Syekh Zainuddin al-Malaibari dalam Irsyad al-‘Ibad (hal. 33) mengisahkan ada seorang laki-laki bermimpi melihat beberapa ahli kubur yang keluar dari kuburnya. Mereka kemudian sibuk memunguti sesuatu. Namun, belum diketahui apa yang sedang mereka punguti. Laki-laki itu kemudian menceritakan mimpinya sebagai berikut:
Aku sempat heran melihat pemandangan itu. Belum usai keherananku, terlihat ada seorang ahli kubur yang tengah duduk dan tidak ikut memunguti sesuatu bersama mereka. Aku coba menghampirinya dan bertanya, “Apa yang sedang dipunguti mereka?” Ahli kubur yang duduk tadi menjawab, “Kebaikan yang berasal dari bacaan Al-Qur’an, sedekah, dan doa yang dihadiahkan kaum Muslimin untuk mereka.” Aku kembali bertanya, “Lantas mengapa engkau tak ikut memungutinya?” Dijawabnya, “Aku sudah cukup.” Aku pun bertanya lagi, “Karena apa engkau tidak memerlukannya?” Dijawab oleh ahli kubur tersebut, “Dengan khatam Al-Qur’an yang dilakukan dan dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Anakku ada di pasar ini dan berjualan zalabiyah (sejenis makanan ringan berbahan tepung dan telur).”
Keesokan paginya, setelah terbangun, aku langsung pergi ke pasar yang disebutkan ahli kubur dalam mimpi semalam. Benar saja di sana ada seorang anak muda yang berdagang zalabiyah, sedangkan kedua bibirnya tak pernah henti berucap. Aku pun menanyakannya,
“Mengapa engkau tak henti menggerakkan kedua bibirmu?” Si anak muda menjawab, “Aku sedang membaca Al-Qur’an lalu menghadiahkannya kepada ayahku yang sudah di alam kubur.”
Beberapa waktu kemudian, aku bermimpi melihat beberapa ahli kubur keluar lagi dari kuburnya, seperti pada mimpi sebelumnya. Namun, yang membuatku heran kali ini adalah ahli kubur yang semula tak ikut memunguti sesuatu, kini turut memungutinya bersama ahli kubur yang lain. Makanya begitu terbangun, aku segera pergi lagi ke pasar guna mengetahui kabar si anak muda yang biasa berdagang zalabiyah sambil membaca Al-Qur’an itu. Dan ternyata, sekarang ia sudah meninggal.
****
Dari sepenggal kisah di atas, dapat ditarik beberapa pelajaran:
*) Kebaikan yang dihadiahkan kaum Muslimin kepada ahli kubur, baik berupa bacaan Al-Qur’an, doa, ataupun sedekah, terbukti sampai kepada mereka.
*) Demikian pula kebaikan yang dihadiahkan seorang anak kepada orang tuanya yang sudah meninggal. Contohnya bacaan Al-Qur’an si anak muda dalam kisah di atas
*) Hadiah kebaikan dari seorang anak, kerabat, atau siapa saja kepada orang yang telah meninggal cukup meringankan kesulitan orang yang telah meninggal tersebut.
*) Benar apa yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa di antara kebaikan yang terus mengalir—walaupun seseorang telah meninggal—adalah anak saleh yang selalu mendoakan. Berhenti yang mendoakan, maka berhenti pula aliran kebaikan itu, sebagaimana berhentinya kebaikan si anak muda yang membaca Al-Qur’an, karena dirinya meninggal. Wallahu a‘lam.
_________________
Sumber : Islam.Nu.Or.id
Upload by : cak_1 @Jkt 21032022
Sumber: https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-seorang-ahli-kubur-yang-berhenti-didoakan-anaknya-Rrdsh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar