PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Kamis, 22 Februari 2024

Allah Menafikan Persamaan Antara Orang-Orang Yang Berilmu Dengan Selain Mereka

Al-Imam Ibnul Qayyim berkata bahwa segi keutamaan ilmu yang kedua adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dengan selain mereka. Disebutkan bahwa tidak sama antara dua golongan manusia ini sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka. Subhanallah. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan sebab yang menjadikan seorang hamba akan dimudahkan masuk surga sebagaimana kejahilan merupakan sebab yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan petunjuk dan akhirnya masuk ke dalam neraka. Na’udzubillahimindzalik..

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di surat Az-Zumar ayat 9. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah, ‘tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar[39; 9)

Sebagaimana firman Allah juga:

 يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ 

Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni surga; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 20)

Dinafikan persamaan di sini sebagaimana di ayat sebelumnya dinafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dan orang orang yang tidak berilmu. Ini semua menunjukkan puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang-orang yang berilmu.

Ilmu adalah ciri dari orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki petunjuk baginya untuk mudah menempuh jalan-jalan menuju surga. Ini juga tidak asing bagi kita hadits sahih yang sangat terkenal didalam shahih Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dengan tujuan untuk mempelajari agama Allah, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

Berarti ilmu memang merupakan ciri yang dekat dengan penghuni surga. Bahkan itulah sebab yang menjadikan mereka terbinbing untuk bisa meniti jalan menuju ke surga, mengikuti jalan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menyampaikan kepada surga dengan taufik dan pertolongan dari Allah. Sementara penghuni neraka, diantara ciri utama yang ada pada diri mereka yang paling besar termasuk adalah tidak paham agama yang dengan sebab ini mereka terhalang dari semua kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan ucapan mereka seperti di dalam surat Al-Mulk, penghuni surga mengatakan:

 وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ ﴿١٠﴾ فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka (penghuni neraka) berkata, seandainya dulu di dunia kami mau mendengarkan petunjuk/nasehat dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat, seandainya kami mau memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang kami tidak akan termasuk golongan penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka sendiri, maka kecelakaan dan kebinasaan bagi orang yang menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk[67]: 10-11)

Jadi, perbandingan ini adalah perbandingan yang benar. Allah meniadakan persamaan antara orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka di dalam dua ayat ini.

Orang Jahil Seperti Orang Buta

Orang yang jahil, tidak faham petunjuk Allah itu seperti kedudukannya orang yang buta. Kalau buta dalam urusan agama, tentu ini adalah sifat yang tercela. Buktinya orang-orang munafik disifati dengan sifat ini didalam beberapa ayat Al-Qur’an.

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Mereka adalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta sehingga mereka tidak bisa kembali kepada kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]: 18)

Artinya buta di sini dinilai dihadapan Allah bukan buta penglihatan seseorang. Tapi buta mata hatinya.

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Sesungguhnya bukan pandangan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah mata hatinya.” (QS. Al-Hajj[22]: 46)

Makanya ini juga keburukan orang yang jahil sekaligus menunjukkan tingginya kedudukan orang yang berilmu. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan orang-orang yang jahil kedudukannya seperti orang-orang yang buta, yang tidak bisa melihat sama sekali, tudak bisa melihat kebenaran, tidak bisa mengambil petunjuk dari cahaya Islam yang terang-benderang, karena mereka buta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Bahwa apa yang diturunkan oleh Allah kepadamu wahai Rasulullah adalah kebenaran, apakah ini sama dengan orang yang buta?”

Orang yang meyakini ini berarti orang yang mendalam ilmunya. Orang yang buta pada ayat ini maksudnya adalah orang yang jahil, yang tidak tahu. Dia dianamakan sebagai orang yang buta karena petunjuk Allah dan RasulNya membawa cahaya yang terang-benderang. Sampai-sampai disebutkan dalam hadits yang sering kita ulangi di dalam hadits riwayat Imam Ahmad yang dinyatakan shahih oleh Al-Albani Rahimahullahu Ta’ala tentang bagaimana perumpamaan jelas dan terangnya petunjuk Islam:

لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لا يَزِيغُ بَعْدِي عَنْهَا إِلاَّ هَالِكٌ

“Aku telah tinggalkan kalian di atas petunjuk yang terang benderang, putih bersih, malamnya seperti siangnya (saking terangnya), tidaklah menyimpang dari petunjuk ini kecuali orang yang akan binasa.”

Maka di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan,  “Orang yang mengetahui apakah sama dengan orang yang buta?” Berarti orang yang jahil itu adalah orang yang buta karena dia tidak bisa mengambil bimbingan dan petunjuk dari cahaya Islam yang demikian terang-benderang. Maka berarti tidak ada kecuali dua golongan manusia berdasarkan ayat ini; orang yang berilmu, yang kedua orang yang buta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensifati orang-orang yang jahil didalam ayat-ayat Al-Qur’an dilebih dari satu ayat bahwa mereka itu adalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta. Secara panca indra mereka berfungsi dengan baik. Dalam arti mereka mendengar suara, melihat sesuatu, lisannya bisa berbicara, tapi karena itu tidak diisi dengan kebenaran, maka mereka dianggap bisu dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merekalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta sesungguhnya.

_________________________

Upload : Jkt, 23022024

Sumber : https://www.radiorodja.com/48132-allah-menafikan-persamaan-antara-orang-orang-yang-berilmu-dengan-selain-mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar