PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Minggu, 06 September 2009

Bersiap untuk Kematian


"Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya; berbahagialah orang yang membangun kuburan sebelum ia dimasukkan ke liang kubur; dan berbahagialah orang yang ridha bertemu Rabbnya sebelum ia dipanggil menemui-Nya."

من دخل القبر بلا زاد فكانما ركب البحر بلا سفينة
“Orang yang masuk ke liang lahad tanpa bekal sama dengan berlayar di laut tanpa kapal.” (Abu Bakar al-Shiddiq Ra *) 
Setiap diri akan kembali ke hadirat-Nya Yang Maha Agung di alam keabadian. Liang lahad adalah persinggahan pertama untuk memasuki alam keabadian. Kematian adalah sebuah hukum di mana semua manusia akan menjalaninya dan merupakan ketukan pertama gerbang persinggahan menuju akhir siklus waktu. Sebab dunia yang kita diami ini bukanlah tempat tinggalnya abadi
Di liang lahad semua manusia akan tidur panjang untuk selanjutnya akan dibangkitkan menuju alam keabadian. Ke alam keabadian itulah perjalanan spiritual semua manusia menuju. Ke sana pula kaki kita sedang melangkah dengan pasti. Hari ini, di sini, milik kita. Esok adalah milik kematian. Orang-orang yang “mati” sebelum mati sering berharap dapat lolos dari rahang kematian. Padahal itu sebuah kemustahilan yang tidak ada seorang pun meragukannya.
Yahya bin Mu'adz al-Razi melukiskan kebahagiaan orang yang melakukan persiapan sebelum memasuki persinggahan pertamanya, "Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya; berbahagialah orang yang membangun kuburan sebelum ia dimasukkan ke liang kubur; dan berbahagialah orang yang ridha bertemu Rabbnya sebelum ia dipanggil menemui-Nya."
 
Di alam keabadian itulah segala peristiwa eskatologis benar-benar akan dialami oleh setiap manusia: keberuntungan, kerugian, kebangkitan, kegoncangan, timbangan, pertanggungjawaban, kolam, titian, surga, neraka, dan lain-lainnya. Dalam pandangan Islam beriman kepada Allah Swt dengan mengesakan-Nya, mentaati Allah dan Rasul-Nya, yakni merealisasikan perintah-perintah wahyu dan mengaktualisasikan pola-Nya merupakan satu-satunya tangga yang akan mengantarkan perjalanan panjang hidup manusia kepada kemenangan (al-falah) yang sejati dan membuahkan kebahagiaan hakiki yang abadi.
Al-Qur`an melukiskannya sebagai berita yang harus disampaikan ke seluruh ummat manusia. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS, al-Baqarah [2]: 25).
Sebaliknya, orang yang tidak melakukan perintah-perintah-Nya, yakni tidak mematuhi segala aturan dan pola-Nya, berarti tidak memiliki bekal untuk memasuki tempat perisnggahan menuju alam keabadian. Ia akan menerima hukuman, penderitaan, dan kesengsaraan sebagai akibat kegagalan manusia dalam memanfaatkan ruang dan waktu yang dianugerahkan Allah kepadanya; akibat kegagalannya dalam mendayagunakan potensi diri dan kebebasannya secara tepat hingga tak memiliki bekal apapun untuk memasukinya dan menghadap ke hadirat-Nya.

“Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.” (QS, Ali ‘Imran [3]: 56). []
*Nama asli Abu Bakar al-Shiddiq adalah Abdullah bin Abu Qahafah dari Bani Taim. Dalam sejarah ia dikenal sebagai laki-laki yang pertama kali memeluk Islam dan melepas kedudukan dan posisi di kaumnya demi mengikuti Rasulullah Saw. Ia dikenal dengan sebutan al-Shiddiq dikarenakan pembenaran dan penerimaannya terhadap kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw pada saat sebagian besar orang-orang Islam ketika itu dilanda keraguan. Pada waktut Rasulullah Saw hijrah ke Madinah Abu Bakarlah yang menemaninya di Gua Hira. Ia adalah ayah Asma dan Aisyah, ummulmu`minin. Ketika Rasulullah Saw sedang sakit Abu Bakarlah yang menggantikan Rasul sebagai imam shalat. Ia dibaiat sebagai Khalifah di hari Saqifah bani Sa’idah sepeninggal Rasulullah Saw. Dalam kekhalifahannya ia pernah melakukan peperanag besar yang dikenal sebagai perang riddah. Perang ini dalam sejarah Islam dipandang sebagai penumpasan terhadap pemberontakan pertama sepeninggal Rasulullah Saw. Pemberontakan ini dilakukan oleh orang-orang murtad. Abu Bakar adalah orang pertama dari 10 orang yang dijanjikan surga. Ia meninggal tahun ke-13 H setelah memangku jabatan khilafah selama 2 tahun 5 bulan.
(adopted from : Era Muslim/ Ustad Abu Ridha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar