PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Selasa, 04 Desember 2018

Selamat Milad Bunda Uga

Selamat MILAD yang ke 62 tahun, Bunda Hj. Uga Wiranto, SH. Msi.

Semoga, selalu dalam lindungan Allah SWT dan diberikan nikmat umur panjang serta sehat wal'afiat dan tidak kurang suatu apa.

Amin ya Robbal Alamin.

Salam taklim kami,


- Suwandi -



Senin, 03 Desember 2018

Dan Semut Pun Berdzikir

Barangkali di antara kita menganggap remeh makhluk Allah yang mungil ini, yaitu semut. Tidak jarang kita jengkel ketika para semut mulai menggerogoti makanan atau mencicipi minuman segar yang kita simpan atau siap untuk dihidangkan dengan rapi. Dengan aktivitas semut ini, sebagian kita menganggap mereka makhluk yang selalu menyusahkan dan berbagai ekspresi lainnya.

Namun pernahkah kita menyadari bahwa semut terkadang lebih baik daripada segolongan manusia? Mungkin kita bertanya-tanya dan sebagian ada yang menentang perkataan ini, bahkan ada yang menyatakan, “Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling baik di dunia ini di antara berbagai makhluk Allah SWT lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan sekelompok semut.”

Marilah kita perhatikan kisah-kisah berikut.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada salah seorang Nabi yang singgah di bawah pohon, lalu ia digigit oleh seekor semut. Lalu ia membinasakannya dan mencari tempat persembunyian semut tersebut. Setelah itu, ia menyuruh untuk membakar tempat tinggal semut tersebut. Kemudian Allah menanyakan kepadanya : Apakah hanya karena gigitan seekor semut engkau membakar satu umat yang senantiasa bertasbih, mengapa tidak satu semut saja yang engkau bunuh?” (Shahih, HR. Bukhari dan yang lainnya).

Dalam kisah yang lain, Ahmad menceritakan, bahwa Waki’ memberitahukan kami, Mus’ir memberitahu kami, dari Zaid Al-Ami, dari Abu Shadiq Al-Naji. Dia bercerita, Sulaiman bin Dawud pernah hendak pergi mencari air (maksudnya : shalat istisqa’, meminta hujan kepada Allah SWT), lalu ia melihat seekor semut dengan bersandar ke punggungnya dan mengangkat kedua kaki depannya ke langit mengucapkan, “Sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk dari makhluk-makhlukMu, kami sangat butuh siraman dan rezekiMu. Baik Engkau akan mengucurkan air dan rezeki kepada kami atau membinasakan kami.” Kemudian Sulaiman bertutur (kepada kaumnya), “Kembalilah pulang, kalian akan diberi air (hujan) melalui do’a dari makhluk selain kalian.” (HR. Imam Ahmad).

Dari kisah tadi, Mahasuci Allah, Allah telah memberi petunjuk kepada semut untuk senantiasa bertasbih kepadaNya. Ketika semut membutuhkan bantuan dan pertolongan, ia meminta kepada Allah semata. Lalu bagaimana dengan kita yang merupakan makhluk yang paling baik yang telah diciptakan Allah SWT? Kita senantiasa melupakan Allah SWT karena terlena dengan kenikmatan-kenikmatan dunia, jarang bersyukur atas karuniaNya, serta jarang berdo’a kepadaNya. Sebagian besar di antara kita masih saja menyekutukan Allah SWT dengan meminta bantuan kepada Jin, Tukang Sihir, Paranormal, Kyai, Orang-Orang yang Telah Meninggal, Tempat-Tempat atau Benda yang dianggap Keramat. Bahkan ketika tertimpa musibah bencana alam seperti Gempa Bumi dan Gunung Meletus, sebagian kita tetap saja melakukan ritual-ritual yang tidak ada dalam ajaran Islam serta menyekutukan Allah SWT.

Hendaknya kita sebagai manusia merasa malu kepada semut yang selama ini kita anggap sepele, apalagi kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam.
____________________
sumber : eramuslim.com

Istidraj: Ketika Ahlul Maksiat Bergelimang Harta Dunia

Jika Kita Tidak Segera Melakukan Perbaikan Diri Dengan Menjauhi Mindset Materialisme Dari Dalam Diri Kita, Sehingga Kita Terlena Dengan Kehidupan Dunia Yang Fana ini, Akhirnya Terjebak Istidraj dari ALLAH, Karena Kelalaian Kita Sendiri. Ujung-Ujungnya adalah Musibah dan Kerugian di Akhirat Kelak.!

APA ITU ISTIDROJ ?

ISTIDROJ itu adalah Azab Yang Diundur- Undur Oleh ALLAH Ta’ala, Namun ALLAH Tetap Memberikan Kita :

1). Harta Yang Berlimpah; Padahal Tidak Pernah Bersedekah. !
2). REZEKI BERLIPAT-LIPAT; Padahal Jarang Shalat, Tidak Senang pada Nasihat Ulama, dan Terus Berbuat Maksiat.. !
3). DIKAGUMI, DIHORMATI; Padahal Akhlak Bejat.
4). DIIKUTI, DITELADANI dan DIIDOLAKAN; Padahal Bangga Mengumbar Aurat Dalam Berpakaian.. !
5). SANGAT JARANG DIUJI SAKIT; Padahal Dosa-Dosa Menggunung dan Membukit. !
6). TIDAK PERNAH DIBERIKAN MUSIBAH; Padahal Gaya Hidupnya Sombong, Meremehkan Manusia, Angkuh dan Bedebah.. !
7). ANAK-ANAK SEHAT-SEHAT, CERDAS-CERDAS; Padahal Diberikan Makan Dari Harta Hasil Yang Haram (Menipu, Korupsi, Riba’, dll )..
8). HIDUP BAHAGIA PENUH CANDA TAWA; Padahal, Banyak Orang Karenanya Ternoda dan Terluka.
9. KARIRNYA TERUS MENANJAK; Padahal Banyak Hak Orang Yang Diinjak-Injak.. !
10. SEMAKIN TUA SEMAKIN MAKMUR; Padahal Berkubang Dosa Sepanjang Umur.. !
Hati-Hati, Karena itulah yang Dinamakan ISTIDRAJ.

RENUNGKAN AYAT INI :

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., berfirman:
 
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Artinya:
Maka Tatkala Mereka Melupakan Peringatan yang telah diberikan kepada mereka, KAMI pun Membukakan Semua Pintu-Pintu Kesenangan Untuk Mereka; Sehingga apabila Mereka Bergembira Dengan Apa yang Telah Diberikan Kepada Mereka, KAMI Siksa Mereka Dengan Sekonyong-Konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. AL-‘AN’ĀM : 44 )

RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wassalam., bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ

“Jika Kamu Melihat ALLAH Memberikan Dunia Kepada Seorang Manusia Pelaku Maksiat, Dengan Sesuatu YANG ia (pelaku maksiat) Sukai, Maka Sesungguhnya Itu adalah ISTIDRAJ.”
(HR. AHMAD )

Maka Jangan Silau Dengan Kesuksesan dan Kemegahan Yang Ditampilkan Seseorang.. !!!
Maka Waspadalah.. !!!
Bisa Jadi Dia Sedang Mengalami ISTIDRAJ.

Dan pada saatnya Nanti, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., Tiba-Tiba Mencabut Semua Kenikmatan itu, Tanpa Dia Sadari. !!!

Sebagai Orang Beriman yang Dikasihi ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., maka ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., akan Selalu Menjaga Kita dari Segala Kemaksiatan, Tidak Dibiarkan Dalam Kesesatan. !
Jadi kalau kita sudah Beramal Sholeh, Namun Kita Masih Diberi Ujian / Cobaan, Maka Itulah Tanda Kasih Sayang ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., pada Hamba-Hamba-NYA, Berupa Keringanan Dosa dan Menuju Ampunan-NYA. !

SEMOGA KITA SELAMAT DARI ISTIDRAJ.

AAMIIN YAA RABBAL AL AAMIIN
___________________
sumber : eramuslim.com

Isyarat Tambah Usia

Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan fisik atau perkembangan jasmaniah. Fase-fase itu adalah fase bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan fase usia tua. Semua fase ini pasti akan dilalui oleh semua manusia, kecuali orang-orang yang Allah SWT takdirkan ajal mereka datang lebih dahulu sebelum melewati semua tahapan di atas. Semua fase juga akan dialami oleh setiap orang tanpa mampu menunda, menolak atau melawannya.

Demikian ini sudah menjadi salah satu sunatullah. Tidak ada seseorang yang akan terus dalam satu fase secara terus-menerus. Ringkasnya, tidak mungkin seseorang akan berwujud bayi yang menyusui selama ia hidup di dunia ini tanpa mengalami perkembangan menuju fase berikut. Ini tidak mungkin (QS al-Mukmin [40]: 67.
 
Setiap perubahan-perubahan fisik dan nonfisik yang terjadi pada seseorang sampai akhir hidup atau biasa disebut bertambahnya usia manusia, sesungguhnya memberikan isyarat agar kita mampu melakukan amalan yang baik, yaitu amalan yang memenuhi syarat dan rukun yang dikerjakan sesuai petunjuk Rasul dengan keimanan dan berharap pahala dari Allah SWT.
 
Sabda Rasulullah SAW, "Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan amalannya baik." (HR at-Tirmidzi).

Pertama, semakin bertambah usia, semakin lemah tangan menggenggam karena Allah sedang mendidik kita agar melepaskan cinta dunia (QS Hud [11]: 15-16). 

Kedua, semakin bertambah usia, semakin kabur mata kita karena Allah sedang mencerahkan mata hati untuk melihat akhirat. "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS al-Isra [17]: 72).

Ketiga, semakin bertambah usia, semakin sensitif perasaan kita karena Allah sedang mengajarkan bahwa pautan hati dengan makhluk senantiasa menghampakan, tetapi hati yang berpaut kepada Allah tiada pernah mengecewakan (QS Lukman [31]: 22). 

Keempat, semakin bertambah usia, semakin gugur gigi-gigi kita karena Allah sedang mengingatkan bahwa suatu hari kita akan gugur ke dalam tanah (QS Ali Imran [3]: 145).

Kelima, semakin bertambah usia, semakin ditarik nikmat kekuatan tulang dan sendi kita karena Allah sedang mengingatkan bahwa tak lama lagi nyawanya akan diambil (QS an- Nisa [4]: 78). 

Keenam, semakin bertambah usia semakin putih rambut kita karena Allah sedang ingatkan kain kafan yang putih (QS Ali Imran [3]: 185). 

Ketujuh, begitu juga hati kita, semakin bertambah usia, semakin sepi dan ingin bersendirian karena Allah sedang mendidik kita untuk melepaskan cinta manusia dan dunia (QS al-An'am [6]:32). Wallahu'alam

__________
updated by cak_onedy (jkt, 04 Desember 2018
sumber : republika.co.id Oleh Ahmad Agus Fitriawan

Minggu, 11 November 2018

Masuk surga karena kasih sayang Allah atau amal shaleh?

Masuk surga karena kasih sayang Allah atau amal shaleh?, Baiklah pemirsa blog materi kitab pernahkah kalian mendengar bahwasanya kita masuk surga itu karena rahmat allah, seseorang yang masuk surga hakikatnya karena sifat belas asihnya Allah kepada hambanya? atau malah yang kita dengar sebaliknya yaitu kita bisa masuk surga karena amal kita banyak, jika amal shaleh kita banyak maka bisa masuk surga.

Apapun yang kalian ketahui masalah di atas tentunya sangat menarik kajian ini untuk kita pahami betul, bahwasanya masuk surga itu bukan sekedar karena amal shaleh.

Pada umumnya kaum muslimin menganggap bahwa yang menentukan seseorang untuk masuk surga dan neraka itu tergantung amalnya, seakan-akan amal lah yang menentukan semata. artinya jika amalnya baik maka masuk surga, dan apabila amalnya buruk maka masuk neraka.

Masuk surga karena kasih sayang Allah atau amal shaleh?

Secara mutlak Persepsi di atas tidak bisa kita salahkan, dan juga secara mutlak tidak bisa kita benarkan, karena memang ada dasarnya yaitu firman Allah subhanahu wa ta'ala yang menerangkan bahwa amalan shalih merupakan penyebab masuknya kaum mukminin ke dalam surga. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Orang-orang yang diwafatkan DALAM KEADAAN BAIK oleh para malaikat mengatakan kepada mereka (dihari kiamat kelak): "Salaamun’alaikum, MASUKLAH kamu ke dalam SURGA itu DISEBABKAN APA YANG KAMU KERJAKAN". (QS an Nahl: 32)
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Az-Zukhruf: 72)

Umumnya disimpulkan oleh para ulama tafsir bahwa amal merupakan sebab masuk surga. Saya kutip beberapa kitab tafsir tentang ayat ini;
Tafsir Ibnu Katsir;
أي: أعمالكم الصالحة كانت سببا لشمول رحمة الله إياكم، فإنه لا يدخل أحدًا عمله الجنة، ولكن بفضل من الله ورحمته.

Maksudnya adalah Amal-amal shalih kalian merupakan sebab datangnya rahmat Allah kepada kalian, karena amal seseorang tidak memasukkannya ke dalam surga, melainkan karunia dan rahmat Allah. (7/239)

Tafsir At-Tahrir Wat-Tanwir, Ibnu Asyur;
والباء في ” بما كنتم تعملون ” للسببية وهي سببية بجعل الله وعده

Huruf “ب” dalam ayat بما كنتم تعملون menunjukkan ‘sebab’ sehingga Allah memenuhi janjinya. (13/321)

At-Tafsir Al-Muyassar, disusun oleh sejumlah ahli tafsir di bawah bimbingan Syekh Abdullah bin Abdul-Muhsin At-Turky;
وهذه الجنة التي أورثكم الله إياها؛ بسبب ما كنتم تعملون في الدنيا من الخيرات والأعمال الصالحات، وجعلها مِن فضله ورحمته جزاء لكم.

“Surga yang Allah berikan kepada kalian adalah karena sebab amal yang kalian lakukan di dunia berupa amal kebaikan dan amal shalih yang dengan karunia dan rahmat Allah surga dijadikan balasannya bagi kalian.”

Jika dikatakan bahwa amal bukan satu-satunya sebab seseorang masuk surga itu lebih tepat. Karena memang di sana ada rahmat dan karunia Allah Ta’ala yang menjadikan amal sebagai sebab seseorang masuk surga.

Hal inilah yang dinyatakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya, Jami’ul Ulum Wal Hikam, 1/70l
لن يدخل الجنة أحد منكم بعمله فالمراد والله أعلم أن العمل بنفسهلا يستحق به أحد الجنة لولا أن الله عز و جل جعله بفضله ورحمته سببا لذلك والعمل بنفسهمن فضل الله ورحمته على عبده فالجنة وأسبابها كل من فضل الله ورحمته.

“Ungkapan ‘Tidaklah seseorang dari kalian masuk surga karena amalannya’ Maksudnya adalah –wallahua’lam- bahwa amal saja tidak menyebabkan seseorang berhak dapat surga kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah yang menjadikan amal tersebut sebagai sebab untuk itu. Amal itu sendiri merupakan karunia dan rahmat Allah terhadap hamba-Nya. Maka surga dan sebab-sebabnya, seluruhnya merupakan karunia Allah dan rahmat-Nya.”

Dijelaskan oleh hadits shahih yang menerangkan bahwa amalan seseorang itu tidaklah bisa memasukkan dirinya ke dalam surga. Hadits tersebut datang dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

“Amalan seseorang itu tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga.” Para sahabat bertanya: “Tidak juga anda, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Tidak pula aku, akan tetapi Allah telah melimpahkan keutamaan dan rahmat-Nya kepadaku.” [HR Al Bukhari (5673) dan Muslim (2816]

Menurut zhahir nash Hadis Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwa amal ibadah itu tidak dapat memasukkan seseorang ke dalam surga, bahkan tidak pula menjauhkan seseorang dari azab api neraka, melainkan karena rahmat Allah semata.

Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadis yang menyebutkan:
عن جابر قال سمعت النيس صلى الله عليه وسلم يقول: لا يدخل احدا منكم عمله الجنة ولا يجيره من النار ولا انا الا برحمة من الله. [روه مسلم[

Dari jabir, ia berkata: saya pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: "Amal saleh seseotang diantara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah." (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)

Mengenai hadis yang menyatakan bahwa seseorang masuk surga bukan karena amalnya, tetapi rahmat Allah dan karuia-Nya, kemi telah menemukan dalam kitab Shahih Muslim, lebih dari empat buah hadis banyaknya.

Sebenarnya bila dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi tersebut dianalisis agak mendalam, tidaklah terdapat pertentangan (ta'arudh), melainkan dapat kita kompromikan.

Untuk lebih jelasnya perhatikan komentar dua tokoh ulama. Yang satu terkenal sebagai pakar dalam bidang tafsir, sedangkan yang kedua terkenal pakar dalam bidang Fikih dan Hadis, yaitu:

1. Imam Ahmad Ash-Shawi Al-Maliki, dalam kitab tafsirnya Ash-Shawi; ketika mengompromikan kedua dalil tersebut, beliau berkata:

Jika engkau berkata, telah terdapat keterangan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: "Seseorang sekali-kali tidak masuk surga dengan sebab amalnya." Rasulullah ditanya, "Dan tidak pula engkau, hai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Dan aku pun tidak, kecuali Allah melimpahkan rahmat-Nya."
Lalu Imam Ash-Shawi menjawab, "Bahwasanya amal yang tersebut dalam ayat Al-Qur'an itu ialah amal yang disertai dengan fadhal (karunia Allah), sedangkan amal yang dimaksud dalam hadis Nabi itu ialah amal yang tidak disertai karunia Allah."(Tafsir Shawi II:75)

2. Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim; ketika mengompromikan kedua dalik tersebut diatas beliau menjelaskan:

Dan dalam kenyataan hadis-hadis ini ada petunjuk bagi ahli haq, bahwasanya seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga karena amal ibadahnya. Adapun firman Allah Ta'ala: "Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan," dan "Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan," dan seumpama keduanya dari beberapa ayat Al-Qur'an yang menunjukkan bahwasanya amal ibadah itu dapat memasukkan ke dalam surga, maka firman Allah itu tidak bertentangan dengan beberapa hadis ini.

Akan tetapi, ayat-ayat itu berarti bahwasanya masuknya seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia-Nya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161)

Dalam sebuah Hadits Riwayat Shahih Muslim yang cukup panjang, Diriwayatkan dari Muhammad Bin Mukadir, dan juga diriwayatkan oleh Jabir, Rasulullah datang kepada kami, lalu Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

”Baru saja Jibril datang kepadaku tadi, Jibril berkata:

”Hai Muhammad, Demi Allah: ”Bahwasanya ada seseorang melakukan ibadah kira-kira lima ratus tahun diatas puncak sebuah gugung yang luas, panjangnya 30 X 30 hasta, dan lautan yang melingkar di sekitarnya seluas 4000 farsakh dari setiap penjuru, di bawah gunung tersebut terdapat sumber air jernih kira-kira satu jari lebarnya, dan terdapat pula pohon buah delima yang sengaja disediakan oleh ALLAH untuknya dimana setiap hari mengeluarkan buahnya satu biji.

Setiap sore sesudah berwudlu, buah tersebut diambil dan dimakan, kemudian dia melakukan shalat seraya berdo’a mohon diambil nyawanya ditengah tengah melakukan sujud, agar tubuhnya tidak tersentuh Bumi atau yang lainnya, hingga ia bangkit di hari kiamat tengah bersujud kepada ALLAH. Maka permohonannya dikabulkan ALLAH, karena itu setiap kami lewat (naik-turun Langit) pasti dia tengah bersujud.”

Lanjut Jibril:”Kami temukan tulisnya (ceritanya) di lauhil mahfudz, bahwa: ia akan dibangkitkan kelak dihari kiamat dalam keadaan masih tetap bersujud dan diajukan kepada ALLAH, FirmanNya:”Masukkanlah hamba-Ku ini ke sorga karena Rahmat-Ku.” Tetapi hamba itu menjawab: ”Melainkan karena amalku semata.”

Lalu ALLAH menyuruh Malaikat untuk menghitung semua amalnya dibanding nikmat pemberianNya, dan ternyata setelah penotalan amal keseluruhan selesai, dan dimulai dengan menghitung nikmatnya mata saja sudah melebihi pahala ibadahnya sepanjang 500 tahun, padahal nikmat-nikmat yang lain-lainnya jauh lebih besar dan berharga.

Lalu ALLAH berfirman: ”Lemparkan ia ke dalam Neraka.” Kemudian Malaikat membawanya dan akan dilemparkan ke dalam Neraka, tetapi di tengah perjalanan menuju Neraka, ia menyadari kekeliruannya dan menyesal seraya berkata:”Ya ALLAH, masukkanlah aku ke surga karena Rahmat-Mu.”

Akhirnya Firman-Nya kepada Malaikat:”Kembalikanlah ia.”
Lalu ditanya ia:”Siapakah yang menciptakan kamu dari asalnya (tiada)?.”
Jawabnya:”Engkau ya ALLAH.”
Lalu hal itu dikarenakan amalmu ataukah Rahmat-Ku?.”
Jawabnya:”Karena Rahmat-Mu.”

Siapakah yang menguatkanmu beribadah selama lima ratus tahun?.”
Jawabnya lagi:”Engkau ya ALLAH.”

“Dan siapakah yang menempatkan kamu diatas Gunung dikelilingi lautan di sekitarnya, dikaki Gunung tersebut memancar sumber air tawar, dan tumbuh pohon delima yang buahnya kau petik setiap sore, padahal menurut hukum adat, delima hanya berbuah sekali dalam setahun, lalu kau minta mati dalam keadaan bersujud, siapa yang melakukan itu semua?.”

Jawabnya:” Engkau ya ALLAH.” FirmanNya:”Maka sadarlah kamu, bahwa itu semua adalah semata karena Rahmat-Ku, dan sekarang Aku masukkan kamu ke surga semata karenaRahmat-Ku.”

Kemudian Jibril berkata:”Segala-galanya dia alam ini bisa terjadi/ada, semua hanya karena rahmat ALLAH semata.”

Mengapa ini semua bisa terjadi? Bukankah hamba itu sudah sedemikian rajinnya beribadah?Dari sini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, diantaranya :
1. Jangan terjebak dengan sombong / bangga / menyebut-nyebut / mengungkit amal kita

2. Kita semua tahu bahwa Iblis tadinya ialah golongan jin yang berhasil menjadi pemimpin para Malaikat dahulu kala. Banyak tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh para malaikat namun dapat diselesaikan oleh Iblis. Sekian juta tahun lamanya mengabdi & berprestasi hingga akhirnya perlahan menduduki jabatan tinggi sampai menjadi pemimpin para Malaikat. NAMUN, semua itu hancur lebur karena Iblis merasa LEBIH BAIK dibanding manusia.

Berkaitan dengan ini ulama telah mencoba menggabungkan dan menyatukan perbedaan yang terdapat di dalam ayat-ayat dan hadits di atas. Ulama mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara ayat dan hadits tersebut, karena surga itu sebenarnya hanya bisa dimasuki dengan rahmat dan kemurahan Allah ta’ala, bukan karena amalan yang dilakukan oleh seorang hamba. Walaupun amalan itu juga merupakan sebab masuknya surga, namun ia bukanlah satu-satunya sebab dan bukan sebab yang paling utama. Ada pula yang mengatakan bahwa masuknya seorang hamba ke dalam surga, itu disebabkan karena adanya kemurahan dan rahmat dari Allah ta’ala. Adapun amalan manusia, ia merupakan penentu kemuliaan dan ketinggian derajatnya di dalam surga. Semakin baik amalannya, semakin tinggilah derajatnya di surga. Wallahu a’lam bis-Shawab

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
Sumber :
Pengalaman di pesantren
https://www.facebook.com/asimun.masud/posts/1652333351457251

Senin, 07 Mei 2018

MENGENAL MAKNA DAN BAHAYA ISTIDRAJ

Mengenal Makna dan Bahaya ISTIDRAJ
Oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa salah satu buah dari takwa adalah Allah  akan memberi jalan keluar dan membukakan pintu rizki. Allah berfirman :“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberi rizki dari arah yang tidak disangkanya (Q.S ath Thalaq 2-3).

Tapi agak sering kita menyaksikan berapa banyak manusia yang secara zhahir mendapat  rizki berupa harta yang banyak meskipun dia  jauh dari Allah Ta’ala. Terkadang juga semakin jauh dia dari ketakwaan semakin bertambah pula rizkinya. Jika keadaan ini terjadi maka inilah MOMENT YANG PALING PENTING UNTUK MELAKUKAN MUHASABAH ATAU INTROSPEKSI DIRI. Segeralah memohon ampun dan bertakwa kepada Allah Ta’ala.  Barangkali ini adalah istidraj yang pada waktunya mendatangkan kebinasaan yang amat sangat. 

Lalu, apa itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Secara istilah istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman yang diulur  dan tidak diberikan langsungUntuk sementara waktu Allah membiarkan orang ini dan tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan kenikmatan dan kesenangan yang semu. Pada waktunya Allah akan menimpakan adzab yang sangat berat.

Selain itu, makna istidraj adalah  semua perbuatan  maksiat yang Allah balas untuk waktu tertentu dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk mengingat-Nya serta lupa bertaubat dan beristighfar. Akibatnya dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan  hukuman yang berat. 

Allah berfirman : “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S al An’am 44)

Ayat di atas  memberikan ancaman kepada orang-orang yang telah diberikan peringatan sebelumnya, namun mereka melupakan dan mengabaikan peringatan dari Allah Ta’ala. Allah tidak segera menurunkan siksaa atau adzabnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala justru membukakan semua pintu-pintu kesenangan (sementara) untuk mereka. Dan mereka, manusia itu bergembira ria dengan semua kesenangan yang telah Allah bukakan pintu-pintunya itu. Dan apabila telah sampai pada waktunya, Allah akan menyiksa mereka, dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu, mereka terdiam, tidak berdaya serta berputus asa.

Rasulullah bersabda :   “Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian beliau membacakan surat al Qalam ayat 44.  Allah berfirman : “Sanastadriju hum  min haitsu laa ya’lamun”  Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.

Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Jika ada orang yang berbuat dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari Allah maka bisa jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di dunia yang akan dibalas  dengan adzab oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Ali bin Abi Thalib  berkata : Wahai anak Adam !.  Ingat dan waspadalah bila kau lihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.

Itulah diantara makna istidraj yang sangat penting untuk diwaspadai oleh orang orang  beriman agar terhindar dari kemudharatan yang besar dan mendatangkan penyesalan di dunia dan di akhirat. 
Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (813)
____________
Sumber : http://azwirbchaniago.blogspot.nl/2016/09/mengenal-makna-dan-bahaya-istidraj.html