung di alam keabadian. Liang lahad adalah persinggahan pertama untuk memasuki alam keabadian. Kematian adalah sebuah hukum di mana semua manusia akan menjalaninya dan merupakan ketukan pertama gerbang persinggahan menuju akhir siklus waktu. Sebab dunia yang kita diami ini bukanlah tempat tinggalnya abadi
Di liang lahad semua manusia akan tidur panjang untuk selanjutnya akan dibangkitkan menuju alam keabadian. Ke alam keabadian itulah perjalanan spiritual semua manusia menuju. Ke sana pula kaki kita sedang melangkah dengan pasti. Hari ini, di sini, milik kita. Esok adalah milik kematian. Orang-orang yang “mati” sebelum mati sering berharap dapat lolos dari rahang kematian. Padahal itu sebuah kemustahilan yang tidak ada seorang pun meragukannya.
Yahya bin Mu'adz al-Razi melukiskan kebahagiaan orang yang melakukan persiapan sebelum memasuki persinggahan pertamanya, "Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya; berbahagialah orang yang membangun kuburan sebelum ia dimasukkan ke liang kubur; dan berbahagialah orang yang ridha bertemu Rabbnya sebelum ia dipanggil menemui-Nya."
 
Di alam keabadian itulah segala peristiwa eskatologis benar-benar akan dialami oleh setiap manusia: keberuntungan, kerugian, kebangkitan, kegoncangan, timbangan, pertanggungjawaban, kolam, titian, surga, neraka, dan lain-lainnya. Dalam pandangan Islam beriman kepada Allah Swt dengan mengesakan-Nya, mentaati Allah dan Rasul-Nya, yakni merealisasikan perintah-perintah wahyu dan mengaktualisasikan pola-Nya merupakan satu-satunya tangga yang akan mengantarkan perjalanan panjang hidup manusia kepada kemenangan (al-falah) yang sejati dan membuahkan kebahagiaan hakiki yang abadi.
Al-Qur`an melukiskannya sebagai berita yang harus disampaikan ke seluruh ummat manusia. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS, al-Baqarah [2]: 25).
Sebaliknya, orang yang tidak melakukan perintah-perintah-Nya, yakni tidak mematuhi segala aturan dan pola-Nya, berarti tidak memiliki bekal untuk memasuki tempat perisnggahan menuju alam keabadian. Ia akan menerima hukuman, penderitaan, dan kesengsaraan sebagai akibat kegagalan manusia dalam memanfaatkan ruang dan waktu yang dianugerahkan Allah kepadanya; akibat kegagalannya dalam mendayagunakan potensi diri dan kebebasannya secara tepat hingga tak memiliki bekal apapun untuk memasukinya dan menghadap ke hadirat-Nya.

“Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.” (QS, Ali ‘Imran [3]: 56). []
*Nama asli Abu Bakar al-Shiddiq adalah Abdullah bin Abu Qahafah dari Bani Taim. Dalam sejarah ia dikenal sebagai laki-laki yang pertama kali memeluk Islam dan melepas kedudukan dan posisi di kaumnya demi mengikuti Rasulullah Saw. Ia dikenal dengan sebutan al-Shiddiq dikarenakan pembenaran dan penerimaannya terhadap kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw pada saat sebagian besar orang-orang Islam ketika itu dilanda keraguan. Pada waktut Rasulullah Saw hijrah ke Madinah Abu Bakarlah yang menemaninya di Gua Hira. Ia adalah ayah Asma dan Aisyah, ummulmu`minin. Ketika Rasulullah Saw sedang sakit Abu Bakarlah yang menggantikan Rasul sebagai imam shalat. Ia dibaiat sebagai Khalifah di hari Saqifah bani Sa’idah sepeninggal Rasulullah Saw. Dalam kekhalifahannya ia pernah melakukan peperanag besar yang dikenal sebagai perang riddah. Perang ini dalam sejarah Islam dipandang sebagai penumpasan terhadap pemberontakan pertama sepeninggal Rasulullah Saw. Pemberontakan ini dilakukan oleh orang-orang murtad. Abu Bakar adalah orang pertama dari 10 orang yang dijanjikan surga. Ia meninggal tahun ke-13 H setelah memangku jabatan khilafah selama 2 tahun 5 bulan.
(adopted from : Era Muslim/ Ustad Abu Ridha)

Jadikan Dunia Hamba Kita


Kematian adalah kepastian yang menjadi misteri yang tidak ada satu orangpun mampu menebak kapan datangnya. Namun dia pasti. Dan sekali dia datang maka dia akan mengakhir semua angan dan cita yang kita bangun. Dia adalah penghancur kelezatan.

كل نفس ذآئقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.(Ali Imran 185).

Banyak orang tak menyadari bahwa hidupnya akan berujung di sebuah titik, tanpa koma. Titik kematian. Titik kepastian yang telah Allah gariskan. Ketidak sadaran ini berasal karena dia menyangka bahwa dunia akan toleran membiarkan hidup berlama-lama mengumbar keinginan nafsunya kemudian baru menyadarinya bahwa titik kematian itu sudah tiba. Kematian adalah kepastian yang menjadi misteri yang tidak ada satu orangpun mampu menebak kapan datangnya. Namun dia pasti. Dan sekali dia datang maka dia akan mengakhir semua angan dan cita yang kita bangun. Dia adalah penghancur kelezatan, dia adalah penakluk keinginan, dia adalah peremuk semua angan.

Lalai akan kepastian kematian bermula dari penghambaan kita pada dunia. Dia berawal karena kita senantiasa menghamba pada dunia. Dunia telah mengaburkan pandangan mata batin kita untuk melihat indahnya akhirat yang berkilau nikmat. Mata hati dan batin kitamenjadi gelap karena dia menghiasinya dengan pernih dunia. Mata batin kita menjadi gulita karena kita telah menutupnya dengan hiasan dunia.

Dunia yang seharusnya kita jadikan sebagai hamba, telah berbalik menjadi tuan. Dunia yang seharusnya berada di bawah telapak kaki kita jadikan di ubun-ubun kita. Dunia yang seharusnya kita dengan gampang menginjak-injaknya, telah dengan gampang menginjak-injak kepala kita. Dunia yang seharusnya tidak pernah menempel di dalam sanubari kita, malah menjadi raja yang mengatur semua organ tubuh kita.

Hari-hari kita berselimutkan dunia. Ada gumpalan kebanggaan dalam diri kita akan harta yang kita miliki. Jabatan yang kita duduki, posisi yang kita nikmati, kekuasaan yang kita kangkangi. Yang kemudian menjadikan kita larut, larut dan terus larut dalam kelalaian yang tiada bertepi. Yang sengaja Allah tidak hentikan kelalaian itu sehinga kita telah pula menjadikan kita lupa akan Allah yang Mahakuasa.

Kita lupa bahwa dunia ini Allah hamparkan untuk kita atur menuju Allah. Dan tidak menjadikan dunia mengalihkan perhatian batin kita dari Allah. Allah serahkan dunia ini agar kita mampu mengelolanya sebagai bekal untuk akhirat, namun kita sering kali lupa dan kita terjebak di jala-jalanya yang banyak menggoda dan melalaikan kita.

Sungguh celakalah jemari-jemari yang bergerak hanya menghitung dunia di setiap detiknya. Yang menghitung-hitungnya tiada henti dan ttitik, sampai kematian menghentikannya. Dia mengira bahwa harta benda yang berlimpah itu dapatk mengekalkan nafasnya, dapat membendung gelombang kematian mana kala dia telah tiba saatnya. Dia mengira bahwa hartanya tidak akan menggoyahkan posisinya, mengadikan hasratnya. Dunia telah melipui hatinya dan tidak memberikan pintu masuk pada akhirat sehingga dia berada dalam kealfaan yang total kepada Allah.

Para penghamba dunia akan senantiasa bersimpuh, ruku' dan sujud di depan kemegahannya. Nafsu menjadi Tuhannya. Dia menjadi hamba setianya.

أفرأيت من اتخذ إلهه هواه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعد الله أفلا تذكرون

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jatsiyah : 23).

Allah biarkan mereka sesat di tumpukan ilmunya yang tidak lagi memberi mamfaat. Ilmunya yang tidak lagi menjadi penerang karena dia telah memadamkannya dengan kecintaan yang over-dosis pada dunia. Kecintaan yang mematikan hatinya yang membunuh semangat cintanya kepada Yang Makak Pencinta.

Mereka lupa Allah, maka Allah jadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Lupa asal dan akhirnya. Lupa darimana dia bermula dan kemana dia akan berujung. Mereka lupa diri mereka sendiri.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik (Al-Hasyr : 19).

Wahai para pencinta dunia. Dunia itu terbatas umurnya. Dunia itu sementara kenikmatannya. Kalian boleh menikmatinya namun sebatas yang dibutuhkan untuk kepentingan akhirat kalian. Jangan berlebihan dan melampaui batas. Sebab jika kalian menikmati dunia dengan penuh ketamakan maka tak ubahnya kalian laksana binatang bahkan lebih buruk dari mereka. Karena kalian memiliki akal dan hati yang bisa lebih jernih melihat hakikat sesuatu namun kalian tidak lagi mampu.

Jangan biarkan diri kalian menyediakan sarana-sarana yang menjadikkan kalian tersesat dengan sarana-sarana yang kalian bangun dan himpun dalam diri kalian. Jangan biarkan lentera cintampada akhirat suram dan semakin suram karena kalian berlapang dada untuk bersimpuh ria di hadapan dunia yang terus menggoda kalian. Jangan biarkan diri kalian terperangkap di jaring-jaring dunia yang ditebar syetan di berbagai sudut-sudut nafsumu.

Jangan biarkan syetan-syetan itu menjadi tuan atau yang memporak porandakan rancang bangun keimanan kalian. Kalian tahu bahwa syetan adalah musuh. Maka jadikanlah dia sebagai musuh abadimu. Namun jika nafsu telah berkuasa atas kalian maka kalian akan menjadi budaknya. Sebab nafsu ammarah kalian adalah tentara syetan yang di tanam dalam diri kalian.
Biarkan dunia itu kalian posisikan pada posisinya yang benar. Menjadi hamba-hamba kalian, menjadi abdi-abdi kalian, menjadi pelayan-pelayan kalian. Dengan demikian kalian akan mudah menjadi hamba Allah, Tuhan yang kalian. Tuhan semesta alam.

Budak dunia akan kehilangan akhirat dan pemburu akhirat akan membuat dunia terbirit-birit mengejarnya di segala kesempatan.

Berbahagialah mereka yang menguasa dunia dan celakalah mereka yang dikuasai dunia.

(adopted : Ustad Samson Rahman/Era Muslim)

Selasa, 01 September 2009

Rahasia Bahagia dan Ketentraman Hidup

Hati ibarat raja yang selalu memerintah dan berkehendak. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah SAW menyampaikan, bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh manusia dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh manusia, dan segumpal daging itu adalah hati.

Hati yang baik, yang penuh dengan petunjuk Ilahi akan selalu mengantarkan pemiliknya pada kebaikan dan keselamatan. Ia akan selalu mendorong untuk melakukan perkara-perkara yang baik dan mulia. Baginya tidak ada keinginan untuk melakukan hal yang buruk dan jahat. Hati jenis ini adalah hati yang selamat dari pengaruh nafsu dan tipu daya setan. Sehingga orang yang berhati baik akan nampak dari tutur kata, raut muka, sikapnya yang selalu menyenangkan dan menyejukkan. Setiap waktu hati jenis ini akan selalu mendorong pemiliknya untuk terus meningkatkan iman, amal kebaikan, ibadah dan meningkatkan kualitas ilmu.

Adapun hati yang rusak selalu mengajak pemiliknya pada keburukan. Hati jenis ini telah dikuasai oleh nafsu dan setan. Sehingga orang yang memiliki hati yang rusak lebih cenderung berbuat dosa dan kemaksiatan. Ia tidak suka pada kebaikan. Hati tersebut akan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan yang akan mendatangkan murka Allah SWT.

Sahabat Hudzaifah bin Yaman menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ada berbagai cobaan yang ditampilkan kepada hati, seperti sepotong tikar yang disusun dari jerami, sehelai demi sehelai. Setiap kali ia condong kepada dosa, maka hati itu diwarnai satu titik hitam. Tetapi jika ia menolaknya, maka hati itu diwarnai satu titik putih, sampai terbentuklah dua macam hati, yaitu hati yang berwarna hitam pekat, hati semacam ini tidak pernah mengenal kebaikan sedikitpun. Dan hati yang berwarna putih cemerlang, hati macam ini tidak condong pada keburukan sedikitpun, selama langit dan bumi masih ada."

Menyucikan hati adalah langkah awal sebelum menempuh jalan ilmu. Hati yang baik akan mudah menerima ilmu dan kebaikan. Adapun hati yang rusak akan selalu membuat orang menjadi malas dan membuatnya menjauh dari ilmu dan kebaikan. Imam Syafi'i bercerita :

Aku mengadu pada guruku tentang lemahnya hafalanku
Kemudian guruku memerintahkanku untuk meninggalkan perbuatan maksiat
Guruku memberi tahuku bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan pada orang yang berbuat maksiat


Apa yang mendorong seseorang berani terjun ke medan jihad di jalan Allah? Ia rela meninggalkan anak istri yang dicintainya, meninggalkan harta, kampung halaman dan segala kesenangan dunia untuk mati dalam peperangan? Jawabannya adalah karena cintanya pada Allah yang telah menguasai hatinya membuatnya rela berkorban harta, nyawa dan menempuh segala kesulitan.

Apa yang mendorong para sahabat Rasulullah SAW menjadi perisai bagi beliau ketika dalam peperangan? Sehingga panah, tombak dan sayatan pedang menimpa mereka? Adalah karena kecintaan yang telah menghujam kuat dalam hati mereka pada Rasulullah SAW sehingga mereka rela terbunuh demi membela Rasulullah SAW.

Demikianlah, cinta dan sebuah cita cita yang telah menghujam kuat dalam hati bisa membuat seseorang rela menempuh segala kesulitan dan melakukan pengorbanan. Karenanya, hati perlu untuk selalu kita didik dan arahkan agar ia bersikap sesuai yang kita harapkan. Dan hati akan mudah kita kendalikan bila ia dapat kita lepaskan dari pengaruh nafsu dan bisikan setan.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa roda kehidupan selalu berputar. Tidak selamanya kehidupan yang kita jalani dan temui sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Terkadang ia bertentangan dengan harapan kita. Orang-orang yang berhati baik akan bisa menyikapi keadaan tersebut dengan arif dan bijaksana.

Ketika ia mendapatkan kebaikan ia akan banyak bersyukur pada Allah SWT dan tidak membuatnya lupa diri dan terlena. Dan ketika apa yang ia temui tidak sesuai dengan harapannya, iapun menyikapinya dengan sikap sabar dan tenang.

Sedangkan mereka yang punya hati sakit, ketika mendapat kesenangan, ia begitu berbahagia dan bangga sehingga terkadang membuatnya terlena dan lupa diri. Dan ketika yang ia temui tidak seperti yang ia harapkan akan terlihat kekecewaan dari raut mukanya, ia akan berputus asa dan mengeluh.

Untuk menjadikan hati baik maka diantara langkah yang harus kita tempuh adalah mendidiknya untuk cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Hal itu dapat dilakukan dengan melatihnya untuk selalu membaca dan menghayati al-Qur'an, berzikir, shalat dengan penuh khusyuk, melakukan amal sholih, memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW dan segala bentuk amal kebaikan lainnya.

Ketika hati telah dipenuhi oleh kecintaan pada Allah, maka ia akan selalu berada dalam petunjuk dan bimbingan Allah. Ia akan terjaga dari gangguan nafsu dan tipu daya setan.

"Bila hati kian bersih, pikiranpun akan jernih, semangat hidup akan gigih, prestasi mudah diraih. Bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit", begitulah petuah Aa Gym.

Dengan demikian setiap individu hendaklah berupaya untuk selalu memenej hati dan mengarahkannya pada kebaikan. Dimanapun kita hidup tidak semua yang kita inginkan dan harapkan akan terwujud. Ada kalanya kita harus bisa bersikap sabar dan lapang hati dengan realita yang terjadi.

Barangkali istri, anak-anak, tempat tinggal, pekerjaan, dllnya berbeda dari yang kita harapkan. Tapi bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan. Dengan terus melatih hati dalam keimanan dan amal soleh, insya Allah segala kesulitan dan kendala yang menghadang jalan cita-cita akan bisa kita sikapi dengan bijak dan tepat.

Orang-orang yang memiliki kontrol hati yang baiklah yang akan bisa meraih prestasi di tengah sulit dan beratnya tantangan dan ujian hidup yang dihadapi. Mereka tidak pernah mengenal lelah, rasa malas, putus asa, pesimis dan minder. Mereka selalu bersemangat walau sesulit apapun rintangan yang menghadang jalan cita-cita. Tekad yang terpendam dalam hati mereka telah kuat, lebih besar dari pasir-pasir dan kerikil-kerikil rintangan yang menghalangi langkah-langkah mereka.

Mari kita senantiasa membiasakan diri untuk membaca do`a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW, "Wahai (Allah) yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu". Amin. Wallahu a`lam bish-showab.

(Adopted From : Era Muslim/ marif_assalman@yahoo.com)

Kamis, 20 Agustus 2009

Perspektif Ali Khamanaie Tentang Bulan Suci Ramadhan

Tibanya bulan suci Ramadhan bagi umat Islam sama seperti tibanya hari Raya. Untuk itu umat Islam perlu saling mengucapkan selamat di antara mereka akan kedatangan bulan ini sambil saling berpesan agar memanfaatkan secara maksimal berkah yang ada di bulan Ramadhan. Sebab, bulan ini adalah bulan penjamuan Allah. Hanya orang-orang mukmin dan mereka yang layak untuk menghadiri perjamuan ini saja yang berhak untuk duduk menikmati jamuan Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Mulia. Jamuan ini berbeda dari jamuan umum yang dihidangkan Allah untuk seluruh manusia bahkan semua makhluk di alam ini. Jamuan [Bulan Ramadhan] adalah jamuan khusus dan diperuntukkan bagi orang-orang khusus di sisi Allah.

Masalah terpenting menyangkut bulan suci Ramadhan adalah bahwa manusia yang berada di tengah beragam faktor dan jebakan yang melupakannya dari Allah dan dari jalanNya sehingga ia terjerumus ke dalam keterpurukan mendapatkan kesempatan menempa ruh dan spiritualitasnya untuk terbang tinggi ke puncak kesempurnaan. Secara tabiatnya, ruh dan jiwa manusia selalu bergerak menuju kesempurnaan. Bulan ini memberikan peluang kepada manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menghiasi diri dengan akhlak ketuhanan. Bulan suci Ramadhan ibarat musim semi bagi manusia untuk memperbarui diri, membangun diri sendiri dan bercengkerama dengan Tuhan.

Berkah bulan Ramadhan mulai memancar dari dalam jiwa masing-masing orang dan Muslim yang mempersiapkan dirinya menyongsong kedatangannya. Berkah itu memancar di dalam hati. Hakikat pertama yang terjelma berkat bulan Ramadhan adalah hati dan jiwa kaum Mukminin, para pelaksana ibadah puasa dan mereka yang telah memasuki bulan yang suci dan penuh berkah ini. Di satu sisi, puasa, di sisi lain membaca Al-Qur'an dan di sisi ketiga menyibukkan diri dengan doa dan munajat pada bulan Ramadhan, semua itu membawa orang masuk ke alam penyucian diri dan pembersihan jiwa. Kita semua memerlukan segala penyucian ini.

Bulan Ramadhan yang datang setiap tahun, tak ubahnya bagai sejengkal tanah dari surga yang diturunkan Allah ke dalam jahannam duniawi dan materi yang membakar kita ini. Bulan ini memberikan kesempatan kepada kita untuk duduk di jamuan Ilahi dan masuk ke dalam surga tersebut. Sebagian orang berhasil memanfaatkan dan berada tiga puluh hari penuh di dalam surga. Sebagian orang, berkat tiga puluh hari [bulan Ramadhan] tersebut, menikmati manisnya surga hingga setahun kemudian dan sebagian orang bahkan mendapat anugerah surgawi sepanjang hidupnya. [Amat disayangkan] ada sebagian orang yang melaluinya dengan kelalaian.

Orang yang berkat bulan Ramadhan berhasil memperoleh kekuatan dalam melawan hawa nafsu berarti telah meraih sebuah kesuksesan besar, yang harus ia pertahankan. Mereka yang merasa tersiksa dengan kebiasaan menuruti kemauan hawa nafsu dan tuntutan syahwat -selagi ada kemampuan pada diri mereka-, hendaknya memanfaatkan bulan Ramadhan untuk menghilangkan kebiasaan itu. Segala kesengsaraan manusia timbul karena mengikuti hawa nafsu. Semua bentuk kezaliman, semua penipuan dan ketidakadilan, semua peperangan yang zalim, semua rezim yang lalim, semua kepasrahan menerima penindasan yang ada di tengah umat manusia, semua itu terjadi karena kepasrahan kepada hawa nafsu dan ketundukan kepada bisikan syahwat. Jika seseorang berhasil meraih kemampuan untuk mengalahkan hawa nafsu, maka ia pasti berbahagia. Bulan Ramadhan memberikan kemampuan itu kepada kalian.

Karena itu, masalah yang inti adalah menghindari dosa. Di bulan Ramadhan, kita harus berusaha melatih diri untuk menjauhkan dosa dari diri kita -insya Allah-. Jika dosa telah jauh dari kita, saat itulah jalan untuk terbang bebas ke alam malakut akan terbuka dan orang yang demikian akan mampu melakukan pengembaraan di jalan spiritual Ilahi dan merampungkan tugas yang telah ditentukan baginya sebagai manusia. Akan tetapi pengembaraan dan tugas itu tidak mungkin akan terlaksana jika ia berlumuran dosa. Bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk berlatih menjauhi dosa.

Puasa yang kita pandang sebagai sebuah kewajiban Ilahi sebenarnya adalah sebuah penghormatan Ilahi, sebuah kenikmatan dan Allah, sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi mereka yang berhasil melaksanakan ibadah ini. Tentu saja [dalam melaksanakannya] ada banyak kesulitan. Semua pekerjaan yang membawa berkah dan berguna, selalu dibarengi dengan kesulitan. Tanpa merasakan kesulitan, orang tidak akan memperoleh keberhasilan. [Namun], kesulitan yang ada pada puasa tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh dari ibadah ini. Dengan hanya bermodal kecil, seseorang bisa meraih keuntungan yang sangat besar.

Ada tiga tingkatan umum yang disebutkan [oleh para ulama] berkenaan dengan puasa. Ketiganya sangat berguna bagi mereka yang melaksanakannya. Satu tingkatan adalah tahapan umum puasa yaitu menghindari makan, minum dan apa yang dilarang dalam puasa. Jika faedah puasa hanya terbatas pada menahan diri dari hal-hal tersebut, sudah cukup banyak manfaat yang didapat manusia dengan menjalankannya. Kita diuji dan kita diajari dengan puasa. Dengan kata lain, dalam ibadah ini ada pembelajaran dan ada ujian untuk kehidupan. Pelatihan dan penempaan. Dalam sebuah riwayat Imam Jafar Shadiq (as) berkata, "...agar orang kaya dan orang miskin sederajat."

Allah SWT mewajibkan puasa agar orang kaya dan orang miskin dalam waktu tertentu merasakan satu hal yang sama. Orang miskin sepanjang hari tidak bisa membeli dan memakan atau meminum apa saja yang ia inginkan. Tetapi orang kaya mampu membeli dan memakan atau meminum apa saja yang ia mau. Orang kaya tidak bisa merasakan apa yang dirasa orang miskin untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi di hari ketika berpuasa, semua orang [kaya dan miskin] dengan pilihan sendiri menahan diri dari beberapa hal yang diinginkan hawa nafsunya.

Orang yang merasakan lapar dan dahaga akan memiliki kemampuan dalam melawan kesulitan di tengah jalan. Bulan Ramadhan memberikan kesabaran dan kekuatan kepada orang dalam menghadapi kesulitan. Kesabaran dalam menjalankan tugas dan kewajiban, adalah pelatihan Ilahi yang dinugerahkan kepada manusia. Semua manfaat itu didapat dalam tingkatan awal puasa. Selain mengosongkan perut dan menghindarkan diri dari hal-hal umum yang mubah, puasa memberikan cahaya, kesucian dan kelembutan kepada manusia, dan ini adalah manfaat yang sangat besar.

Tingkatan kedua puasa adalah menghindari dosa. Artinya, menjaga telingan, mata, lidah dan hati -bahkan dalam sejumlah riwayat disebutkan menjaga kulit dan bulu badan- dari dosa. Sama seperti kalian menahan diri dari makan, minum dan berbagai tuntutan nafsu lainnya, kalian juga harus menahan diri dari perbuatan dosa. Ini adalah tingkatan ibadah puasa yang lebih tinggi. Kesempatan yang ada pada bulan Ramadhan adalah peluang bagi manusia dalam melatih diri untuk menghindari perbuatan dosa. Jadi, pada tingkatan kedua puasa, orang harus berusaha optimal memisahkan dirinya dari dosa. Khususnya bagi kalian anak-anak muda yang tercinta, manfaatkan kesempatan ini. Kalian masih muda. Pemuda selain memiliki kekuatan dan kemampuan juga memiliki hati yang bersih. Kebersihan hati ini merupakan kesempatan bagi pemuda. Sepanjang bulan Ramadhan, manfaatkan kesempatan ini dan latihlah diri untuk menghindari dosa -tingkatan kedua dari ibadah puasa-.

Tingkatan ketiga puasa adalah menghindarkan diri dari segala hal yang melupakan dan membuat hati lalai dari mengingat Allah (dzikrullah). Ini adalah tingkatan tertinggi puasa. Ketika puasa menghidupkan dzikrullah di hati dan menyalakan pelita ma'rifatullah di hati, hati akan menjadi terang. Karena itu segala hal yang membuat seseorang lalai akan dzikrullah pada tingkatan ini, berbahaya bagi puasa. Sungguh berbahagia mereka yang mampu meraih derajat puasa yang seperti ini.

Bulan Ramadhan adalah bulan doa dan bulan meraih ketaqwaan. Bulan ini adalah bulan yang berkat ibadah dan kekhusyukan kepada Allah, kita memperoleh kekuatan ruhani dan spiritual. Dengan bekal kekuatan ruhani dan spiritual itu kita dengan mudah dan cepat dapat melalui jalan-jalan terjal berduri dan dengan baik meniti perjalanan untuk sampai ke tujuan.

Bulan Ramadhan adalah bulan untuk meraih kekuatan. Bulan Ramadhan adalah bulan kesempatan bagi setiap orang untuk melangkah mencapai khazanah ghaib dan maknawiyah Ilahi. Ia dapat memuaskan diri di sana semampunya dan mempersiapkan diri untuk bergerak ke arah kemajuan. Dengan berbagai rangkaian dalam bulan Ramadhan, termasuk shalat dan tugas-tugas lain yang telah ditentukan serta puasa dan doa-doanya, juga dengan membaca Al-Qur'an, semua itu jika Anda perhatikan adalah sebuah program lengkap untuk menempa diri dan menyelamatkan diri dari kenihilan, penyimpangan dan sebagainya, sebuah program lengkap yang sangat berguna.

Di bulan Ramadhan -di setiap malam dan siangnya- sebisanya sinari hati kalian dengan dzikrullah, sehingga kalian siap untuk memasuki malam Lailatul Qadr yang suci.
[Lailatul Qadr] adalah malam ketika para malaikat menyambungkan bumi ini dengan langit, menyinari kalbu dengan cahaya dan menerangi lingkungan kehidupan dengan nur kemuliaan dan kemurahan Ilahi, malam kedamaian dan keselamatan maknawiyah, malam keselamatan bagi hati dan jiwa. Malam ini adalah malam kesembuhan bagi semua penyakit moral, penyakit maknawiyah, penyakit materi dan penyakit umum dan sosial, yang saat ini -amat disayangkan- berbagai bangsa di dunia termasuk bangsa-bangsa muslim terjangkiti olehnya. Keselamatan dari semua penyakit itu hanya bisa didapat pada malam Lailatul Qadr. Syaratnya, kalian harus mempersiapkan diri untuk memasuki malam itu.

Setiap tahun Allah SWT memberikan kesempatan yang istimewa [kepada hamba-hambaNya]. Kesempatan itu berupa bulan suci Ramadhan. Sepanjang bulan Ramadhan, hati akan melunak. Ruh akan bersinar dan bercahaya, dan manusia siap untuk menapakkan kaki di lembah rahmat Ilahi yang sangat spesial. Setiap orang dapat memanfaatkan jamuan agung Ilahi ini sebesar kemampuan, ketekunan dan kerja kerasnya. Setelah bulan Ramadhan berakhir, tiba tahun [kehidupan] baru, yaitu hari raya Idul Fitri, hari dimana manusia dapat meniti jalan langsung menuju Tuhannya dan terhindar dari segala penyimpangan dengan semua bekal yang ia raih dalam bulan Ramadhan. Idul Fitri adalah hari pemberian pahala dan hari menerima rahmat Ilahi setelah berlalunya bulan Ramadhan.

Ada satu poin penting berkenaan dengan hari raya Idul Fitri, yaitu tekad yang serius untuk mempersiapkan diri selama setahun menyongsong bulan Ramadhan tahun depan. Jika seseorang berniat masuk ke dalam jamuan Ilahi, jika ia ingin meraih malam Lailatul Qadr dan malam-malam penuh berkah [di bulan Ramadhan], maka ia harus terus melakukan pengawasan atas diri sendiri. Kita harus mempersiapkan diri selama sebelas bulan untuk menyongsong kedatangan bulan Ramadhan tahun berikutnya.

Putuskan bahwa sampai tahun depan, Anda akan mengontrol segala perilaku sehingga bulan Ramadhan mendatang bersedia menerima Anda, sehingga bulan jamuan Ilahi itu akan sangat nikmat dan penuh berkah buat Anda. Ini adalah anugerah terbesar yang bisa diperoleh seorang manusia, dan ini adalah sarana untuk mengukir kesuksesan dalam semua hal, baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat, dan baik yang berhubungan dengan pribadi seseorang, orang-orang dekatnya maupun masyarakat Muslim.

Jika memasuki bulan Ramadhan dengan kesiapan yang penuh, tentunya kita akan lebih bisa memanfaatkan jamuan Ilahi ini, dan tahun berikutnya derajat kita akan semakin tinggi. Saat itulah, dalam lingkungan kehidupan sosial kalian akan mendapatkan apa saja yang kalian senangi. -(adopted from Internet)-

Selasa, 26 Mei 2009

Larangan Memakai Cincin Emas bagi Laki-Laki

1. Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alayhi wasalam pernah membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan matanya dibagian dalam telapak tangannya, maka orang-orang jugamembuat cincin emas. Kemudian Rasulullah duduk diatas mimbar dan menaggalkan cincinnya sambil bersabda, ‘Sungguh aku telah memakai cincin ini dan aku letakkan matanya di perut telapak tangan‘ Lalau beliau membuang cincin itu sambil berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya‘ maka orang-orang pun membuang cincin mereka”(HR Bukhari dan Muslim).

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahuanhu, dia berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu alayhi wasalam melarang memakai cincin emas“(HR Bukhari).

3. Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah melihat sebuah cincin emas ditangan seorang lelaki, lalu beliau melepaskan cincin itu dan membuangnya, seraya bersabda, “Salah seorang dari kalian sengaja mengambil bara api neraka dan meletakkannya ditangannya“, Setelah itu Rasulullah pun pergi. Para sahabat berkata kepada lelaki itu “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah“. Lelaki itu menjawab “Tidak demi Allah, aku tidak akan mengambilnya setelah Rasulullah membuangnya“. (HR Muslim)

4. Diriwayatkan dari Abu Umamah, bahwa Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allahdan hari akhir, maka janganlah mengenakan sutra dan (memakai perhiasan emas).“(HR Ahmad, Hakim dan Ath-Thabrani)

5. Diriwayatkan dari Ali radiallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahu alayhi wasalm pernah bersabda, “Diharamkan memakai sutra dan emas bagi kalangan laki-laki umatku dan dibolehkan bagi kalangan wanitany “. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah)

Berdasarkan teks-teks diatas dapat diketahui bahwa hukum mengenakan cincin emas bagi laki-laki adalah haram. Namun saat ini banyak diantara kaum muslimin yang tidak mengindahkan larangan ini. Mereka memakai cincin emas dan mengikuti gaya orang-orang kafir dengan dalih bahwa cincicn yang mereka pakai adalah cincin perkawinan.

Boleh memakai Cincin Perak

Laki-laki boleh memakai cincin yang terbuat dari perak. Hal ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik, dia berkata “Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah membuat cincin perak. Di cincin itu terdapt ukiran ‘Muhammad Rasulullah’“.(HR Bukhari dan Muslim)

Catatan:

Dimakruhkan bagi laki-laki memakai cincin dijari tengah dan jari telunjuk. Hal ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Burdah, bahwa Ali bin Abi Thalib radiallahuanhu pernah berkata, “Rasulullah pernah melarangku emamaki cincin dijari yang ini dan ini” Abu Burdah berkata, “Ali lalu menunjukkan jari tengah dan jari berikutnya.” Dalam riwayat lain berbunyi, “Lalu Ali menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya“. (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Imam An-Nawawi berkata, “kaum muslimin sepakat bahwa yang sunnah adalah laki-laki memakai cincin dijari kelingkingnya. Adapun kalangan wanita boleh memakai cincin dijari mana saja. Ada yang menyatakan bahwa hikmah disunnahkannya memakai cincin dijari kelingking adalah karena tidak akan menganggu pekerjan-pekerjaan tangan lantaran letaknya dipinggir. Dimakruhkan memakai cincin dijari tengah berdsarkan petunjuk hadits yang telah dikemukakan diatas.” (An-Nawawi, syarah Muslim 14/71)

Apakah boleh memakai Emas dalam keadaan Darurat ?

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Tharfah dari kakeknya, Arfajah bin As’ad, bahwa hidungnya pernah terkena luka pada peristiwa Al Kulab dimasa Jahiliyah. Lalu dia membuat hidung palsu dari perak. Namun hidung palsu yang terbuat dari perak itu mengeluarkan bau busuk dan membuatnya terganggu. Maka Rasulullah menyuruhnya untuk membuat hidung palsu dari emas. (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’I)

Al Khathabi berkata, “Berdasarkan hadits diatas, laki-laki boleh memakai emas yang kadarnya sedikit dalam keadaan darurat seperti untuk mengikat gigi dan lainnya“.(lihat Tuhfah Al Ahwazi 11/198)

Pendapat yang senada juga dikemukakan oelh banyak ulama. Saya katakan (Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim) bahwa “Hukum memakai emas bagi laki-laki yang bukan pada kondisi darurat adalah haram. Laki-laki tidak boleh menganakan kancing baju yang terbuat dari emas, begitu juga dengan jam tangan emas. Karena hal ini tidak ada keadaan darurat yang menyebabkannya boleh memakainya. Lagipula hal ini juga termasuk bersikap ghuluw dan bagian dari kesombongan“. Wallaha ‘alam

Disalin dari kitab Shahih Fikih Sunnah Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, dikomentari oleh Syaikh Nashiruddin Al- Albani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin Pustaka Azzam 3/35.

Adopted from : http://abiyazid.wordpress.com

Senin, 25 Mei 2009

Tiga Tanda Kiamat Yang Harus Diantisipasi Dewasa Ini


Ada tiga tanda fenomenal dari tanda-tanda Kiamat yang perlu diantisipasi dewasa ini oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dua di antara ketiga tanda itu masuk dalam kategori tanda-tanda besar Kiamat. Satu lagi kadang dimasukkan ke dalam tanda besar, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tanda penghubung antara tanda-tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat.

Tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat ialah diutusnya Imam Mahdi. Imam Mahdi merupakan tanda Kiamat yang menghubungkan antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat karena datang pada saat dunia sudah menyaksikan munculnya seluruh tanda-tanda kecil Kiamat yang mendahului tanda-tanda besar Kiamat. Allah tidak akan mengizinkan tanda-tanda besar Kiamat datng sebelum berbagai tanda kecil Kiamat telah tuntas kemunculannya.

Banyak orang barangkali belum menyadari bahwa kondisi dunia dewasa ini ialah dalam kondisi dimana hampir segenap tanda-tanda kecil Kiamat yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah bermunculan semua. Coba perhatikan beberapa contoh tanda-tanda kecil Kiamat berikut ini:

Dan perceraian banyak terjadi ويكثر الطلاق
Dan banyak terjadi kematian mendadak (tiba-tiba) و الموت الفجاء
Dan banyak mushaf diberi hiasan (ornamen) و حلية المصاحف
Dan masjid-masjid dibangun megah-megah و زخرفت المساجد
Dan berbagai perjanjian dan transaksi dilanggar sepihak و نقضت العهود
Dan berbagai peralatan musik dimainkan و استعملت المأزف
Dan berbagai jenis khamr diminum manusia و شربت الخمور
Dan perzinaan dilakukan terang-terangan و فخش الزنا
Dan para pengkhianat dipercaya (diberi jabatan kepemimpinan) و اؤتمن الخائن
Dan orang yang amanah dianggap pengkhianat (penjahat/teroris) و خون الأمين
Tersebarnya Pena (banyak buku diterbitkan) ظهور القلم
Pasar-pasar (Mall, Plaza, Supermarket) Berdekatan تتقارب الأسواق
Penumpahan darah dianggap ringan استخفاف بالدم
Makan riba أكل الربا

Jadi kalau kita perhatikan, contoh-contoh di atas jelas sudah kita jumpai di zaman kita dewasa ini. Bahkan bila kita buka kitab para Ulama yang menghimpun hadits-hadits mengenai tanda-tanda kecil Kiamat, lalu kita baca satu per satu hadits-hadits tersebut hampir pasti setiap satu hadits selesai kita baca kita akan segera bergumam di dalam hati: “Wah, yang ini sudah..!” Hal ini akan selalu terjadi setiap habis kita baca satu hadits. Laa haula wa laa quwwata illa billah....

Jika tanda-tanda kecil Kiamat sudah hampir muncul seluruhnya berarti kondisi dunia dewasa ini berada di ambang menyambut kedatangan tanda-tanda besar Kiamat. Dan bila asumsi ini benar, berarti dalam waktu dekat kita semua sudah harus bersiap-siap untuk menyambut datangnya tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat, yaitu diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Hal ini menjadi selaras dengan isyarat yang diungkapakan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai dua pra-kondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi.

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ

وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kese-wenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan adanya dua prakondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Kedua prakondisi tersebut ialah pertama, banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan kedua, terjadinya gempa-gempa. Subhaanallah. Jika kita amati kondisi dunia saat ini sudah sangat sarat dengan perselisihan antar-manusia, baik yang bersifat antar-pribadi maupun antar-kelompok. Demikian pula dengan fenomena gempa sudah sangat tinggi frekuensi berlangsungnya belakangan ini.

Berarti kedatangan Imam Mahdi merupakan tanda Akhir Zaman yang jelas-jelas harus kita antisipasi dalam waktu dekat ini. Dan jika sudah terjadi berarti kitapun harus segera mempersiapkan diri untuk mematuhi perintah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam yang berkaitan dengan kemunculan Imam Mahdi. Kita diperintahkan untuk segera berbai’at dan bergabung ke dalam barisannya sebab episode-episode berikutnya merupakan rangkaian perang yang dipimpin Imam Mahdi untuk menaklukkan negeri-negeri yang dipimpin oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya).

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

“Ketika kalian melihatnya (Imam Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah)

Imam Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Beliau akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Penguasa Tunggal dan Sejati langit dan bumi. Beliau akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimatthoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung paling timur hingga ujung paling barat.


Ghazawaat (perang-perang) tersebut akan dimulai dari jazirah Arab kemudian Persia (Iran) kemudian Ruum (Eropa dan Amerika) kemudian terakhir melawan pasukan Yahudi yang dipimpin langsung oleh puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan uniknya pasukan Imam Mahdi Insya Allah akan diizinkan Allah untuk senantiasa meraih kemenangan dalam berbagai perang tersebut.

تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ

ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ

“Kalian akan perangi jazirah Arab dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan menghadapi Persia dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Ruum dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Dajjal dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya.” (HR Muslim)

Lalu kapan Nabiyullah Isa ’alihis-salaam akan turun dari langit diantar oleh dua malaikat di kanan dan kirinya? Menurut hadits-hadits yang ada Nabi Isa putra Maryam ’alihis-salaam akan datang sesudah pasukan Imam Mahdi selesai memerangi pasukan Ruum menjelang menghadapi perang berikutnya melawan pasukan Dajjal. Pada saat itulah Nabi Isa ’alihis-salaam akan Allah taqdirkan turun ke muka bumi untuk digabungkan ke dalam pasukan Imam Mahdi dan membunuh Dajjal dengan izin Allah.

Begitu Imam Mahdi dan pasukannya mendengar kabar bahwa Dajjal telah hadir dan mulai merajalela menebar fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka Imam Mahdi mengkonsolidasi pasukannya ke kota Damaskus. Lalu pada saat pasukan Imam Mahdi menjelang sholat Subuh di sebuah masjid yang berlokasi di sebelah timur kota Damaskus tiba-tiba turunlah Nabi Isa ’alihis-salaam diantar dua malaikat di menara putih masjid tersebut. Maka Imam Mahdi langsung mempersilahkan Nabi Isa ’alihis-salaam untuk mengimami sholat Subuh, namun ditolak olehnya dan malah Nabi Isa ’alihis-salaam menyuruh Imam Mahdi untuk menjadi imam sholat Subuh tersebut sedangkan Nabi Isa ’alihis-salaam makmum di belakangnya. Subhanallah.

" ينزل عيسى بن مريم ، فيقول أميرهم المهدي : تعال صل بنا ،

فيقول : لا إن بعضهم أمير بعض ، تكرمة الله لهذه الأمة " .

"Turunlah Isa putra Maryam ’alihis-salaam. Berkata pemimpin mereka Al-Mahdi: "Mari pimpin sholat kami." Berkata Isa ’alihis-salaam: "Tidak. Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi yang lainnya sebagai penghormatan Allah bagi Ummat ini." (Al Al-Bani dalam ”As-Salsalatu Ash-Shohihah”)

Saudaraku, marilah kita bersiap-siap mengantisipasi kedatangan tanda-tanda Akhir Zaman yang sangat fenomenal ini. Tanda-tanda yang akan merubah wajah dunia dari kondisi penuh kezaliman dewasa ini menuju keadilan di bawah naungan Syariat Allah dan kepemimpinan Imam Mahdi beserta Nabiyullah Isa ’alihis-salaam.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam barisan pasukan Imam Mahdi yang akan memperoleh satu dari dua kebaikan: ’Isy Kariman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) au mut syahidan (atau Mati Syahid). Amin ya Rabb.

Adopteb from : (Eramuslim)

Jumat, 22 Mei 2009

Antara Hati Gelap & Hati Terang


'Hati' adalah sumber moral dan mental terpuji. Kalau akal menunjuki manusia pada kebenaran, maka hati memberi cara bijak mencapai kebenaran itu. Selain itu, hati berfungsi sebagai penerang akal, ketika akal berada dalam kebimbangan dan keraguan. Hati membentuk kepribadian agar manusia tahu persis apa yang harus dilakukan terhadap apa yang dihasilkan oleh akalnya. Kehidupan modern terlalu memacu akal dan mengabaikan pembinaan hati, lebih mengutamakan pengajaran daripada pendidikan. Seorang ayah seringkali lebih memperhatikan angka-angka rapor yang dicapai, daripada memperhatikan perkembangan kepribadian anaknya. Dan karena itu Allah di samping menganjurkan kita untuk mengajarkan buku-buku, hukum-hukum alam dan kebijakan-kebijakan, juga menganjurkan untuk melakukan penyucian hati (Q.S. 2: 151).

Menurut Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi SAW, ada empat hal yang menyebabkan hati manusia menjadi gelap. Pertama, perut terlalu kenyang, melampaui batas yang diperlukan. Kedua, bergaul dengan orang-orang yang zalim. Ketiga, melupakan dosa-dosa masa silam tanpa ada perasaan menyesal. Dan terakhir, panjang angan-angan (tulul amal). Sebaliknya, ia juga berpendapat ada empat hal yang membuat manusia memiliki hati yang terang. Pertama, hati-hati dalam mengisi perut. Kedua, bergaul dengan orang-orang yang baik. Ketiga, mengenang dosa-dosa dengan penuh penyesalan. Dan keempat, pendek angan-angan.

Dari nasihat tadi dapat disimpulkan, ada empat hal yang harus kita perhatikan dalam pendidikan hati anak kita. Pertama, memperhatikan makanan yang kita berikan kepada anak-anak kita. Yang diperhatikan tidak terbatas pada komposisi gizinya, tetapi juga halal haramnya dan jumlah porsi yang harus diberikan. Kebanyakan kita memberi makan sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyak, karena mengira makan yang banyak menyehatkan. Ingat pengertian sehat bagi Islam tidak terbatas pada sehat jasmani saja, tetapi meliputi sehat akal dan sehat hati.

Kedua, pergaulan. Menurut Abu Thayyib setiap kelompok manusia yang kita pergauli memiliki implikasi tersendiri dalam pembentukan kepribadian. Pergaulan dengan anak kaya membentuk pribadi cinta dunia, dengan anak miskin membentuk pribadi bersyukur yang selalu senang dengan ketentuan Allah, dengan anak penguasa membentuk pribadi sombong yang berhati keras, dengan wanita membentuk pribadi bodoh yang bersyahwat tinggi, dan dengan anak-anak kecil membentuk pribadi senang bermain-main. Ketiga, mengajarkan kepada anak agar terbiasa melakukan introspeksi, mengkaji diri terhadap semua perbuatan yang telah dilakukan, baik perbuatan baik atau jahat. Dengan demikian berarti kita telah membiasakan anak-anak kita belajar berbuat bijak. Dan keempat, mendidik anak bersikap realistik tapi tidak kehilangan idealisme dalam menghadapi kenyataan-kenyataan hidup.


(Adopted from : Republika.co.id)

Kegodha Donya, Kuwasa, lan Kenya




MANUNGSA kuwi jebul pancen duwe nepsu brangasan. Nepsu iki bakal nyurung manungsa kelayu gebyar. Pengin donya brana, panguwasa lan kenya. Pengin menang-menange dhewe. Njur rumangsa amba jangkahe, nggedhengkreng lungguhe, emoh medhun, terus sok lali bibit kawit. Luwih-luwih yen pepenginan mau wis mbuta cakil, methakil, kemethak, lan sapa sira sapa ingsun. Ora wurung njur pengin ngemperi jagad. Semangat uripe tansah bojleng-bojleng prajaka belah jejegan iblis laknat, ngumbar hawa, nggugu karepe dhewe.

Watak brangasan kasebut bisa mbludag, merga ing awake kesinungan nafsu warna abang, kedadeyan seka anasir getih. Bab iki asring kempel dadi nepsu amarah, sing bisa mbrongot kekarepane sapa wae. Yen klakon kedilat geni amarah, jiwane kobar, malik dadi angkara murka, luwih-luwih yen lagi duwe panguwasa. Yen wis duwe kalungguhan, lumuh kungkulan. Ana sing nedya ngedan. Anehe, sing ngedan mau sok malah bisa dandan, ora kewudan. Ngono yen lagi ora apes. Yen lagi keplenyok, wow, kaya manuk kudanan njekutrut.

Nafsu angkara yen wis umeb, nggodha, rosane ngungkuli gunung njeblug, lan ndayani wong pengin nyakrawati mbaudhendha. Pengin numpuk raja brana. Lan sing paling mbebayani wong mau malik seneng ”SWS”, seneng wong (liya) sengsara. Yen ana wong liya kedhungsang-dhungsang, keplok. Ngene iki sok njalari ati tegel, tega, lan degsiya. Dheweke asring awatak ”SWM”, tegese susah wong (liya) mulya. Mula, ora mokal yen ana sing arep entuk kabegjan, serik, mrekitik, njur sok nggunakake nafsu bejate, neka-neka. Luwih nggegirisi meneh yen wong kasebut wis kesengggol ajining dhiri, rumangsa bakal kewiyak wadine, sok gelem nekad. Gelem nekak gulu, najan kudu nabok nyilih tangan.

Menawa manungsa wis kebrukan bandha lan kelayu donya, pancen sok ndleya. Gelem tuku panguwasa lan dolanan kenya. Dheweke gelem ngejur-ngejer dana kanggo kulak wibawa lan esem ngujiwat wanita. Dadi, kuwasa, kenya lan wibawa dikertaji aji nganggo donya, wani pira, dudu wani ngapa. Ing kene drajat pangkat semat nikmat, wis njalari wong Jawa tambah keparat. Tobil anak kadhal, wong kasebut sok keyungyun nikmat, endahe kahanan. Gajege, angger apa-apa keturutan, utamane wong priya, ora sethithik sing lali lajer uripe. Gampang kepilut tembung manis manuhara. Kesengsem megole bokong. Kelayu lambe tipis, pipi nyemburat abang maya-maya, ngelayoni. Luwih-luwih yen wis nyawang kali satengahe gunung kembar, kaya-kaya bisa ngelun kedhunge rasa.

Nyah-nyoh

Coba eling-elingen, jaman Jaka Tingkir wis dadi tamtama, piye? Gelem mlebu keputren ta, gandheng karo Rara Sampur, kang saiki dadi kisah Dhadhungawuk. Prabu Dipakusuma piye, uga lali, kegiwang Dewi Daruwati nganti nuwuhake lembu peteng. Adipati Cakraningrat nganti rebutan wanita kinyis-kinyis karo Pangeran Tejaningrat. Kisahe Sri Tanjung karo prabu Silakrama lan Tantri Kamandaka, malah saben wengi njaluk prawan. Samono uga kisah Yuyu Kangkang, wis, dhemen krubyuk sengok, hemmm.

Mangkono sapiturute isih akeh banget, angger priya wis bisa idu geni pancal mubal, anehe sok gampang kegodha kecopak iwak, kemrincinge receh, lan pledhinge wentis kuning. Wong lanang mau sok moprol, nyah-nyoh, lan sak-sok glogok marang kenya pepujane.

Godhong asem (sinom), pancen luwih nengsemake, timbang godhong garing. Kang dibledig, wong kasebut nikmating donya. Mula, saiki genti nepsu supiah kang ngrajani angen-angene. Aku njur kelingan gendhing ”Slendhang Biru” karyane Ki Nartasabda, ana larik sing muni: kedhep tesmak aku nyawang slendhang biru, lan sapiturute. Iki nggambarake priya sing ketlikung obahe slendhang, methoke gelungan, lan kedhep liringe kenya kinyis-kinyis. Uga geguritan ”Jaman” karyane Moh Yamin MS sing ana gatra kang muni: jaman maju wong urip sarwa kesusu, mlebu metu neng hotel nyandhing wong ayu. Gula dikruyuk semut, wis tuwa dha ra nyebut!

Lhadalah! Jebul akeh tenan ing bumi Nusantara iki, priya sing wis kekeceh bandha, linak-lijo, limbah-limah, lica-lingga tumindak nasar, nrejang sarak nyingkiri bebener. Katone, priya mau sing baku bisa nuruti wudele. Marem! Dheweke lali unen-unen: senenge mung sak klentheng, rekasane sak rendheng. Uh! Lamun ngene iki lumaku terus-terusan, mesthi wae uripe priya kuwasa lan wibawa, dadi nyandiwara, kaya ing ndhuwur panggung. Bakune, ”wong ngomah” ora ngerti, gedibal-gedibal diblebet lambene nganggo angka, wusana aman-aman wae. Karepe mbilung, iya ta. Lha Togog?

Kesrimpet

Wong sepuh biyen, jane wis sok mejang, jare godha kuwi luwih rosa. Yen nganti lena bisa tiba nistha. Ujare, wong lanang ki cen wedhus, yen diumbar, ndrawasi. Malah sing alok wong lanang ki ra beda kucing, yen didhepi gereh? Cen ”asem”! Wong lanang ki gampang kesrimpet padon tapih. Pokal sing penthalitan, sesidheman, lan dolanan mawa mau sok kekudhung, priya kudu duwe curiga, wanita, kukila, lan turangga. Isih kelingan ta, jaman Ken Arok bareng wis lungguh ing Tumapel, nglirik wae marang Ken Dedes. Dheweke mak dheg nalika weruh tapihe Ken Dedes nglingkap.

Kisah iki, dening Suparta Brata tau diukir dadi crita cekak sing sesirah ”Reca”. Ora beda karo Ajisaka, kang ora kuwat nyawang wanita sing lagi nutu pari ing lumpang, merga kesempyok angin, tapihe sumilak, ndudut ati lanang. Ki Ageng Mangir kang kelayu karo wanita desa sing lagi rewang, wusana digambarake nganggo lading kang ilang lap ing pangkone kenya iku. Samono uga Ki Ageng Pemanahan karo Nyi Ageng Giring, nuwuhake mitos degan ijo.

Wis, wis, wis! Sangertiku durung ana raja Jawa kang bisa uwal seka godha. Prabu Dasamuka bareng wis dhogdheng samaladheng, pengin remu-remu pipine Sinta, najan alasane ngupadi titisane Sri Widawati.

Prabu Maesasura sawise nguwasani kraton Guwa Kiskendha, uga keglibeng endahe rupa dewi Tara, putri kahyangan. Prabu Baka uga kedanan manis nejeme lathi Rara Jonggrang. Sajake, yen wis kedilat godha, ”iman” sok kuwat ning ”imin” sing ora kuwat.

Mula, yen kepengin uwal seka godha sing nyolok mata, wong tuwa biyen mrayogakake: Yen durung duwe panguwasa, njangkaha sing amba, yen wis duwe wibawa, nglungguhana trapsila. Yen durung nyandhing kenya meleka sing amba, yen wis duwe merema ning premana. Ulegane unen-unen iki nunggal misah karo gegebengane para luhur kang unine nulada laku utama, tumrape wong tanah Jawi, wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senapapti, kepati amarsudi sudaning hawa lan nepsu, pinesu tapa brata, lan sapiturute. Wose, yen pengin kalis seka godha, ngeker hawa nepsu kanthi tarak brata, iki sing abot.

Laku ngeker kanthi sesirik pancen abot. Kejaba butuh resik lair batine, uga ora asring cedhak-cedhak kebo gupak. Yen bisa ngugemi bapang den simpangi. Urip ora kudu mubra-mubra, dhemen ngemut legining gula. Ana gerongan salisir ing gendhing Jawa kang muni: garwa sang Sindura prabu, wicara tanpa karana, aja dolan lan wanita, tan nyata asring katarka. Yen cedhak karo kenya, kurang begjane nuwuhake pandakwa sing ora-ora, cubriya, lan nyenyamah. Isih arep diterus, emoh dalan padhang ta? O, wong salah bakal seleh. Bathang kuwi arepa disasabi, tetep mambu. Hih!

By : - Suwardi Endraswara, mulang Filsafat Jawa ing FBS UNY -

'Ketika' Usia Memasuki 40 Tahun

Akar dan orientasi kultur masyarakat Barat adalah materialisme. Mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun (Life begin at 40).

Asumsinya adalah pada umur ini, karier telah cukup mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi. Karena itu, sering pula pada usia 40 ini dikaitkan dengan puber kedua, yang membawa pada perselingkuhan. Kemapanan materi membawa godaan, sehingga umur 40 tahun merupakan saat kritis terjadi perceraian dalam rumah tangga.

Islam memberi perhatian kepada umur 40 berbeda secara diametrikal dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Dalam surat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat).

Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.

Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan. Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadisnya,”Sesiapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”

Berserah diri, merupakan permulaan yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Dengan demikian umur 40 tahun dipandang sebagai pencerahan kejiwaan, gerbang cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.

Di samping itu juga usia 40 tahun berarti jatah usia kita sudah berkurang. Meskipun secara kuantitatif usia kita bertambah. Artinya seandainya jatah usia kita 50 tahun maka, hidup kita tinggal 10 tahun, atau jika jatah usia kita 60 tahun maka, kita tinggal menghitung sendiri, berapa lama kita hidup lagi. Dan seterusnya.

Aneh jika sebagian kita merayakan ulang tahun dengan bangga bernyanyi ria “panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia serta mulia, serta mulia”. Seharusnya kita instrospeksi bahwa, sebenarnya jatah usia kita semakin berkurang dan nilai-nilai kemuliaan harus dijadikan barometer dalam beramal. Wallaahu a’lam.

Adopted from : Blog (M. Djaenudin bn Muhtar)