PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Senin, 26 Februari 2024

Wejangan : Memakmurkan Masjid & Mushola

 

Ketika, diri ini sudah mengakui dan berjanji, "Bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW adalah Rasul-Nya", maka semenjak itu sudah melekat hak dan kewajiban sebagai muslim yang harus dijalankan.

Berat memang, bahkan mungkin tidak sedikit godaan menghadang, namun dengan iman dan tekad yang kuat, dari semata-mata ingin menjalankan Islam secara Kaffah, apapun di jalani akan terasa ringan.

Demikan halnya dengan memakmurkan masjid. Bahwa dianjurkan untuk memakmurkan Masjid dan Mushola, agar terjalin keseeimbangan antara hubungan dengan Allah, Manusia dan Alam. Dimana di dalam masjid/mushola ini, dianjurkan untuk selalu sholat berjamaah, yang disamping pahalanya dilipatgandakan juga akan membentuk Ukhuwah Islamiyah pada lokasi adanya Masjid/Mushola tersebut.

Akhirnya, mari...melalui tulisan pendek ini, mulailah men-dawamkan Sholat Berjamaah di Masjid/Mushola dengan konsisten, dengan begitu akan tercapai mutu kulaitas Iman dan Taqwa, yang inilah satu-satunya yang akan dibawa ketika, Allah SWT telah memanggil umatnya...@Jkt 27022024.

 

 

 

Kamis, 22 Februari 2024

Allah Menafikan Persamaan Antara Orang-Orang Yang Berilmu Dengan Selain Mereka

Al-Imam Ibnul Qayyim berkata bahwa segi keutamaan ilmu yang kedua adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dengan selain mereka. Disebutkan bahwa tidak sama antara dua golongan manusia ini sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka. Subhanallah. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan sebab yang menjadikan seorang hamba akan dimudahkan masuk surga sebagaimana kejahilan merupakan sebab yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan petunjuk dan akhirnya masuk ke dalam neraka. Na’udzubillahimindzalik..

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di surat Az-Zumar ayat 9. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah, ‘tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar[39; 9)

Sebagaimana firman Allah juga:

 يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ 

Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni surga; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 20)

Dinafikan persamaan di sini sebagaimana di ayat sebelumnya dinafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dan orang orang yang tidak berilmu. Ini semua menunjukkan puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang-orang yang berilmu.

Ilmu adalah ciri dari orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki petunjuk baginya untuk mudah menempuh jalan-jalan menuju surga. Ini juga tidak asing bagi kita hadits sahih yang sangat terkenal didalam shahih Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dengan tujuan untuk mempelajari agama Allah, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

Berarti ilmu memang merupakan ciri yang dekat dengan penghuni surga. Bahkan itulah sebab yang menjadikan mereka terbinbing untuk bisa meniti jalan menuju ke surga, mengikuti jalan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menyampaikan kepada surga dengan taufik dan pertolongan dari Allah. Sementara penghuni neraka, diantara ciri utama yang ada pada diri mereka yang paling besar termasuk adalah tidak paham agama yang dengan sebab ini mereka terhalang dari semua kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan ucapan mereka seperti di dalam surat Al-Mulk, penghuni surga mengatakan:

 وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ ﴿١٠﴾ فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka (penghuni neraka) berkata, seandainya dulu di dunia kami mau mendengarkan petunjuk/nasehat dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat, seandainya kami mau memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang kami tidak akan termasuk golongan penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka sendiri, maka kecelakaan dan kebinasaan bagi orang yang menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk[67]: 10-11)

Jadi, perbandingan ini adalah perbandingan yang benar. Allah meniadakan persamaan antara orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka di dalam dua ayat ini.

Orang Jahil Seperti Orang Buta

Orang yang jahil, tidak faham petunjuk Allah itu seperti kedudukannya orang yang buta. Kalau buta dalam urusan agama, tentu ini adalah sifat yang tercela. Buktinya orang-orang munafik disifati dengan sifat ini didalam beberapa ayat Al-Qur’an.

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Mereka adalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta sehingga mereka tidak bisa kembali kepada kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]: 18)

Artinya buta di sini dinilai dihadapan Allah bukan buta penglihatan seseorang. Tapi buta mata hatinya.

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Sesungguhnya bukan pandangan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah mata hatinya.” (QS. Al-Hajj[22]: 46)

Makanya ini juga keburukan orang yang jahil sekaligus menunjukkan tingginya kedudukan orang yang berilmu. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan orang-orang yang jahil kedudukannya seperti orang-orang yang buta, yang tidak bisa melihat sama sekali, tudak bisa melihat kebenaran, tidak bisa mengambil petunjuk dari cahaya Islam yang terang-benderang, karena mereka buta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Bahwa apa yang diturunkan oleh Allah kepadamu wahai Rasulullah adalah kebenaran, apakah ini sama dengan orang yang buta?”

Orang yang meyakini ini berarti orang yang mendalam ilmunya. Orang yang buta pada ayat ini maksudnya adalah orang yang jahil, yang tidak tahu. Dia dianamakan sebagai orang yang buta karena petunjuk Allah dan RasulNya membawa cahaya yang terang-benderang. Sampai-sampai disebutkan dalam hadits yang sering kita ulangi di dalam hadits riwayat Imam Ahmad yang dinyatakan shahih oleh Al-Albani Rahimahullahu Ta’ala tentang bagaimana perumpamaan jelas dan terangnya petunjuk Islam:

لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لا يَزِيغُ بَعْدِي عَنْهَا إِلاَّ هَالِكٌ

“Aku telah tinggalkan kalian di atas petunjuk yang terang benderang, putih bersih, malamnya seperti siangnya (saking terangnya), tidaklah menyimpang dari petunjuk ini kecuali orang yang akan binasa.”

Maka di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan,  “Orang yang mengetahui apakah sama dengan orang yang buta?” Berarti orang yang jahil itu adalah orang yang buta karena dia tidak bisa mengambil bimbingan dan petunjuk dari cahaya Islam yang demikian terang-benderang. Maka berarti tidak ada kecuali dua golongan manusia berdasarkan ayat ini; orang yang berilmu, yang kedua orang yang buta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensifati orang-orang yang jahil didalam ayat-ayat Al-Qur’an dilebih dari satu ayat bahwa mereka itu adalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta. Secara panca indra mereka berfungsi dengan baik. Dalam arti mereka mendengar suara, melihat sesuatu, lisannya bisa berbicara, tapi karena itu tidak diisi dengan kebenaran, maka mereka dianggap bisu dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merekalah orang-orang yang tuli, bisu dan buta sesungguhnya.

_________________________

Upload : Jkt, 23022024

Sumber : https://www.radiorodja.com/48132-allah-menafikan-persamaan-antara-orang-orang-yang-berilmu-dengan-selain-mereka

Selasa, 20 Februari 2024

Berilmu Tapi Tidak Perhatian Terhadap Amal

Fenomena yang tampak, seringkali ada orang yang rajin menuntut ilmu, tapi enggan untuk mengamalkannya. Sejatinya yang demikian bukanlah dianggap berilmu, karena seharusnya buah akhir dari benarnya ilmu seseorang adalah dengan mengamalkannya. Menuntut ilmu merupakan amalan yang agung dan mulia, karena ilmu merupakan sarana untuk merealisasikan tujuan agung penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepad Allah semata.

Tujuan Mempelajari Ilmu

Mempelajari ilmu sejatinya bukanlah hanya untuk menguasai ilmu itu sendiri, namun ilmu dipelajari untuk diaplikasikan dalam pengamalan. Seluruh ilmu syar’i yang ada, syariat memerintahkan untuk mempelajarinya sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk tujuan yang lainnya. Hal ini bisa ditunjukkan dari beberapa sisi berikut :

Tujuan Adanya Syariat

Tujuan adanya syariat adalah agar manusia beribadah kepada Allah, dan tidak mungkin seseorang bisa mengamalkan syariat tanpa mengilmuinya. Inilah tujuan pengutusan seluruh para nabi.

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu. (Al Baqarah : 21)

الَر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِن لَّدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ اللّهَ إِنَّنِي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya.(Huud:1-2)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan yang benar melainkan Aku, maka sembahlah Aku. (Al Anbiya’: 25)

 

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab Al Qur’an dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. .Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari syirik. (Az Zumar : 2-3)

Beberapa ayat di atas dan banyak ayat lainnya menunjukkan bahwa maksud dari ilmu adalah agar digunakan untuk beribadah kepada Allah saja dan tidak menyembah selain-Nya serta agar melakukan berbagai ketaatan kepada-Nya.

Ruh Dari Ilmu Adalah Amal

Adanya banyak dalil yang menunjukkan bahwa ruh dari ilmu adalah amal. Tanpa amal, ilmu tidak akan bermanfaat. Allah berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(Fathir : 28)

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Az-Zumar :9)

Dalil di atas menunjukkan bahwa ilmu adalah wasilah, bukan merupakan tujuan itu sendiri. Ilmu adalah wasilah untuk beramal. Setiap hal yang menujukkan keutamaan ilmu maksudnya adalah ilmu yang digunakan untuk beramal. Dan sudah dimaklumi, bahwasanya ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah. Oleh karena itu belum akan merasakan keutamaan pemilik ilmu tersebut sampai dia membenarkan konsekuensi dari ilmu tersebut yaitu beriman kepada Allah.

Ancaman Bagi yang Tidak Mengamalkan Ilmu

Terdapat dalil yang menunjukkan ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Orang yang berilmu akan ditanya tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan dari ilmunya tersebut. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmunya sia-sia dan akan menjadi penyesalan baginya. Allah berfirman :

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu melupakan kewajiban dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al Baqarah : 44)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Ash Shaf 2-3)

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.(Huud : 88)

Semoga bermanfaat. Menjadi renungan bersama bagi kita, bahwa tujuan kita mempelajari ilmu tidak lain adalah untuk diamalkan. Kita berharap terhindar dari sifat orang yang berilmu tapi tidak perhatian terhadap amal. Semoga Allah menambah kepada kita ilmu yang bermanfaat dan mengkaruniakan kepada kita istiqomah dalam mengamalkannya.

__________________

Upload : Jkt, 2202024

Sumber: https://muslim.or.id/51406-berilmu-tapi-tidak-perhatian-terhadap-amal.html

Malam Pertama di Dalam Alam Kubur

Semuanya terasa gelap, mencekam dan sunyi. Namun penggambarannya juga masih belum begitu jelas karena seolah-olah semua hampa dan asing. Setelah menempuh kehidupan panjang sebagai manusia, kini jasadnya siap menyatu dengan bumi.

Alam kubur adalah alam yang menyimpan banyak misteri dan rahasia. Karena kebanyakan cerita yang tersiar masih simpang siur dan terkadang sulit dipercaya kebenarannya. Para pecinta kumpulan misteri pasti selalu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi saat jenazah sudah dikuburkan. Bayangan-bayangan tentang siksa kubur yang mengerikan pun saling melintas berbaur dengan ingatan masa kecil yang dikisahkan oleh para guru agama.

Malam Pertama di Alam Kubur

Isakan tangis dari anggota keluarga yang mengantar jenazah, serta suasana senyap di antara pepohonan di area pekuburan membuat situasi bercampur haru dan mencekam. Tepat selepas langkah terakhir pengantar jenazah meninggalkan makam, apakah yang terjadi? Menurut sabda Nabi, alam kubur merupakan alam pertama dari akhirat. Inilah tempat pertama dari manusia setelah meninggal dan menunggu hari pembalasan tiba kelak. Dalam syariat Islam, jenazah harus segera dikuburkan setidaknya sebelum azan Ashar berkumandang. Di beberapa tempat malah bisa segera dimasukkan ke liang lahat asalkan sebelum tengah malam.

Selama hidupnya, seseorang mungkin dibuai oleh popularitas dan kekayaan. Tapi ketika ajal sudah menjemput, satu-satunya yang tersisa adalah amal perbuatannya. Menurut Hadis Nabi, ada tiga hal yang menemani jenazah ke tempat peristirahatan terakhir, yaitu keluarga, harta benda, dan amal perbuatan. Namun dua hal pertama akan segera meninggalkannya di pemakaman. Selanjutnya adalah persiapan menyambut sepasang malaikat yang akan hadir ke kubur dan menanyakan beberapa hal. Itulah siksa pertama dalam alam kubur. Dan amal perbuatan selama hidup di dunia akan menjadi pelindung bagi mayat tersebut. Lalu, apa sajakah yang ditanyakan oleh kedua malaikat tersebut? Dan bagaimana sesosok mayat akan menjawab setiap pertanyaan yang

Interogasi Malaikat

Sepasang malaikat itu adalah Munkar dan Nankir yang memang mengemban tugas sebagai interogator di alam kubur. Tepat ketika mereka datang, roh akan kembali ke jasad untuk menjawab daftar pertanyaan mereka. Kedua malaikat itu akan mendudukkan sosok mayat dan mulai melontarkan pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah mengenai Tuhan. Jasad akan ditanyai, siapa Tuhan-nya. Kalau tak bisa menjawab, jasad akan disiksa dengan perih. Pertanyaan kedua adalah tentang agama. Apa agama dari sang jasad? Kalau masih tidak bisa menjawab, jasad akan kembali didera siksaan. Pertanyaan ketiga adalah tentang nabi. Siapa nabi dari sang jasad? Jika masih tak bisa menjawab, siksaan akan kembali diberikan.

Jika ketiga pertanyaan tersebut tak terjawab, maka akan terasa hawa panas dari neraka beserta racunnya. Lalu muncullah sesosok pria yang berbau busuk, berbaju compang camping, dan wajahnya sangatlah buruk. Siapakah dia? Tak lain adalah amal perbuatan buruk dari sang jasad itu sendiri. Amal buruknya telah berubah menjadi sosok buruk rupa berbau busuk yang sebenarnya adalah perwujudan dari sang jasad itu sendiri. Dan neraka telah menunggu kehadiran sang jasad. Selama menunggu hari pembalasan itulah, sang jasad akan berkali-kali menderita siksa kubur yang teramat pedih dan tak pernah terbayangkan sebelumnya. Berbeda kalau semasa hidup sang jasa berbuat amal baik dan bisa menjawab tiga pertanyaan tersebut. Kepadanya dijanjikan surga dan tempat yang nyaman selama di alam kubur.

Periodesisasi Malam di Alam Kubur

Ada rentang waktu tertentu dari sosok jenazah yang telah menetap di alam kubur. Hitungannya mulai dari malam pertama hingga dua puluh lima tahun setelahnya. Sangat panjang bukan? Bahkan semalam di alam kubur pastilah terasa sangat lamanya.

- Malam Pertama : Jasad sebenarnya mulai membusuk. Dan bagian tubuh yang pertama kali membusuk adalah perut dan kemaluan. Itulah alasan semasa hidup setiap manusia seharusnya menjaga dua bagian tubuh tersebut. Jasad juga mulai berubah warnanya menjadi agak hijau dan cenderung gelap.

- Malam Kedua : Malam berikutnya, organ dalam tubuh mulai membusuk seperti lambung, paru-paru, hati dan limpa.

- Malam Ketiga : Malam ketiga ialah malam ketika jasad mulai mengeluarkan bau busuk.

- Setelah Tujuh Hari : Wajah jasad akan mulai membengkak dan terlihat jelas di bagian pipi serta kedua mata.

- Sepuluh Hari Pertama : Tubuh akan semakin membusuk.

- Setelah Dua Minggu : Perlahan-lahan, rambut jasad mulai rontok dan terurai bersama tanah.

- Lima Belas Hari : Jasad akan mulai dikerubuti hewan-hewan tanah seperti ulat.

- Enam Bulan : Daging telah menyatu dengan tanah dan hanya menyisakan sedikit. Cuma tersisa tulang dan rangka dari jasad tersebut.

- Dua Puluh Lima Tahun : Kerangka akan meninggalkan satu biji dengan tulang yang sangat kecil. Dari tulang itulah kelak manusia akan dibangkitkan di hari pembalasan.

_____________________

Upload : Jkt, 22022024

Sumber : https://riauaktual.com/news/detail/30240/beginilah-rasanya-malam-pertama-di-dalam-alam-kubur.html

Senin, 19 Februari 2024

Nisfu Syaban: Pengertian, Keutamaan, dan Amalan-Amalan yang Dianjurkan

Menjelang bulan Ramadhan, terdapat malam khusus yang disebut sebagai malam Nisfu Syaban. Malam istimewa ini diperingati setiap tanggal 15 bulan Sya’ban.

Umat Muslim dianjurkan untuk mengambil manfaat besar dari malam tersebut dengan menggencarkan amal ibadah. Seorang Muslim bisa membuat malam Nisfu Syaban menjadi berkualitas dengan tadarus Alquran, sholat sunnah, dzikir, dan qiyamul lail.

Mengutip buku 89 Kesalahan Seputar Puasa Ramadhan susunan Abdurrahman Al-Mukaffi (2015), malam Nisfu Syaban dimulai setelah sholat Magrib atau Isya. Ada banyak keutamaan yang terdapat di dalamnya. Apa saja? Simaklah penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Arti Nisfu Syaban dalam Islam

Nisfu Syaban adalah malam ke-15 di bulan Syaban dalam kalender Hijriah. Umat Muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam tersebut dengan berbagai amalan shalih.

Para ulama mengatakan bahwa menghidupkan malam nisfu syaban merupakan bagian dari sunnah. Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa tindakan tersebut sama saja seperti menghidupkan ilmu-ilmu agama.

Imam al-Ghazali mengistilahkan Nisfu Syaban dengan malam yang penuh dengan pertolongan atau syafaat dari Allah SWT. Menurutnya, pada malam ke-13 bulan Syaban, Allah akan memberikan sepertiga syafaat-Nya kepada umat manusia.

Kemudian pada malam ke-14, Allah memberikan seluruh syafaat-Nya. Karena itu, pada malam ke-15, umat Muslim dianjurkan untuk memaksimalkan ibadahnya sebagai penutup amal catatan selama satu tahun penuh.

Nantinya, amal kebaikan tersebut akan disampaikan oleh Malaikat Rakib dan Atid kepada Allah SWT. Pada malam Nisfu Syaban itu pula buku catatan amal masing-masing orang diganti dengan yang baru.

Apa Saja Amalan Nisfu Syaban?

Malam Nisfu Syaban merupakan momen di mana amal perbuatan manusia akan dicatat dan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Pintu langit akan terbuka dan segala doa akan terkabulkan, sehingga dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak amalan shalih.

Dirangkum dari buku Nasehat-Nasehat Kebaikan susunan Dr. Agus Hermanto (2021), inilah beberapa amalan nisfu syaban yang bisa dikerjakan di rumah ataupun di masjid:

1. Memperbanyak dzikir

Saat malam Nisfu Syaban, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak bacaan dzikir. Anda bisa melantunkan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil serta memperbanyak istighfar memohon ampunan kepada Allah SWT.

Syekh Al-Mubarakfuri dalam Syarah Misykat al-Mashabih 4/341 mengatakan, "Malam Nisfu Syaban tidak sama dengan malam-malam yang lain. Dan disarankan untuk tidak melupakannya, bahkan lebih disarankan untuk menghidupinya dengan ibadah, doa, zikir dan tafakur.”

2. Memperbanyak doa

Umat Muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan cara memperbanyak lantunan doa. Dikutip dari buku Doa dan Zikir Makbul karya Abu Hurairah Abdul Salam, berikut bacaan doanya yang bisa dipanjatkan umat Muslim:

اللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَاذَا الطُّولِ وَالاِنْعَامِ لاإله إلا أَنْتَ ظَهَرَ اللأَجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَأَمَانَ الخَائِفِينَ

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ

اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَاقْتَارَ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ في أُمّ الكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ

الهي بِالتَّجَلِي الْأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرٍ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّي مِنَ البَلاءِ مَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلامُ

الغُيُوبِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Artinya: "Ya Allah Tuhanku, yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepada-Mu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, yang mempunyai kekuasaan dan yang memberi nikmat, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Tempat bernaung bagi orang-orang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan.

Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) yang berada di sisi-Mu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan.

Ya Allah Tuhanku, berkat karunia-Mu apa yang ada dalam Ummul Kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir dan sempit rezeki.

Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisi-Mu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan.

Karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu dan firman-Mu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus, “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya ada Ummul Kitab.”

Ya Tuhanku, berkat penampilan yang Mahabesar (dari rahmat-Mu) pada malam pertengahan bulan syaban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan.

Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku dari segala bencana yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui serta yang lebih Kau ketahui (daripadaku), dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib, berkat rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang.

Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga Dia melimpahkan salam sejahtera (kepada mereka).3. Membaca yasin

Setelah menunaikan sholat Magrib dan Isya, umat Muslim bisa membaca Surat Yasin sebanyak 3x. Kemudian dilanjutkan dengan memohon kesehatan, limpahan rezeki, dan ketetapan Iman serta Islam.

3. Membaca yasin 

Setelah menunaikan sholat Magrib dan Isya, umat Muslim bisa membaca Surat Yasin sebanyak 3x. Kemudian dilanjutkan dengan memohon kesehatan, limpahan rezeki, dan ketetapan Iman serta Islam.

__________________

Puasa Nisfu Syaban

Puasa Nisfu Syaban bisa diamalkan pada pertengahan bulan Syaban. Anjurannya dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Beliau mengatakan bahwa:

"Jika datang malam Nisfu Syaban, maka shalatlah dan puasalah pada siang harinya, karena Allah akan menurunkan ampunan-Nya di malam itu, mulai dari terbenamnya matahari hingga pagi hari." (HR. Ibnu Majah).

Tata cara puasa Nisfu Syaban sama seperti puasa sunnah lainnya. Dikutip dari buku Rahasia Puasa Sunnah karya Ahmad Syahirul Alim, bacaan niatnya adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin an ada’i sunnati syabana lillahi taala.”

Artinya: “Aku niat puasa sunnah Syaban esok hari karena Allah SWT.”

___________________ 

Nisfu Syaban 2024 jatuh pada tanggal 24-25 Februari 2024. Anda bisa menunaikan puasa sunnah di tanggal tersebut dengan niat untuk menghidupkan malam nisfu syaban.

Bagi yang menjalankannya, niscaya akan diberikan limpahan pahala oleh Allah SWT. Kemudian, ia juga akan mendapatkan ampunan dari-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah memperhatikan makhluk-makhlukNya pada malam nisfu syaban maka Allah mengampuni hamba-hambaNya, kecuali dua (golongan) yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh dirinya sendiri." (HR. Ahmad)

____________________

Jakarta, 20 Februari 2024/ 12 Syaban 1445 H

Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/nisfu-syaban