Selamat siang kadang kinasih akarasa, semoga lapang rezeki. Asal kita mau Obah pasti Mamah, karena Ono Dino Ono Upo.
Sesekali dengan pengantar bahasa Jawa gathuk juga dan tidak terlalu baku dan formal. Wong Jowo iku panggone pasemon atau arti bebasnya orang jawa tempatnya semu atau metaforis. Seperti pada narasi pembuka diatas, Obah Mamah, Ono Dino Ono Upo.
Sesekali dengan pengantar bahasa Jawa gathuk juga dan tidak terlalu baku dan formal. Wong Jowo iku panggone pasemon atau arti bebasnya orang jawa tempatnya semu atau metaforis. Seperti pada narasi pembuka diatas, Obah Mamah, Ono Dino Ono Upo.
Ajaran-ajarab para leluhur Jawa senantiasa diarahkan untuk menjaga keseimbangan dalam upaya kenikmatan lahir dan batin. Saya rasa kalau dua suku kata diatas kalau sedikit kita renungkan meski kita hidup di era digital seperti ini masih sangat relevan diaplikasikan dalam praktik berkehidupan.
Obah Mamah, Ono Dino Ono Upo merupakan dua susunan akata yang terdiri kata Obah (bergerak) yang maknanya ‘bekerja’, Mamah (mengunyah) bermakna ‘makan’. Ono (ada), Dino (hari/waktu), dan Upo (butir nasi) yang maknanya makanan.
Ungkapan sepele warisan leluhur ini kalau sedikit kita renungkan bisa kita mulai dari memilahnya dua bagian, Obah Mamah (bekerja bisa makan) dan Ono Dino Ono Upo (ada hari ada nasi). Saya rasa pemahaman ungkapan ini masih cukup relevan dan realistis. Siapa yang Obah (bekerja) apapun pekerjaannya, pasti Mamah (makan).
Orang yang mau Obah menggerakan badannya untuk Obah (bekerja) ia minimal pasti dapat makan. Tidak pada tempatnya kita harus berputus asa karena kesulitan ekonomi. Dengan demikian, suatu misal kita dalam situasi kritis, nasihat Obah Mamah (bekerja pasti makan) justru akan mendorong kita agar tetap bergairah dalam menghadapi hidup.
Sebagai manusia, kita dapat melakukan apa saja, tidak seharusnya malu, melakukan pekerjaan kasar sekalipun asalkan halal. Tak nafsi, kita buang jauh-jauh berpikir gengsi atau harga diri yang semu. Setidaknya selalu berpikir bagaimana caranya agar keluarga bisa tetap makan, dan dapat memenuhi kebutuhanya meski yang paling mendasar sekalipun.
Bertelekan falsafah Obah Mamah sejatinya kita dianjurkan untuk meyakini bahwa setiap jenis pekerjaan tidak menjadi ukuran tinggi rendahnya status seseorang. Sikap Obah Mamah (bekerja pasti makan) justru sejatinya sebagai sifat positif karena mampu mendorong seseorang agar tetap tegar dalam situasi sangat sulit sekalipun.
Ungkapan Ono Dino Ono Upo (ada hari ada nasi) saat zaman setua ini, sadar atau tidak sadar ternyata kita salah pahami, jika ungkapan ini justru sebagai hal yang melemahkan semangat. Padahal ungkapan Ono Dino Ono Upo (ada hari ada nasi) memiliki konteks atau latar yang hampir sama denga Obah Mamah (asal bekerja pasti makan) kalau sedikit saja kita untuk merenungkannya.
Suatu hal yang lumrah, bagi mereka yang berkecukupan, kebutuhan hidupnya dimasa mendatang – bisa minggu, bulan atau tahun depan mungkin telah disiapkan jauh-jauh hari, sehingga tidak ada keraguan bahwa mereka akan kekurangan makanan dan kebutuhan mendasar yang lain.
Namun, bagi sebagian kita yang mungkin selama ini hidup serba kekurangan dan lemah, jangankan jatah makan untuk minggu depan, untuk makan besok pagi pun belum ada jaminan. Mereka tidak memiliki jaminan persediaan kebutuhan pokok. Jangankan menabung, cukup memenuhi kebutuhan satu atau dua hari saja sudah merupakan anugerah.
Konsdisi yang demikian ini menyebabkan seseorang selalu menghadapi persoalan hidup sepanjang waktu, sepanjang hari, atau sepanjang malam. Oleh karenaya, jika tidak memiliki ketahanan mental, mereka mudah jatuh pada sikap putus asa, tak lagi memiliki harapan hidup. Mungkin dari dinamika kehidupan seperti inilah, leluhur kita memiliki nasihat yang bijak diatas.
Para leluhur Jawa selalu mengajarkan kepada siapa pun (yang dalam kondisi kekurangan dan tidak memiliki kepastian hidup selanjutnya) melalui ungkapan Ono Dino Ono Upo (ada hari ada nasi).
Kita dianjurkan untuk memiliki keyakinan bahwa esok pasti ada rezeki, besok pasti ada makanan. Seseorang harus yakin bahwa Gusti mesthi menehi pangan (Tuhan pasti member makan) asal dibarengi dengan Obah (bekerja). Leluhur Jawa juga menasehatkan bahwa kita akan berdosa jika berputus asa dari rezeki Tuhan.
Sebagai penutup tulisan ini, ucapan terima kasih kepada seseorang yang sudah saya anggap Mbak yu sendiri atas inspirasinya. Tetap yakin, esok hari ada rezeki, dari mana pun datangnya. Dan yang paling penting menurut beliau adalah terus berupaya dan bekerja, apapun jenis pekerjaanya asal yang tidak merugikan orang lain. Jadi diri sendiri apapun bentuknya. Maturnuwun…
_______________
Upload By Cak One-dy (Yogyakarta, 26 Agustus 2016)
Sumber : http://www.akarasa.com/2015/03/pandang-hidup-dari-ungkapan-obah-mamah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar