PRAKATA

- HIDUP adalah sebuah pilihan dan setiap pilihan pasti ada konsekwensi-nya. Silahkan saja membenarkan diri terhadap apa yang telah dilakukan, tapi hati tidak pernah bohong dan parameter hukum/norma yang paling sempurna hanyalah ketentuan Allah SWT, jadi segeralah menuju pintu taubat, selama nafas masih ditenggorokan serta pintu taubat masih terbuka, sebelum segalanya jadi terlambat & penyesalan yang tiada guna lagi (Jkt, Juni 2012 rev.@jogja 8 Mei 2018) -

Selasa, 26 Mei 2009

Larangan Memakai Cincin Emas bagi Laki-Laki

1. Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alayhi wasalam pernah membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan matanya dibagian dalam telapak tangannya, maka orang-orang jugamembuat cincin emas. Kemudian Rasulullah duduk diatas mimbar dan menaggalkan cincinnya sambil bersabda, ‘Sungguh aku telah memakai cincin ini dan aku letakkan matanya di perut telapak tangan‘ Lalau beliau membuang cincin itu sambil berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya‘ maka orang-orang pun membuang cincin mereka”(HR Bukhari dan Muslim).

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahuanhu, dia berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu alayhi wasalam melarang memakai cincin emas“(HR Bukhari).

3. Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah melihat sebuah cincin emas ditangan seorang lelaki, lalu beliau melepaskan cincin itu dan membuangnya, seraya bersabda, “Salah seorang dari kalian sengaja mengambil bara api neraka dan meletakkannya ditangannya“, Setelah itu Rasulullah pun pergi. Para sahabat berkata kepada lelaki itu “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah“. Lelaki itu menjawab “Tidak demi Allah, aku tidak akan mengambilnya setelah Rasulullah membuangnya“. (HR Muslim)

4. Diriwayatkan dari Abu Umamah, bahwa Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allahdan hari akhir, maka janganlah mengenakan sutra dan (memakai perhiasan emas).“(HR Ahmad, Hakim dan Ath-Thabrani)

5. Diriwayatkan dari Ali radiallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahu alayhi wasalm pernah bersabda, “Diharamkan memakai sutra dan emas bagi kalangan laki-laki umatku dan dibolehkan bagi kalangan wanitany “. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah)

Berdasarkan teks-teks diatas dapat diketahui bahwa hukum mengenakan cincin emas bagi laki-laki adalah haram. Namun saat ini banyak diantara kaum muslimin yang tidak mengindahkan larangan ini. Mereka memakai cincin emas dan mengikuti gaya orang-orang kafir dengan dalih bahwa cincicn yang mereka pakai adalah cincin perkawinan.

Boleh memakai Cincin Perak

Laki-laki boleh memakai cincin yang terbuat dari perak. Hal ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik, dia berkata “Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah membuat cincin perak. Di cincin itu terdapt ukiran ‘Muhammad Rasulullah’“.(HR Bukhari dan Muslim)

Catatan:

Dimakruhkan bagi laki-laki memakai cincin dijari tengah dan jari telunjuk. Hal ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Burdah, bahwa Ali bin Abi Thalib radiallahuanhu pernah berkata, “Rasulullah pernah melarangku emamaki cincin dijari yang ini dan ini” Abu Burdah berkata, “Ali lalu menunjukkan jari tengah dan jari berikutnya.” Dalam riwayat lain berbunyi, “Lalu Ali menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya“. (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Imam An-Nawawi berkata, “kaum muslimin sepakat bahwa yang sunnah adalah laki-laki memakai cincin dijari kelingkingnya. Adapun kalangan wanita boleh memakai cincin dijari mana saja. Ada yang menyatakan bahwa hikmah disunnahkannya memakai cincin dijari kelingking adalah karena tidak akan menganggu pekerjan-pekerjaan tangan lantaran letaknya dipinggir. Dimakruhkan memakai cincin dijari tengah berdsarkan petunjuk hadits yang telah dikemukakan diatas.” (An-Nawawi, syarah Muslim 14/71)

Apakah boleh memakai Emas dalam keadaan Darurat ?

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Tharfah dari kakeknya, Arfajah bin As’ad, bahwa hidungnya pernah terkena luka pada peristiwa Al Kulab dimasa Jahiliyah. Lalu dia membuat hidung palsu dari perak. Namun hidung palsu yang terbuat dari perak itu mengeluarkan bau busuk dan membuatnya terganggu. Maka Rasulullah menyuruhnya untuk membuat hidung palsu dari emas. (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’I)

Al Khathabi berkata, “Berdasarkan hadits diatas, laki-laki boleh memakai emas yang kadarnya sedikit dalam keadaan darurat seperti untuk mengikat gigi dan lainnya“.(lihat Tuhfah Al Ahwazi 11/198)

Pendapat yang senada juga dikemukakan oelh banyak ulama. Saya katakan (Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim) bahwa “Hukum memakai emas bagi laki-laki yang bukan pada kondisi darurat adalah haram. Laki-laki tidak boleh menganakan kancing baju yang terbuat dari emas, begitu juga dengan jam tangan emas. Karena hal ini tidak ada keadaan darurat yang menyebabkannya boleh memakainya. Lagipula hal ini juga termasuk bersikap ghuluw dan bagian dari kesombongan“. Wallaha ‘alam

Disalin dari kitab Shahih Fikih Sunnah Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, dikomentari oleh Syaikh Nashiruddin Al- Albani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin Pustaka Azzam 3/35.

Adopted from : http://abiyazid.wordpress.com

Senin, 25 Mei 2009

Tiga Tanda Kiamat Yang Harus Diantisipasi Dewasa Ini


Ada tiga tanda fenomenal dari tanda-tanda Kiamat yang perlu diantisipasi dewasa ini oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dua di antara ketiga tanda itu masuk dalam kategori tanda-tanda besar Kiamat. Satu lagi kadang dimasukkan ke dalam tanda besar, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tanda penghubung antara tanda-tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat.

Tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat ialah diutusnya Imam Mahdi. Imam Mahdi merupakan tanda Kiamat yang menghubungkan antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat karena datang pada saat dunia sudah menyaksikan munculnya seluruh tanda-tanda kecil Kiamat yang mendahului tanda-tanda besar Kiamat. Allah tidak akan mengizinkan tanda-tanda besar Kiamat datng sebelum berbagai tanda kecil Kiamat telah tuntas kemunculannya.

Banyak orang barangkali belum menyadari bahwa kondisi dunia dewasa ini ialah dalam kondisi dimana hampir segenap tanda-tanda kecil Kiamat yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah bermunculan semua. Coba perhatikan beberapa contoh tanda-tanda kecil Kiamat berikut ini:

Dan perceraian banyak terjadi ويكثر الطلاق
Dan banyak terjadi kematian mendadak (tiba-tiba) و الموت الفجاء
Dan banyak mushaf diberi hiasan (ornamen) و حلية المصاحف
Dan masjid-masjid dibangun megah-megah و زخرفت المساجد
Dan berbagai perjanjian dan transaksi dilanggar sepihak و نقضت العهود
Dan berbagai peralatan musik dimainkan و استعملت المأزف
Dan berbagai jenis khamr diminum manusia و شربت الخمور
Dan perzinaan dilakukan terang-terangan و فخش الزنا
Dan para pengkhianat dipercaya (diberi jabatan kepemimpinan) و اؤتمن الخائن
Dan orang yang amanah dianggap pengkhianat (penjahat/teroris) و خون الأمين
Tersebarnya Pena (banyak buku diterbitkan) ظهور القلم
Pasar-pasar (Mall, Plaza, Supermarket) Berdekatan تتقارب الأسواق
Penumpahan darah dianggap ringan استخفاف بالدم
Makan riba أكل الربا

Jadi kalau kita perhatikan, contoh-contoh di atas jelas sudah kita jumpai di zaman kita dewasa ini. Bahkan bila kita buka kitab para Ulama yang menghimpun hadits-hadits mengenai tanda-tanda kecil Kiamat, lalu kita baca satu per satu hadits-hadits tersebut hampir pasti setiap satu hadits selesai kita baca kita akan segera bergumam di dalam hati: “Wah, yang ini sudah..!” Hal ini akan selalu terjadi setiap habis kita baca satu hadits. Laa haula wa laa quwwata illa billah....

Jika tanda-tanda kecil Kiamat sudah hampir muncul seluruhnya berarti kondisi dunia dewasa ini berada di ambang menyambut kedatangan tanda-tanda besar Kiamat. Dan bila asumsi ini benar, berarti dalam waktu dekat kita semua sudah harus bersiap-siap untuk menyambut datangnya tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat, yaitu diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Hal ini menjadi selaras dengan isyarat yang diungkapakan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai dua pra-kondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi.

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ

وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kese-wenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan adanya dua prakondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Kedua prakondisi tersebut ialah pertama, banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan kedua, terjadinya gempa-gempa. Subhaanallah. Jika kita amati kondisi dunia saat ini sudah sangat sarat dengan perselisihan antar-manusia, baik yang bersifat antar-pribadi maupun antar-kelompok. Demikian pula dengan fenomena gempa sudah sangat tinggi frekuensi berlangsungnya belakangan ini.

Berarti kedatangan Imam Mahdi merupakan tanda Akhir Zaman yang jelas-jelas harus kita antisipasi dalam waktu dekat ini. Dan jika sudah terjadi berarti kitapun harus segera mempersiapkan diri untuk mematuhi perintah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam yang berkaitan dengan kemunculan Imam Mahdi. Kita diperintahkan untuk segera berbai’at dan bergabung ke dalam barisannya sebab episode-episode berikutnya merupakan rangkaian perang yang dipimpin Imam Mahdi untuk menaklukkan negeri-negeri yang dipimpin oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya).

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

“Ketika kalian melihatnya (Imam Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah)

Imam Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Beliau akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Penguasa Tunggal dan Sejati langit dan bumi. Beliau akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimatthoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung paling timur hingga ujung paling barat.


Ghazawaat (perang-perang) tersebut akan dimulai dari jazirah Arab kemudian Persia (Iran) kemudian Ruum (Eropa dan Amerika) kemudian terakhir melawan pasukan Yahudi yang dipimpin langsung oleh puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan uniknya pasukan Imam Mahdi Insya Allah akan diizinkan Allah untuk senantiasa meraih kemenangan dalam berbagai perang tersebut.

تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ

ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ

“Kalian akan perangi jazirah Arab dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan menghadapi Persia dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Ruum dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Dajjal dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya.” (HR Muslim)

Lalu kapan Nabiyullah Isa ’alihis-salaam akan turun dari langit diantar oleh dua malaikat di kanan dan kirinya? Menurut hadits-hadits yang ada Nabi Isa putra Maryam ’alihis-salaam akan datang sesudah pasukan Imam Mahdi selesai memerangi pasukan Ruum menjelang menghadapi perang berikutnya melawan pasukan Dajjal. Pada saat itulah Nabi Isa ’alihis-salaam akan Allah taqdirkan turun ke muka bumi untuk digabungkan ke dalam pasukan Imam Mahdi dan membunuh Dajjal dengan izin Allah.

Begitu Imam Mahdi dan pasukannya mendengar kabar bahwa Dajjal telah hadir dan mulai merajalela menebar fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka Imam Mahdi mengkonsolidasi pasukannya ke kota Damaskus. Lalu pada saat pasukan Imam Mahdi menjelang sholat Subuh di sebuah masjid yang berlokasi di sebelah timur kota Damaskus tiba-tiba turunlah Nabi Isa ’alihis-salaam diantar dua malaikat di menara putih masjid tersebut. Maka Imam Mahdi langsung mempersilahkan Nabi Isa ’alihis-salaam untuk mengimami sholat Subuh, namun ditolak olehnya dan malah Nabi Isa ’alihis-salaam menyuruh Imam Mahdi untuk menjadi imam sholat Subuh tersebut sedangkan Nabi Isa ’alihis-salaam makmum di belakangnya. Subhanallah.

" ينزل عيسى بن مريم ، فيقول أميرهم المهدي : تعال صل بنا ،

فيقول : لا إن بعضهم أمير بعض ، تكرمة الله لهذه الأمة " .

"Turunlah Isa putra Maryam ’alihis-salaam. Berkata pemimpin mereka Al-Mahdi: "Mari pimpin sholat kami." Berkata Isa ’alihis-salaam: "Tidak. Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi yang lainnya sebagai penghormatan Allah bagi Ummat ini." (Al Al-Bani dalam ”As-Salsalatu Ash-Shohihah”)

Saudaraku, marilah kita bersiap-siap mengantisipasi kedatangan tanda-tanda Akhir Zaman yang sangat fenomenal ini. Tanda-tanda yang akan merubah wajah dunia dari kondisi penuh kezaliman dewasa ini menuju keadilan di bawah naungan Syariat Allah dan kepemimpinan Imam Mahdi beserta Nabiyullah Isa ’alihis-salaam.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam barisan pasukan Imam Mahdi yang akan memperoleh satu dari dua kebaikan: ’Isy Kariman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) au mut syahidan (atau Mati Syahid). Amin ya Rabb.

Adopteb from : (Eramuslim)

Jumat, 22 Mei 2009

Antara Hati Gelap & Hati Terang


'Hati' adalah sumber moral dan mental terpuji. Kalau akal menunjuki manusia pada kebenaran, maka hati memberi cara bijak mencapai kebenaran itu. Selain itu, hati berfungsi sebagai penerang akal, ketika akal berada dalam kebimbangan dan keraguan. Hati membentuk kepribadian agar manusia tahu persis apa yang harus dilakukan terhadap apa yang dihasilkan oleh akalnya. Kehidupan modern terlalu memacu akal dan mengabaikan pembinaan hati, lebih mengutamakan pengajaran daripada pendidikan. Seorang ayah seringkali lebih memperhatikan angka-angka rapor yang dicapai, daripada memperhatikan perkembangan kepribadian anaknya. Dan karena itu Allah di samping menganjurkan kita untuk mengajarkan buku-buku, hukum-hukum alam dan kebijakan-kebijakan, juga menganjurkan untuk melakukan penyucian hati (Q.S. 2: 151).

Menurut Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi SAW, ada empat hal yang menyebabkan hati manusia menjadi gelap. Pertama, perut terlalu kenyang, melampaui batas yang diperlukan. Kedua, bergaul dengan orang-orang yang zalim. Ketiga, melupakan dosa-dosa masa silam tanpa ada perasaan menyesal. Dan terakhir, panjang angan-angan (tulul amal). Sebaliknya, ia juga berpendapat ada empat hal yang membuat manusia memiliki hati yang terang. Pertama, hati-hati dalam mengisi perut. Kedua, bergaul dengan orang-orang yang baik. Ketiga, mengenang dosa-dosa dengan penuh penyesalan. Dan keempat, pendek angan-angan.

Dari nasihat tadi dapat disimpulkan, ada empat hal yang harus kita perhatikan dalam pendidikan hati anak kita. Pertama, memperhatikan makanan yang kita berikan kepada anak-anak kita. Yang diperhatikan tidak terbatas pada komposisi gizinya, tetapi juga halal haramnya dan jumlah porsi yang harus diberikan. Kebanyakan kita memberi makan sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyak, karena mengira makan yang banyak menyehatkan. Ingat pengertian sehat bagi Islam tidak terbatas pada sehat jasmani saja, tetapi meliputi sehat akal dan sehat hati.

Kedua, pergaulan. Menurut Abu Thayyib setiap kelompok manusia yang kita pergauli memiliki implikasi tersendiri dalam pembentukan kepribadian. Pergaulan dengan anak kaya membentuk pribadi cinta dunia, dengan anak miskin membentuk pribadi bersyukur yang selalu senang dengan ketentuan Allah, dengan anak penguasa membentuk pribadi sombong yang berhati keras, dengan wanita membentuk pribadi bodoh yang bersyahwat tinggi, dan dengan anak-anak kecil membentuk pribadi senang bermain-main. Ketiga, mengajarkan kepada anak agar terbiasa melakukan introspeksi, mengkaji diri terhadap semua perbuatan yang telah dilakukan, baik perbuatan baik atau jahat. Dengan demikian berarti kita telah membiasakan anak-anak kita belajar berbuat bijak. Dan keempat, mendidik anak bersikap realistik tapi tidak kehilangan idealisme dalam menghadapi kenyataan-kenyataan hidup.


(Adopted from : Republika.co.id)

Kegodha Donya, Kuwasa, lan Kenya




MANUNGSA kuwi jebul pancen duwe nepsu brangasan. Nepsu iki bakal nyurung manungsa kelayu gebyar. Pengin donya brana, panguwasa lan kenya. Pengin menang-menange dhewe. Njur rumangsa amba jangkahe, nggedhengkreng lungguhe, emoh medhun, terus sok lali bibit kawit. Luwih-luwih yen pepenginan mau wis mbuta cakil, methakil, kemethak, lan sapa sira sapa ingsun. Ora wurung njur pengin ngemperi jagad. Semangat uripe tansah bojleng-bojleng prajaka belah jejegan iblis laknat, ngumbar hawa, nggugu karepe dhewe.

Watak brangasan kasebut bisa mbludag, merga ing awake kesinungan nafsu warna abang, kedadeyan seka anasir getih. Bab iki asring kempel dadi nepsu amarah, sing bisa mbrongot kekarepane sapa wae. Yen klakon kedilat geni amarah, jiwane kobar, malik dadi angkara murka, luwih-luwih yen lagi duwe panguwasa. Yen wis duwe kalungguhan, lumuh kungkulan. Ana sing nedya ngedan. Anehe, sing ngedan mau sok malah bisa dandan, ora kewudan. Ngono yen lagi ora apes. Yen lagi keplenyok, wow, kaya manuk kudanan njekutrut.

Nafsu angkara yen wis umeb, nggodha, rosane ngungkuli gunung njeblug, lan ndayani wong pengin nyakrawati mbaudhendha. Pengin numpuk raja brana. Lan sing paling mbebayani wong mau malik seneng ”SWS”, seneng wong (liya) sengsara. Yen ana wong liya kedhungsang-dhungsang, keplok. Ngene iki sok njalari ati tegel, tega, lan degsiya. Dheweke asring awatak ”SWM”, tegese susah wong (liya) mulya. Mula, ora mokal yen ana sing arep entuk kabegjan, serik, mrekitik, njur sok nggunakake nafsu bejate, neka-neka. Luwih nggegirisi meneh yen wong kasebut wis kesengggol ajining dhiri, rumangsa bakal kewiyak wadine, sok gelem nekad. Gelem nekak gulu, najan kudu nabok nyilih tangan.

Menawa manungsa wis kebrukan bandha lan kelayu donya, pancen sok ndleya. Gelem tuku panguwasa lan dolanan kenya. Dheweke gelem ngejur-ngejer dana kanggo kulak wibawa lan esem ngujiwat wanita. Dadi, kuwasa, kenya lan wibawa dikertaji aji nganggo donya, wani pira, dudu wani ngapa. Ing kene drajat pangkat semat nikmat, wis njalari wong Jawa tambah keparat. Tobil anak kadhal, wong kasebut sok keyungyun nikmat, endahe kahanan. Gajege, angger apa-apa keturutan, utamane wong priya, ora sethithik sing lali lajer uripe. Gampang kepilut tembung manis manuhara. Kesengsem megole bokong. Kelayu lambe tipis, pipi nyemburat abang maya-maya, ngelayoni. Luwih-luwih yen wis nyawang kali satengahe gunung kembar, kaya-kaya bisa ngelun kedhunge rasa.

Nyah-nyoh

Coba eling-elingen, jaman Jaka Tingkir wis dadi tamtama, piye? Gelem mlebu keputren ta, gandheng karo Rara Sampur, kang saiki dadi kisah Dhadhungawuk. Prabu Dipakusuma piye, uga lali, kegiwang Dewi Daruwati nganti nuwuhake lembu peteng. Adipati Cakraningrat nganti rebutan wanita kinyis-kinyis karo Pangeran Tejaningrat. Kisahe Sri Tanjung karo prabu Silakrama lan Tantri Kamandaka, malah saben wengi njaluk prawan. Samono uga kisah Yuyu Kangkang, wis, dhemen krubyuk sengok, hemmm.

Mangkono sapiturute isih akeh banget, angger priya wis bisa idu geni pancal mubal, anehe sok gampang kegodha kecopak iwak, kemrincinge receh, lan pledhinge wentis kuning. Wong lanang mau sok moprol, nyah-nyoh, lan sak-sok glogok marang kenya pepujane.

Godhong asem (sinom), pancen luwih nengsemake, timbang godhong garing. Kang dibledig, wong kasebut nikmating donya. Mula, saiki genti nepsu supiah kang ngrajani angen-angene. Aku njur kelingan gendhing ”Slendhang Biru” karyane Ki Nartasabda, ana larik sing muni: kedhep tesmak aku nyawang slendhang biru, lan sapiturute. Iki nggambarake priya sing ketlikung obahe slendhang, methoke gelungan, lan kedhep liringe kenya kinyis-kinyis. Uga geguritan ”Jaman” karyane Moh Yamin MS sing ana gatra kang muni: jaman maju wong urip sarwa kesusu, mlebu metu neng hotel nyandhing wong ayu. Gula dikruyuk semut, wis tuwa dha ra nyebut!

Lhadalah! Jebul akeh tenan ing bumi Nusantara iki, priya sing wis kekeceh bandha, linak-lijo, limbah-limah, lica-lingga tumindak nasar, nrejang sarak nyingkiri bebener. Katone, priya mau sing baku bisa nuruti wudele. Marem! Dheweke lali unen-unen: senenge mung sak klentheng, rekasane sak rendheng. Uh! Lamun ngene iki lumaku terus-terusan, mesthi wae uripe priya kuwasa lan wibawa, dadi nyandiwara, kaya ing ndhuwur panggung. Bakune, ”wong ngomah” ora ngerti, gedibal-gedibal diblebet lambene nganggo angka, wusana aman-aman wae. Karepe mbilung, iya ta. Lha Togog?

Kesrimpet

Wong sepuh biyen, jane wis sok mejang, jare godha kuwi luwih rosa. Yen nganti lena bisa tiba nistha. Ujare, wong lanang ki cen wedhus, yen diumbar, ndrawasi. Malah sing alok wong lanang ki ra beda kucing, yen didhepi gereh? Cen ”asem”! Wong lanang ki gampang kesrimpet padon tapih. Pokal sing penthalitan, sesidheman, lan dolanan mawa mau sok kekudhung, priya kudu duwe curiga, wanita, kukila, lan turangga. Isih kelingan ta, jaman Ken Arok bareng wis lungguh ing Tumapel, nglirik wae marang Ken Dedes. Dheweke mak dheg nalika weruh tapihe Ken Dedes nglingkap.

Kisah iki, dening Suparta Brata tau diukir dadi crita cekak sing sesirah ”Reca”. Ora beda karo Ajisaka, kang ora kuwat nyawang wanita sing lagi nutu pari ing lumpang, merga kesempyok angin, tapihe sumilak, ndudut ati lanang. Ki Ageng Mangir kang kelayu karo wanita desa sing lagi rewang, wusana digambarake nganggo lading kang ilang lap ing pangkone kenya iku. Samono uga Ki Ageng Pemanahan karo Nyi Ageng Giring, nuwuhake mitos degan ijo.

Wis, wis, wis! Sangertiku durung ana raja Jawa kang bisa uwal seka godha. Prabu Dasamuka bareng wis dhogdheng samaladheng, pengin remu-remu pipine Sinta, najan alasane ngupadi titisane Sri Widawati.

Prabu Maesasura sawise nguwasani kraton Guwa Kiskendha, uga keglibeng endahe rupa dewi Tara, putri kahyangan. Prabu Baka uga kedanan manis nejeme lathi Rara Jonggrang. Sajake, yen wis kedilat godha, ”iman” sok kuwat ning ”imin” sing ora kuwat.

Mula, yen kepengin uwal seka godha sing nyolok mata, wong tuwa biyen mrayogakake: Yen durung duwe panguwasa, njangkaha sing amba, yen wis duwe wibawa, nglungguhana trapsila. Yen durung nyandhing kenya meleka sing amba, yen wis duwe merema ning premana. Ulegane unen-unen iki nunggal misah karo gegebengane para luhur kang unine nulada laku utama, tumrape wong tanah Jawi, wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senapapti, kepati amarsudi sudaning hawa lan nepsu, pinesu tapa brata, lan sapiturute. Wose, yen pengin kalis seka godha, ngeker hawa nepsu kanthi tarak brata, iki sing abot.

Laku ngeker kanthi sesirik pancen abot. Kejaba butuh resik lair batine, uga ora asring cedhak-cedhak kebo gupak. Yen bisa ngugemi bapang den simpangi. Urip ora kudu mubra-mubra, dhemen ngemut legining gula. Ana gerongan salisir ing gendhing Jawa kang muni: garwa sang Sindura prabu, wicara tanpa karana, aja dolan lan wanita, tan nyata asring katarka. Yen cedhak karo kenya, kurang begjane nuwuhake pandakwa sing ora-ora, cubriya, lan nyenyamah. Isih arep diterus, emoh dalan padhang ta? O, wong salah bakal seleh. Bathang kuwi arepa disasabi, tetep mambu. Hih!

By : - Suwardi Endraswara, mulang Filsafat Jawa ing FBS UNY -

'Ketika' Usia Memasuki 40 Tahun

Akar dan orientasi kultur masyarakat Barat adalah materialisme. Mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun (Life begin at 40).

Asumsinya adalah pada umur ini, karier telah cukup mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi. Karena itu, sering pula pada usia 40 ini dikaitkan dengan puber kedua, yang membawa pada perselingkuhan. Kemapanan materi membawa godaan, sehingga umur 40 tahun merupakan saat kritis terjadi perceraian dalam rumah tangga.

Islam memberi perhatian kepada umur 40 berbeda secara diametrikal dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Dalam surat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat).

Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.

Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan. Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadisnya,”Sesiapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”

Berserah diri, merupakan permulaan yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Dengan demikian umur 40 tahun dipandang sebagai pencerahan kejiwaan, gerbang cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.

Di samping itu juga usia 40 tahun berarti jatah usia kita sudah berkurang. Meskipun secara kuantitatif usia kita bertambah. Artinya seandainya jatah usia kita 50 tahun maka, hidup kita tinggal 10 tahun, atau jika jatah usia kita 60 tahun maka, kita tinggal menghitung sendiri, berapa lama kita hidup lagi. Dan seterusnya.

Aneh jika sebagian kita merayakan ulang tahun dengan bangga bernyanyi ria “panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia serta mulia, serta mulia”. Seharusnya kita instrospeksi bahwa, sebenarnya jatah usia kita semakin berkurang dan nilai-nilai kemuliaan harus dijadikan barometer dalam beramal. Wallaahu a’lam.

Adopted from : Blog (M. Djaenudin bn Muhtar)